Dalam ayat ini disebutkan bahwa Allah SWT adalah penguasa hari kiamat. penyebutan penguasaan atas hari kiamat secara khusus di sini tidak menafikan/ mengabaikan kekuasaan-Nya atas selain hari kiamat
hal itu karena telah disebutkan sebelumnya bahwa Allah SWT adalah Tuhan seluruh alam yang mencakup semua kekuasaan yang ada di dunia dan akhirat
Adapun penyebutan secara khusus kata "hari kiamat" disebabkan pada hari kiamat itu tidak seorang pun dapat mengakui suatu hal, bahkan untuk berbicara saja tidak ada yang berhak melakukannya, kecuali atas izin Allah SWT.
Mengenai ayat Maliki Yaumiddin ini. Dahhak meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas menafsirkan ayat ini dengan mengatakan bahwa hari kiamat itu tidak ada seorang pun yang memilki hukum ataupun kekuasaan sebagaimana yang pernah dimilikinya ketika di dunia
Yaumiddin adalah hari pembalasan bagi seluruh amalan makhluk, yaitu hari kiamat. Semua makhluk akan dibalas sesuai amal perbuatan mereka.
Jika perbuatan baik maka akan dibalas dengan kebaikan, sedangkan jika perbuatan mereka buruk maka akan dibalas keburukan, kecuali jika ia mendapatkan ampunan dari Allah SWT. Pendapat ini juga disebutkan oleh para sahabat, tabi'in dan ulama-ulama salaf
Kata "Din" berarti balasan atau perhitungan. Rasulullah SAW bersabda sebagai berikut. "Orang yang kuat adalah orang yang mampu mengukur (menghitung) dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati." (HR. Ibnu Majah)
(Al-Misbah Al-Munir fi Tahzib Tafsir Ibnu Katsir, 19-20)
Hadits Sahih terkait ayat tersebut
Hadits riwayat Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW beliau bersabda, " Nama yang paling jelek di sisi Allah adalah seorang yang bernama Malikul Muluk."
Ibnu Abu Syaibah menambahkan dalam riwayatnya, "Tidak ada malik (raja) kecuali Allah Ta'ala ( HR. Muslim, 3993)
Baca Juga :
Ketenangan Jiwa
Muhasabah
Baca Juga :
Ketenangan Jiwa
Muhasabah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar