“Jika Dia (Tuhan Yang Maha Benar) ingin membuka diri (melalui penderitaan yang menimpamu) untuk engkau kenal, maka (bergembiralah, bersuka citalah; dan) jangan bersedih hanya gara-gara amal dan pekerjaanmu yang berkurang (karena penderitaan itu).
Sebab, Dia tak akan membuka diri seperti itu kecuali memang agar engkau bisa mengenal-Nya lebih dekat. Apakah engkau tidak tahu bahwa perkenalan itu adalah sesuatu yang Dia anugerahkan pada dirimu, sementara amal-amalmu adalah sesuatu yang engkau persembahkan kepada-Nya ? Bagaimana mungkin engkau akan membandingkan persembahan-mu dengan anugerah-Nya ?”
Kebijaksanaan Syaikh Ibn Athaillah kali ini akan berbicara mengenai pengalaman penderitaan, sesuatu yang sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari sebagai manusia.
Hal yang tak terhindarkan dalam hidup manusia adalah penderitaan fisik, entah berupa penyakit, kemiskinan, atau penderitaan-penderitaan lain yang membuat kita tidak nyaman.
Pengalaman ini kerap membuat seseorang merasa putus harapan, atau bahkan menyalahkan dan mengutuk Tuhan.
Apalagi jika penderitaan itu mencapai level yang ekstrim.
Menghadapi situasi semacam itu, kita diharuskan berbaik sangka. Barangkali Tuhan punya rencana lain.
Sebagai orang beriman, kita diajak oleh Syaikh Ibn Athaillah agar bersikap berbaik sangka. Menurutnya, cobaan dan penderitaan dalam hidup adalah cara Tuhan ingin mengenalkan diri-Nya kepada kita.
Penderitaan adalah sarana Tuhan mau menjadikan diri-Nya lebih dekat kepada kita.
Sakit, kemiskinan, penderitaan adalah “wijhat min al-ta’arruf”, cara Tuhan menyingkap diri agar kita kenali secara lebih dekat lagi.
Bagaimana ini bisa dijelaskan ?
Jika kehidupan kita berjalan mulus saja seperti berkendara di jalan tol yang bebas hambatan, tak ada gangguan, tak ada soal, tak ada tantangan, maka kehidupan seperti itu memang tampak menyenangkan.
Tetapi benarkah kehidupan yang tanpa gelombang dan ombak layak kita jalani ? Bukankah kehidupan seperti itu malah membosankan karena tak mengenal petualangan ?
Kita bisa menikmati hidup justru karena ada gelombang cobaan yang berhasil kita atasi.
Jadi, penderitaan, jika disikapi secara positif, membuat pengertian dan pemahaman kita tentang makna hidup lebih dalam.
Jika engkau tahu makna hidup-mu, maka artinya engkau makin dekat dengan Tuhan-mu.
Sebab, para sufi mengatakan,
man ‘arafa nafsahu fa qad ‘arafa rabbahu.
Barangsiapa tahu siapa jati dirinya, siapa “the real self”-nya, maka dia telah mengenali Tuhan.
Siapa yang tak tahu jati dirinya, tak memahami tujuan hidupnya, ia sama saja tak kenal Tuhan.
Penderitaan kerap membuat kita makin matang secara kejiwaan; membuat kita makin dekat dengan Tuhan.
Jadi, penderitaan adalah uluran tangan dari Tuhan untuk berkenalan dengan Dia.
Sambutlah uluran tangan itu dengan penuh suka-cita.
Jangan mengeluh dan sedih saat menderita. Itulah jalan menuju kematangan jiwamu. Itulah jalan engkau mengenali sumber hidup-mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar