Wahai bangsaku
Hubbul wathan minal iman
Cinta tanah air bagian dari iman
Hubbul wathan ya ahlal wathan
Cintailah tanah airmu
Wala takun ahlal hirman
Janganlah kalian jadi jajahan
Innal kamala bil a'mal
Semua itu menuntut perbuatan
Walaisa zalika bil aqwal
Tak cukup hanya dengan ucapan
Fa'mal tanal maa fil amal
Berbuatlah demi cita-cita
Wala takun mahdlal qawal
Jangan cuma bicara
Dun-ya kumuu maa lil-maqar
Dunia ini bukan tempat menetap
Wa innama hiya lil mawar
Hanya tempat berlabuh
Fa'mal bil mal maula mawar
Bertindaklah karena perintah Tuhan
Walaa takun baqaraz zimar
jangan seperti sapi tunggangan
Lam ta'lamuu man dau-waruu
kalian tidak tahu siapa yang bikin ulah
Lam ta'qiluu maa ghaiyaruu
Juga kalian tidak berfikir sesatu bakal berubah
Aina in-tihaa-i maa sai-yaruu
kapan perjalanan ini akan terhenti
Kaifa in-tihaaii maa shai-yaruu
Juga bagaimana suatu peristiwa akan usai
Am humuu fii-hi saa-qakum
adakah mereka memberimu minum ?
Ilaa al-madzaabikhi dzab-khakum
Juga kepada ternakmu ?
Am i'taquu-kum uq-baa-kum
Adakah mereka membebaskanmu dari beban ?
Am yudii-muu a'baa-kum
Adakah mereka merawatmu dari penolakan kalian ?
Ya ahlal 'uquulissaa-limah
Wahai bangsaku yang berfikir jernih
Wa ahlal quluu-bil 'aa-zimah
Berperasaan halus
Kuu-nuu bil-himati 'aa-liyah
Kobarkanlah semangatmu
Walaa takun kassa-imah
jangan jadi pembosan !
Syair ini diciptakan oleh pemuda tangguh yang pada usia 28 tahun, mendirikan NAHDLATUL WATHAN sebuah Perkumpulan Kebangunan Tanah Air tahun 1916
Ketika beliau di Mekkah, aktif pada Sarekat Islam hingga sosok kosmopolit ini memilih Surabaya sebagai ladang perjuangannya.
Sebagai wadah bertukar pikiran, tahun 1918 beliau mendirikan Tashwirul Afkar sekaligus untuk bergerak di bidang sosial
Ketika Dr. Soetomo mendirikan Budi Utomo yang menghimpun sejumlah kaum muda bergerak diranah diskursif dengan Indonesische Studies Club pada tahun 1924, beliau pun ambil bagian dengan membentuk Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air) menggembleng kader-kadernya seperti : Abdullah Ubaid, Thohir Bakri, Mas Alwi bin Abdul Azis, dan Abdul Halim
Beliau adalah Kiai Haji Abdul Wahab Hasbullah ( 31 Maret 1988 - 29 Desember 1971 ) dalam pergerakannya Syubbanul Wathan mengutamakan pembentukan kader pemimpin, mempunyai sayap Da'watus Syubban yang lebih melakukan pendalaman pada ilmu keagamaan dan Ahlal Wathan di bidang kepanduan.
Diantara organisasi-organisasi tersebut mengarah pada satu tujuan, Membangkitkan Tanah Air dari belenggu penjajah.
Syair-syair berbahasa Arab pemuda Syubbanul Wathan, Ahlul Wathan, dan Da'watus Syubban memberikan bukti perjuangan Kiyai Wahab Hasbullah.
Di pesantren Tebuireng Jombang, hingga masa pendudukan Jepang pada tahun 1940-an, syair tersebut tetap dinyanyikan para santri setiap kali memulai akrivitas belajar di sekolah dengan berdiri tegak sebagaimana laiknya menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
Pada tahun 2012 Kyai Maimun Zubair memberikan Ijazah syair Yalal Wathan untuk dijadikan Mars.
(KH. Maimun Zubair)
Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon
Hubbul Wathon minal Iman
Wala Takun minal Hirman
Inhadlu Alal Wathon
(2 X)
Indonesia Biladi
Anta ‘Unwanul Fakhoma
Kullu May Ya’tika Yauma
Thomihay Yalqo Himama
Pusaka Hati Wahai Tanah Airku
Cintaku dalam Imanku
Jangan Halangkan Nasibmu
Bangkitlah Hai Bangsaku
Pusaka Hati Wahai Tanah Airku
Cintaku dalam Imanku
Jangan Halangkan Nasibmu
Bangkitlah Hai Bangsaku
Indonesia Negriku
Engkau Panji Martabatku
Siapa Datang Mengancammu
Kan Binasa di bawah durimu
Antara Syair Syubbanul Wathan dan Mars Yalal Wathan kedua-duanya sama pentingnya.
disarikan dari majalah Aula
ISSN 0215-9597/09/Tahun XXXIX/September 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar