Pada awal awal tahun syiar Islam, Rasulullah SAW. Berusaha mencari dukungan dari beberapa pemimpin suku di Makkah. Istilah bahasa politik kita sekarang adalah berkoalisi. Tujuan beliau jelas, agar barisan Islam yang pada waktu itu masih baru dan didukung sedikit orang menjadi kuat dan mantap.
Dalam berbagai kesempatan beliau rajin melakukan lobi, terutama dengan pembesar Quraisy yang amat disegani. Ketika sedang asyik-asyiknya membicarakan koalisi dengan mereka, seperti Abbas bin Abdul Muthalib, Al-Walid bin Al-Mughirah, Abu Jahal bin Hisyam, dan Umaiyah bin khalaf, agar bersedia masuk islam, tiba-tiba nyelonong seorang buta bernama Abdullah bin Ummi Maktum.
Ia adalah anak paman dari Khadijah binti Khuwailid, yang tak lain istri Rasulullah SAW. Abdulllah ini rupanya kurang sensitif membaca situasi yang sedang serius. "Wahai Rasulullah saw., ajarilah saya tentang Islam dan apapun yang diajarkan Allah SWT Kepadamu," katanya memotong pembicaraan.
Bukan cuma satu dua kali Abdullah memotong pembicaraan sehingga acara lobi itu terganggu. Karuan saja wajah Rasulullah SAW Berubah masam. Saat itulah Allah SWT menegur Rasulullah SAW. Lewat wahyu yang kemudian dihimpun dalam surat 'Abasa (ia bermuka masam)
"Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu, barangkali ia juga ingin membersihkan diri (dari dosa), atau ia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat baginya ?
Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup (kaya), maka kamu melayaninya. Padahal tak ada (celaan) atasmu jika ia tak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedang ia takut kepada (Allah SWT), maka kamu mengabaikannya. Sekali kali jangan (demikian). Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan" (QS 'Abasa [80]: 1-11)
Dalam kitab Lubab al Nuqul fi Asbab al-nuzul, Jalaludin Al-Suyuthi, yang mengutip Al-Tirmidzi dan Al-Hakim, menyebutkan bahwa surat tersebut merupakan teguran tajam dari Allah SWT Kepada Nabi Muhammad. sejak itu, sikap Nabi terhadap Abdullah berubah. Dan, terbukti, Abdullah benar. Para tokoh kuat dan kaya suku Quraisy yang diajak koalisi oleh Nabi SAW. Disertai harapan "anak buah" mereka pun akan ramai-ramai ikut masuk Islam, malah menjadi musuh besar Islam. Perlakuan kasar merekalah yang kemudian menyebabkan Rasulullah SAW Memutuskan untuk hijrah ke Madinah.
Dalam banyak riwayat (tarikh), kita tahu misi dan visi Nabi pada awalnya justru berhasil karena berkoalisi dengan kaum lemah (dhu'afa), mulai dari para mualaf, rakyat biasa dan miskin, para gembel, dan juga budak-budak, di samping beberapa tokoh kuat seperi Khadijah dan Abu Bakar. Merekalah sebenarnya sumber kekuatan kepemimpinan Rasulullah. Allah SWT makin menguatkan kebenaran itu dalam surat Saba' ayat 34-35. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar