Rabu, 21 Februari 2018

Remaja


Pada masa remaja berkembang "social cognition", yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat nilai-nilai maupun perasaannya.

Pemahaman ini mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan mereka (terutama teman sebaya), baik melalui jalinan persahabatan maupun percintaan (pacaran)

Pada masa ini juga berkembang sikap "conformity" yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran (hobby) atau keinginan orang lain (teman sebaya). perkembangan sikap yang konformitas pada remaja dapat memberikan dampak yang positif maupun negatif bagi dirinya

Apabila kelompok teman sebaya yang diikutinya atau diimitasinya ini menampilkan sikap dan prilaku yang secara moral atau agama dapat dipertanggungjawabkan, seperti kelompok remaja yang taat beribadah, memiliki budi pekerti yang luhur, rajin belajar dan aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial, maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan pribadi yang baik. sebaliknya apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan prilaku melecehkan nilai-nilai moral, maka sangat dimungkinkan remaja akan menampilkan perilaku seperti kelompoknya tersebut


Remaja sebagai bunga dan harapan bangsa serta pemimpin di masa depan sangat diharapkan dapat mencapai perkembangan sosial secara matang, dalam arti dia memiliki penyesuaian sosial (social adjustment) yang tepat

Penyesuaian sosial ini dapat diartikan sebagai "kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi." Remaja dituntut untuk memiliki kemampuan penyesuaian sosial ini, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat


                    (Ilustrasi : Ibu dan anak)

Dalam beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua mempengaruhi moral remaja, yaitu :


  1. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat moral remaja dengan tingkat moral orang tua ( Haan, Langer & Kohlberg, 1976)
  2. Ibu-ibu remaja yang tidak nakal mempunyai skor yang lebih tinggi dalam tahapan nalar moralnya daripada ibu-ibu yang anaknya nakal; dan remaja tidak nakal mempunyai skor yang lebih tinggi dalam kemampuan nalar moralnya daripada remaja yang nakal (Hudgins & Prentice, 1973)
  3. Terdapat dua skor yang  dapat meningkatkan perkembangan moral anak atau remaja, yaitu (a) orang tua yang mendorong anak untuk berdiskusi secara demokratik dan terbuka mengenai berbagai isu, dan (b) orang tua yang menerapkan disiplin terhadap anak dengan teknik berfikir induktif (Parikh, 1980)

Sumber : Syamsu Yusuf, Psikologi perkembangan anak & remaja,2000




Tidak ada komentar:

Posting Komentar