Hasan dan Husein, putra Sayyidina Ali bin Abi Thalib Ra, suatu saat pergi ke masjid dan menjumpai seorang tua yang sedang berwudhu lalu shalat. Ternyata, wudhu dan sholat orang tua itu terlihat kurang sempurna. Hasan dan Husein ingin memperbaiki dan meluruskannya, tetapi khawatir menyinggung perasaan orang tua itu.
Akhirnya, mereka sepakat untuk memakai pendekatan. Di hadapan orang tua itu mereka berdebat. Masing-masing mengatakan bahwa dirinyalah yang lebih benar wudhu dan shalatnya. Kemudian mereka meminta orang tua tersebut untuk menilainya.
Maka dia berkata kepada keduanya, "Alangkah baiknya wudhu dan sholat kalian, serta alangkah baiknya tuntunan dan bimbingan kalian kepadaku. Semoga Allah Swt. memberkati kalian." Demikianlah cerita yang diceritakan dalam buku Hikmah dalam Humor, kisah dan pepatah susunan Abdul Aziz Salim Basyarahil.
Kisah diatas sungguh memesona. Pertama, ada sekelompok orang yang meluruskan perbuatan yang diketahuinya salah dan tidak sesuai dengan ajaran agama. Kedua, cara yang digunakan penuh dengan hikmah, disesuaikan dengan situasi dan kondisi sasaran perubahan, yakni seorang yang lebih tua.
Dalam Islam, seorang muslim dituntut untuk tak tinggal diam saat memiliki kemampuan memperbaiki kesalahan dengan cara penuh kebijaksanaan. Apabila menghadapi kemungkaran, menurut nabi, seorang Muslim harus mengubahnya dengan tangan, jika tidak bisa, dengan lidahnya, dan jika tidak bisa juga, maka dengan hatinya, meskipun ini adalah selemah - lemahnya iman.
Kisah diatas juga menampilkan sisi lain yang tak kala memesona dari diri Pak Tua. Pertama, orang tua ini adalah figur yang menerima kebenaran yang datang kepadanya, meski itu berasal dari orang yang lebih muda. Kedua, ia juga merupakan sosok yang dengan lapang dada mengakui dirinya tak tahu dan berterima kasih pada orang yang memberitahu. Selain itu, ia adalah sosok yang tidak ngotot bertahan dalam kesalahan dan bersikap apriori terhadap hal baru yang datang padanya dengan sikap memusuhi.
Nabi Muhammad Saw. mengajarkan agar umatnya tidak bertahan dalam kesalahan. Menurutnya, "Barangsiapa yang melakukan sebuah kesalahan dan dia tahu bahwa itu adalah salah, maka ia tetap dalam kutukan Allah Swt. hingga dia menghentikannya."
Akhirnya, dari sebuah pelajaran wudhu ini, mungkin ada baiknya mengingat apa yang pernah diucapkan Sayyidina Umar bin Khaththab, ra "..Kebenaran tidak tergantung pada waktu, tidak ada yang boleh melanggarnya. Dan jauh lebih baik kembali kepada kebenaran daripada bertahan dalam kesalahan."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar