Rabu, 09 Mei 2018

Diambang Ramadhan


Bulan Ramadhan segera menjelang, Rahmat dan Ampunan Allah SWT pun datang, lengkap dengan pahalanya yang menjulang. Disaat seperti ini, Rasullullah Saw telah memberi sunnah. 


Pertama, memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya'ban (HR.Bukhari). Secara eksplisit, Rasul mengajak membiasakan puasa sunnah sebagai latihan menghadapi medan pertempuran melawan hawa nafsu sesungguhnya: yakni puasa fardlu. 

Secara Implisit, disunahkan fisik dan kejiwaan kita dikondisikan. Kesehatan dijaga. Hati ditautkan. Pelan-pelan kerinduan kepada bulan suci dibangkitkan hingga ketika malam Ramadhan menghampiri, kerinduan itu langsung diwujudkan dengan menegakkan perintah dan anjurannya saat Ramadhan, persis pelampiasan kerinduan seseorang kepada kekasihnya yang setahun tak bersua. 

Kedua, Bergembira secara terbuka dan menyebarkanya kepada kaum muslim. Rasulullah menunjukan kerianganya dan berkali-kali memompa perasaan yang sama kepada para sahabat dengan menyampaikan warta gembira, seperti dibuka-kannya pintu surga, pintu neraka ditutup, dan dibelenggunya para setan (HR Ahmad dan Nasa'i).

Juga adanya suatu malam yang bila beramal saat itu akan diganjar lebih baik daripada amal selama seribu bulan (QS Al-Qadr[97]:2). 

Allah SWT Pun berjanji mengampuni dosa-dosa kita di masa lalu jika benar benar berpuasa dan menegakkan malam-malam Ramadhan (HR Thirmidzi, Abu Dawud nasa'i dan ibnu Majah)

Tentu saja, kecuali dosa syirik, dosa-dosa besar yang memerlukan tobat khusus seperti zina, serta dosa-dosa penganiayaan manusia lain yang membutuhkan pemaafan korban lebih dulu, seperti pembunuhan (penzaliman fisik), atau korupsi dan kejahatan perdagangan (penzaliman harta).

Bergembiralah setiap hari karena Rasullalah SAW. Bersabda bahwa seseorang yang berpuasa bergembira dua kali, yakni saat berbuka dan bertemu Allah SWT. (HR Muslim).

(Bahagia, saat berbuka puasa)


Karenanya, tiada tempat rasa sedih dan gelisah. Juga bayangan akan kelaparan, atau kesulitan berdagang makan atau minum di siang hari, serta godaan tidak masuk bekerja jika berpuasa. Hanya orang kafir dan munafik yang bermuram durja setiap Ramadhan menyapa.

Ketiga, di akhir bulan Sya'ban Rasulullah SAW. Mengumpulkan orang-orang serta berpidato tentang keutamaan Ramadan dan dorongan memperbanyak amal (HR Ibnu Khuzaimah).

Termasuk penghidupan sunnah Nabi jika ada acara khusus berupa khutbah, seminar, atau diskusi apapun untuk memperkuat semangat ibadah kaum muslim yang dilakukan para pejabat pemerintah dan swasta, juga para kepala keluarga 

Semoga Ramadhan menjadi titik tolak perubahan pemikiran, perasaan, dan tindakan manusia hingga tiada lagi kaum muslim yang menderita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar