Senin, 29 Oktober 2018

ENAM KATA MUTIARA DARI PARA ULAMA DAN TERJEMAHNYA



1. Kata Mutiara Pertama

أترك الشر، يتركك

Utruk asy-syarro, yatrukka

“Tinggalkanlah olehmu keburukan, niscaya keburukan itupun akan meninggalkanmu”


2. Kata Mutiara ke dua

أتعب جسمك، ولا تتعب عقلك

At'ib jismika, walaa tut'ib 'aqlaka

“Penatkanlah tubuhmu, dan jangan kau penatkan pikiranmu”


3. Kata Mutiara Ketiga

إجهد ولا تكسل ولا تك غافلا فندامة العقبى لمن يتكاسل

ijhad wa laa taksal, wa laa taku ghoofilan ! fanadaamatul 'uqbaa liman yatakaasalu

“Bersungguh-sungguhlah, jangan malas dan jangan lengah ! Karena penyesalan merupakan akibat bagi orang-orang yang malas”


4. Kata Mutiara keempat

إحرص على حفظ القلوب من الأذى فرجوعها بعد التنافر يصعب

Ihrish 'alaa hifdhil quluub minal adzaa, farujuu'uhaa ba'dat tanaafur, yas'ub

“Berusahalah engkau untuk menjaga hati dari rasa sakit, karena tenangnya hati setelah saling menjauh itu, sangalatlah sulit”


5. Kata Mutiara kelima

إحفض لسانك واحترز من لفظه، فالمرء يسلم باللسان ويعطب

Ihfazh lisaanaka wahtariz min lafzhihi, falmar-u yaslamu billisaani waya'thob

“Jagalah olehmu lisanmu serta berhati-hatilah dan perkataannya (lisan), karena seseorang itu dapat selamat dengan lisannya, dan bisa celaka dengan lisannya pula.”


6. Kata Mutiara Keenam

أحمد البلاغة الصمت حين لا يحسن الكلام

Ahmadul balaaghoh ash-shumtu hiina laa yuhsinul kalaam

"Keindahan bahasa yang paling terpuji adalah diam ketika perkataan tak lagi memberi kebaikan"


AL KISAH SYAICHONA KHOLIL BANGKALAN KEDATANGAN SEORANG PENGEMIS DAN ANJINGNYA




Suatu hari Almaghfurllah Kyai Syaichona Kholil (Bangkalan - Madura) sedang menemui tamu-tamunya di ruangan depan. Mbah Kholil yang juga  Ulama besar dan salah satu guru dari KH Hasyim Asy'ari (pendiri NU / kakek Gus Dur) duduk dengan salah satu lutut tertekuk di depan perut beliau sambil bercengkerama dengan para tamu-tamunya di temani secangkir kopi yang ada di hadapan masing-masing.

Ketika sedang asyik mengobrol itu tiba-tiba datang seorang "gembel" dengan pakaian lusuh sambil menuntun seekor anjing masuk ke ruangan, kontan saja semua tamu pada heran bercampur geram apalagi tanpa salam tanpa bicara dan tanpa ijin tiba-tiba si pengemis ini menyeruput kopi milik mbah Kholil, terlihat juga ingus yang keluar dari hidung pengemis tak di undang ini.

Marah kah mbah Kholil ??
Tidak! Mbah Kholil tampak merubah posisi duduknya seperti orang posisi duduk orang sedang sholat, telapak  tangannya menyatu di atas paha, kepalanya menunduk tanpa berani menatap muka si pengemis.

Justru beberapa tamu bangkit bermaksud mengusir orang aneh ini, tapi segera dicegah oleh mBah cholil dengan isyarat tangannya.

Beberapa saat suasana hening, mBah cholil tetap menunduk, tamu yang ada di ruangan itu tak satupun ada yang berani bersuara sampai kemudian si pengemis berlalu tanpa sepatah katapun.

Selepas gelandangan itu pergi mBah Kholil membuka suara : "siapa yang mau meminum kopi bekas tamuku tadi"?

Tentu saja tak seorangpun yang mau, karena kopi itu bekas di minum seorang pengemis dengan ingus menempel di bawah idung! Ngeri!

"Baiklah, kalau begitu biar saya yang menghabiskan".kata mBah kholil sambil meminum sisa kopi di cangkir.

Semua tamu semakin  terheran-heran, belum habis rasa penasaran para tamu kemudian mBah Kholil menyambung kata lagi : " tahukah sampeyan semua siapa tamu tadi,, dia Nabi Khidir, beliau habis mengunjungi sahabatnya seorang wali di Yaman dan Sudan, kemudian melanjutkan perjalanan ke sini untuk menemui sahabat-sahabatnya, para Waliyullah di tanah jawa."

Kontan kemudian para tamu berebut sisa kopi yang tinggal cangkirnya itu, bahkan ada yang berebut untuk mencuci cangkirnya sekedar untuk "ngalab berkah" dari kesalehan Nabi Khidir Alaihissalam.

MBaH Kholil terkekeh dengan tingkah para tamunya ini, yah.. kebanyakan kita hanya melihat kulit, tanpa bisa melihat hati, karena mata kita sudah tertutup oleh gemerlap dunia.

" Semoga kita terjaga dalam menilai sesama hanya karena Dhohirnya semata ..,"

Istighotsah


(Dalam Rangka Istighotsah Kubra PWNU JATIM)

Istighotsah adalah :

طَلَبُ الغَوْثِ عِنْدَ الشِّدَّةِ وَالضِّيْقِ
“Meminta pertolongan ketika dalam keadaan sukar dan sulit.”

Beristighotsah kepada selain Allah hukumnya boleh dengan meyakini bahwa makhluk yang dimintai pertolongan adalah sebab. Jadi meskipun sesungguhnya pertolongan itu datangnya dari Allah, Allah-lah pemberi pertolongan yang sesungguhnya, namun tidak menafikan bahwa Allah menjadikan sebab-sebab yang telah dipersiapkan agar terwujud pertolongan tersebut. 

Dalil-Dalil Istighotsah Dengan Selain Allah
Hadits al Bukhari :

إِنَّ الشَّمْسَ تَدْنُوْ يَوْمَ القِيَامَةِ حَتَّى يَبْلُغَ العَرَقُ نِصْفَ الأُذُنِ فَبَيْنَمَا هُمْ كَذَلِكَ اسْتَغَاثُوْا بِآدَمَ ثُمَّ بِمُوْسَى ثُمَّ بِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. (رواه البخاريّ)
“Matahari akan mendekat ke kepala manusia di hari kiamat, sehingga keringat sebagian orang keluar hingga mencapai separuh telinganya, ketika mereka  berada pada kondisi seperti itu mereka beristighatsah  (meminta pertolongan) kepada Nabi Adam, kemudian kepada Nabi Musa kemudian kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wasallam.(H.R. al Bukhari)

Hadits riwayat al Bayhaqi, Ibnu Abi Syaibah dan lainnya :

عَنْ مَالِك الدَّار وَكانَ خَازِنَ عُمَرَ قال: أَصَابَ النَّاسَ قَحْطٌ فِيْ زَمَانِ عُمَرَ فَجَاءَ رَجُلٌ إِلَى قَبْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اسْتَسْقِ لِأُمَّتِكَ فَإِنَّهُمْ قَدْ هَلَكُوْا، فَأُتِيَ الرَّجُلُ فِيْ الْمَنَامِ فَقِيْلَ لَهُ: أَقْرِئْ عُمَرَ السَّلاَمَ وَأَخْبِرْهُ أَنَّهُمْ يُسْقَوْنَ، وَقُلْ لَهُ عَلَيْكَ الكَيْسَ الكَيْسَ، فَأَتَى الرَّجُلُ عُمَرَ فَأَخْبَرَهُ، فَبَكَى عُمَرُ وَقَالَ: يَا رَبِّ لاَ آلُوْ إِلاَّ مَا عَجَزْتُ.

Maknanya: “Paceklik datang di masa Umar, maka salah seorang sahabat yaitu Bilal ibn al Harits al Muzani mendatangi kuburan Nabi dan mengatakan: Wahai Rasulullah, mohonkanlah hujan kepada Allah untuk ummat-mu karena sungguh mereka betul-betul telah binasa, kemudian orang ini bermimpi bertemu dengan Rasulullah dan Rasulullah berkata kepadanya: Sampaikan salamku kepada Umar: dan beritahukan bahwa hujan akan turun untuk mereka, dan katakan kepadanya Bersungguh-sungguhlah dalam melayani ummat. Kemudian sahabat tersebut datang kepada Umar dan memberitahukan apa yang dilakukannya dan mimpi yang dialaminya. Umar menangis dan mengatakan: “Ya Allah, Saya akan kerahkan semua upayaku kecuali yang aku tidak mampu.”

Hadits ini dinilai sahih oleh al Bayhaqi, Ibnu Katsir, al Hafizh Ibnu Hajar dan ulama lainnya.

Hadits ini menunjukkan dibolehkannya beristighotsah dengan para nabi dan wali yang sudah meninggal dengan redaksi Nida' (memanggil) yaitu      (يَا رَسُوْلَ اللهِ). Ketika Bilal ibn al Harits al Muzani mengatakan: (اسْتَسْقِ لِأُمَّتِكَ) maknanya adalah: “Mohonkanlah hujan kepada Allah untuk ummat-mu”, bukan ciptakanlah hujan untuk ummatmu. Jadi dari sini diketahui bahwa boleh bertawassul dan beristighatsah dengan mengatakan :

يَا رَسُوْلَ اللهِ، ضَاقَتْ حِيْلَتِيْ أَدْرِكْنِيْ أَوْ أَغِثْنِيْ يَا رَسُوْلَ اللهِ.

Karena maknanya adalah tolonglah aku dengan doamu kepada Allah, selamatkanlah aku dengan doamu kepada Allah. Rasulullah bukan pencipta manfa’at atau mara bahaya, beliau hanyalah sebab seseorang diberikan manfaat atau dijauhkan dari bahaya.

Ath-Thabarani meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas bahwa Rasulullah bersabda :

إِنَّ للهِ مَلاَئِكَةً فِيْ الأَرْضِ سِوَى الْحَفَظَةِ يَكْتُبُوْنَ مَا يَسْقُطُ مِنْ وَرَقِ الشَّجَرِ فَإِذَا أَصَابَ أَحَدَكُمْ عَرْجَةٌ بِأَرْضٍ فَلاَةٍ فَلْيُنَادِ أَعِيْنُوْا عِبَادَ اللهِ. (رواه الطّبَرَانِيّ وقال الحافظ الهيثميّ: رجاله ثقات ورواه أيضا البزّار وابن السُّنِّيِّ).

Maknanya: “Sesungguhnya Allah memiliki para malaikat di bumi selain hafazhah yang menulis daun-daun yang berguguran, maka jika kalian ditimpa kesulitan di suatu padang maka hendaklah mengatakan: tolonglah aku, wahai para hamba Allah.” (H.R. ath-Thabarani dan al Hafizh al Haytsami mengatakan: perawi-perawinya terpercaya, juga diriwayatkan oleh al Bazzar dan Ibnu as-Sunni)

 رابطة المبلغين النهضية كديري

Sabtu, 27 Oktober 2018


Di alam semesta ini ada banyak hukum yg tersebar yg satu hukum dgn hukum lainnya saling terkait dan tak terpisahkan. Ada hukum kausalitas (sebab-akibat), hukum keseimbangan, hukum tarik-menarik, hukum pertentangan (paradoks) dan hukum kekosongan. Semua hukum tersebut kita kenal dengan sunnatullah.

Semua hukum bekerja secara simultan tapi dalam ruang yang berbeda. Hukum tarik-menarik misalnya, ini terjadi karena adanya hukum paradoks, hukum keseimbangan atau hukum kausalitas. Begitupun sebaliknya dan seterusnya.

Saat kita dihina atau dicaci-maki orang lain tetapi kita ikhlas menerimanya tanpa membalas atau dendam maka terjadi hukum kekosongan sehingga orang yg membenci kita pada saatnya akan berbalik mengagumi dan mencintai kita. Hal ini yang dicontohkan oleh Baginda Rasulullah SAW.

Sebaliknya jika kita membalas cacian dan hinaan orang lain maka akan terjadi hukum keseimbangan yakni orang yg menghina dan yang dihina terjadi pertukaran keburukan seperti cermin yang saling memantul.

Oleh karena itulah kesadaran harus kita tempatkan pada level tertinggi dan pengetahuan pada level dibawahnya. Karena pengetahuan tidak bisa meng-akses Kehendak Allah dan kesadaran adalah panglimanya. Baik menurut kita (menurut pengetahuan) belum tentu berlaku atau bisa jadi tak kan berlaku pada orang lain

Jadi dapat kita pahami bahwa jika kita menghina atau mencaci-maki orang lain akan terjadi dua kemungkinan :
  1. Kita akan menjadi seperti orang yang kita hina jika dia "yang kita hina" membalas perbuatan kita. 
  2. Kita justru akan mencintainya jika dia menerima hinaan kita dengan ikhlas bahkan mendoakan kita.

Itulah hebatnya sunnatullah yang diberikan Allah kepada kita. Semakin kita paham semakin kita tidak mengerti apa-apa. Marilah kita raih kesadaran sebagai panglima yang bisa menentukan arah hidup kita. Jangan berhenti belajar teruslah berbagi kebaikan walau dengan setetes pengetahuan.

#JAGAHATIJAGAJARI

Rabu, 24 Oktober 2018


*20 MACAM HATI MANUSIA DIDALAM AL QUR'AN, YANG MANAKAH HATI KITA...???*

*SETIAP MANUSIA PUNYA HATI ...*
*DAN HATI ITULAH YANG MEMERINTAH MANUSIA DALAM SEMUA GERAK TINDAKANNYA ..*

*INGATLAH BAHWA ADA 20 (DUAPULUH) MACAM SIFAT HATI MANUSIA YANG DISEBUTKAN DALAM ALQURAN AL KARIM*

*القلبُ السَّلِيْمْ :*
*وهو مخلص لله وخالٍ من الكفر والنفاق والرذيلة* .
*{ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّـهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ }*
*﴿الشعراء: ٨٩﴾*
*1. Hati yang SALIM yang suci ....*
 " Yaitu hati yang ikhlas dan kosong dari sifat kufur, munafik, dan kotoran. "   (Asy-syuara : 89).

*القلبُ المُنِيْبْ :*
*وهو دائم الرجوع والتوبة إلى الله مقبل على طاعته* .
*{ مَّنْ خَشِيَ الرَّحْمَـٰنَ بِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُّنِيبٍ } ﴿ق: ٣٣﴾*
*2. Hati yang MUNIB yang selalu inabah ...*
" Yaitu hati yang selalu kembali dan tazkiyah taubat kepada Allah dengan selalu mengerjakan perintahNya. " Alquran
 (Qaff : 33).

*القلبُ المُخْبِتْ :*
 *الخاضع المطمئن الساكن* .
*{فَتُخْبِتَ لَهُ قُلُوبُهُمْ }*
 *﴿الحج: ٥٤﴾*
*3. Hati yang MUKHBIT yang tunduk ...*
 " Yaitu hati yang selalu patuh merendah yang tenang dan lapang Sakinah ".
(Al-hajj : 54).

*القلبُ الوجِلْ :*
*وهو الذي يخاف الله عز وجل ألاَّ يقبل منه العمل وألاَّ يُنَجَّى من عذاب ربِّه.*
*{ وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ }*
*﴿المؤمنون: ٦٠﴾*
*4. Hati yang WAJAL yang bergetar ...*
" Yaitu hati yang selalu takut kalau tidak mengerjakan perintah dan tidak selamat dari azab ".
Alquran (Al-mukminun : 60).

*القلبُ التَّقِّيْ :*
 *وهو الذي يعظِّم شعائِر الله* .
*{ ذَٰلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّـهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ }*
 *﴿الحج: ٣٢*
*5. Hati yang TAQIY yang bertakwa ...*
" Yaitu hati yang selalu mengagungkan syiar Allah ".Alquran
(Al-hajj : 32)

*القلبُ المَهْدِي :*
 *الرَّاضي بقضاء الله والتَّسليم بأمره* .
 *{ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّـهِ يَهْدِ قَلْبَهُ }*
*﴿التغابن: ١١﴾*
*6. Hati yang MAHDIY yang diberi hidayah ...*
" Yaitu hati yang selalu ridho dengan takdir Allah dan berserah atas perkara nya. " Alquran
(At-taghabun : 11)

*القلبُ المُطْمَئِنْ :*
*يسكن بتوحيد الله وذكره*
 *{ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّـهِ }*
*﴿الرعد: ٢٨﴾*
*7. Hati yang MUTHMAINNAH  yang tenang ...*
 " Yaitu hati yang selalu mantap dengan ke Esaan allah dan terus berdzikir ". Alquran
(Ar-ra'ad : 28).

*القلبُ الحَيَّ :*
*قَلْب يَعْقِل مَا قَدْ سَمِعَ مِنْ الْأَحَادِيث الَّتِي ضَرَبَ اللَّه بِهَا مَنْ عَصَاهُ مِنْ الْأُمَم .*
 *{ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَذِكْرَىٰ لِمَن كَانَ لَهُ قَلْبٌ }*
 *﴿ق: ٣٧*
*8. Hati yang HAYYU yang hidup ...*
" Yaitu hati yang kasyaf dari seluruh kejadian yang dialami oleh manusia " Alquran (Qaaff : 37).

*القلبُ المَرِيْضْ :*
*وهو الذي أصابه مرض مثل الشك أو النفاق وفيه فجور ومرض في الشهوة الحرام*.
 *{ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ }*
*﴿الأحزاب: ٣٢﴾*
*9. Hati yang MARIDH  yang sakit ....*
" Yaitu hati yang kena penyakit seperti ragu, munafik, yang didalamnya ada ilham fujur mendorong kepada syahwat haram ". Alquran (Al-ahzab : 32)

*القلبُ الأَعْمَى :*
 *وهو الذي لا يبصر ولا يدرك الحق والإعتبار*
 *{ وَلَكِن تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ }* *﴿الحج: ٤٦﴾*
*10. Hati yang A'MAA yang buta ...*
 " Yaitu hati yang tidak bisa melihat kebenaran dan ibrah dari bashirahnya ".Alquran
(Al-hajj : 46)

*القلبُ اللَّاهِي :*
 *غافل عن القرآن الكريم ، مشغول بأباطيل الدنيا وشهواتها ، لا يعقل ما فيه* .
*{ لَاهِيَةً قُلُوبُهُمْ }*
 *﴿الأنبياء: ٣﴾*
*11. Hati yang LAHIY yang lalai ...*
 " Yaitu hati yg selalu lena dari alquran. Selalu sibuk dgn kebatilan dunia dan syahwatnya. " Alquran
(Al-anbiya : 3).

*القلبُ الآثِمْ :*
*وهو الذي يكتم شهادة الحق* .
 *{ وَلاَ تَكْتُمُواْ الشَّهَادَةَ وَمَن يَكْتُمْهَا فَإِنَّهُ آثِمٌ قَلْبُهُ }*
*﴿البقرة: ٢٨٣﴾*
*12. Hati yang ATSIM yang berdosa ...*
 " Yaitu hati yang menyembunyikan kesaksian terhadap kebenaran ".
(Albaqarah : 283)

*القلبُ المُتَكَبِّرْ :*
 *مستكبر عن توحيد الله وطاعته،جبار بكثرة ظلمه وعدوانه*
 *{ قلْبِ مُتَكَبِّرٍ جَبَّارٍ }*
*﴿غافر: ٣٥﴾*
*13. Hati yang MUTAKABBIR yang sombong ...*
" Yaitu hati yang tidak mau mentauhidkan Allah dan ketaatanNya. Banyak melakukan kezaliman dan permusuhan. "
(Ghafir :35).

*القلبُ الغَلِيْظْ :*
*وهو الذي نُزعت منه الرأفة والرَّحمة*
 *{ وَلَوْ كُنتَ فَظّاً غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ }*
*﴿ آل عمران: ١٥٩﴾*
*14. Hati yang GHALIDH  yang kasar ....*
" Yaitu hati yang dicabut rasa empati dan kasihan kepada sesama "Alquran
(Ali imran : 159).

*القلبُ المَخْتُومْ :*
 *فلم يسمع الهدى ولم يعقله* .
*{ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ }*
 *﴿الجاثية: ٢٣﴾*
*15. Hati yang MAKHTUM yang terkunci ...*
 " Yaitu hati yang mendengar nasehat tapi tidak melaksanakan nasehat".Alquran
 (Aljatsiyah : 23)

*القلبُ القَاسِيْ :*
*لا يلين للإيمان ولا يؤثِّرُ فيه زجر وأعرض عن ذكر الله* .
 *{وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً }*
 *﴿المائدة: ١٣﴾*
*16. Hati yang QAASIY yakni hati yang keras ....*
" Yaitu hati ugal tidak memiliki kelembutan untuk iman dan tidak pernah berbekas ancaman dan berpaling dari zikir kepada Allah ". Alquran
(Almaidah : 13). 

    *القلبُ الغَافِلْ :*
 *غافلا عن ذكرنا ، وآثَرَ هواه على طاعة مولاه* .
*{ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا }*
 *﴿الكهف: ٢٨﴾*
*17. Hati yg GHAAFIL yang Lalai ....*
" Yaitu hati yang tidak dzikir memilih Hawanya dari pada taat nya. "Alquran
(Al Kahfi : 28).

*الْقَلْبُ الأَغْلَفْ :*
 *قلب مُغَطَّى لا يَنْفُذ إليها قول الرَّسُول صلى الله عليه* *وسلم{ وَقَالُواْ قُلُوبُنَا غُلْفٌ }*
*﴿البقرة: ٨٨﴾*
*18. Hati yang AGHLAF  yang terhijab ....*
" Yaitu hati yang tertutup tidak mau menerima nasehat dari Hadits Rasulullah ".Alquran (Albaqarah : 88).

*القلبُ الزَّائِغْ :*
*مائل عن الحق*ِّ
*{ فأَمَّا الَّذِينَ في قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ }*
 *﴿آل عمران: 7﴾*
*19. Hati yang ZAA-IGH  yang miring ....*
 " Yaitu hati yang selalu condong kepada selain kebenaran ". Alquran
(Ali imran : 7).

*القلبُ المُرِيْبْ:*
*شاكٍ متحيِّر* .
*{ وَارْتَابَتْ قُلُوبُهُمْ }*
*﴿التوبة : 45*
*20. Hati yang MURIIB yang selalu ragu .....*
 " Yaitu hati yang tidak ada kepastian selalu goyang ". Alquran (Attaubah : 45).

*Semoga bermanfaat bagi kita semuanya Aamiin Allahuma Aamiin*

Termasuk di manakah hati kita?
Pondok Pesantren Lirboyo
"HUKUM MEMBAKAR BENDERA TAUHID"

Akhir-akhir ini publik ramai memperbincangkan tindakan salah satu anggota organisasi yang membakar bendera bertuliskan kalimat tauhid. Banyak pihak yang geram atas tindakan ini, sebab kalimat tauhid dimana pun penempatannya adalah kalimat yang harus dimuliakan oleh seluruh umat islam. Sehingga membakar bendera yang bertuliskan kalimat tauhid adalah bentuk penghinaan yang nyata pada kalimat tauhid itu sendiri.

Benarkah hujjah (argumentasi) dan alasan tersebut?

Sebelumnya patut dipahami bahwa dalam konteks ini telah terjadi penyimpangan fungsi kalimat tauhid yang awalnya merupakan simbol keesaan Allah swt. Namun oleh oknum yang tidak bertanggungjawab justru kalimat tersebut dijadikan sebagai simbol kepentingan mereka dan dijadikan lambang identitas golongan mereka, golongan ini biasa dikenal dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), salah satu gerakan separatis yang secara tegas telah dilarang oleh pemerintah.

Hadratus Syeikh KH. Hasyim Asy’ari dalam kitab Tanbihat al-Wajibat menjelaskan:

اَنَّ اسْتِعْمَالَ مَا وُضِعَ لِلتَّعْظِيْمِ فِيْ غَيْرِ مَحَلِّ التَّعْظِيْمِ حَرَامٌ
“Sesungguhnya menggunakan sesuatu yang diciptakan untuk diagungkan, untuk difungsikan pada hal yg tidak diagungkan adalah hal yang haram“.

Berdasarkan referensi di atas, mengalihfungsikan kalimat tauhid untuk kepentingan organisasi yang terlarang adalah bentuk perbuatan yang secara tegas diharamkan oleh syariat. Sebab perbuatan ini saja sudah dipandang menghina terhadap kalimat tauhid itu sendiri. Sehingga mestinya secara arif kita dapat menilai bahwa bendera tauhid pada konteks ini hakikatnya bukan merupakan lambang yang mewakili umat islam secara kesuluruhan, bahkan merupakan lambang yang dijadikan pemicu berbagai perpecahan bangsa, sebab telah difungsikan sebagai lambang golongan tertentu yang telah dilarang oleh pemerintah.

Peristiwa semacam ini sesungguhnya juga terjadi dalam ingatan sejarah kita, bagaimana Masjid Dhirar dihancurkan dan dibakar oleh Rasulullah saw. setelah beliau tahu bahwa ternyata masjid tersebut dibuat oleh kaum yang berupaya memecah belah umat Islam. Dalam menyikapi peristiwa ini, Imam Jalaluddin As-Suyuthi dalam Kitab Al-Hawi Lil fatawi:

قَالَ عُلَمَاؤُنَا: وَإِذَا كَانَ الْمَسْجِدُ الَّذِيْ يُتَّخَذُ لِلْعِبَادَةِ وَحَضَّ الشَّرْعُ عَلَى بِنَائِهِ يُهْدَمُ وَيُنْزَعُ إِذَا كَانَ فِيْهِ ضَرَرٌ فَمَا ظَنُّكَ بِسِوَاهُ ؟ بَلْ هُوَ أَحْرَى أَنْ يُزَالَ وَيُهْدَمَ، هَذَا كُلُّهُ كَلَامُ الْقُرْطُبِيْ
“Para Ulama berkata: Jika masjid saja yang diciptakan untuk ibadah dan syariat menganjurkan untuk membangunnya berubah menjadi dihancurkan karena terdapat kemudlaratan, lantas bagaimana pendapatmu pada hal selain masjid? Jelas lebih pantas untuk dihilangkan dan dihancurkan. Perkataan tersebut adalah perkataan Imam Qurtuby”

Selain peristiwa itu, pernah pula tercatat dalam sejarah Sayyidina Utsman ra. membakar mushaf Al-Quran untuk tujuan menjaga keotentikan Al-Quran. Sebab Mushaf yang Ia bakar merupakan mushaf-mushaf yang bercampur antara ayat yang mansukh (disalin) dan ayat yang tidak mansukh. Khawatirnya jika mushaf-mushaf itu dibiarkan, banyak orang akan berpendapat bahwa lafadz yang bukan merupakan bagian dari Al-Quran dianggap sebagai bagian dari Al-Quran. Hal ini jelas akan berpengaruh pada keotentikan Al-Quran itu sendiri. Berdasarkan peristiwa ini, Para Fukaha berpandangan bahwa membakar Al-Qur’an jika bertujuan untuk menjaga kehormatan Al-Quran itu sendiri adalah hal yang diperbolehkan.isbn

Berdasarkan beberapa dalil-dalil di atas dapat kita simpulkan bahwa bendera tauhid hanyalah kedok dari gerakan terlarang di negeri ini. Kita harus melawannya secara tegas. Tindakan membakar hakikatnya bukan melecehkan kalimat tauhid, namun untuk menyelamatkannya dari kepentingan yang tercela.

Dengan demikian, hukum membakar bendera tauhid adalah hal yang diperbolehkan, bahkan merupakan cara yang paling utama bila hal tersebut lebih efektif untuk menghentikan provokasi dari gerakan terlarang di negeri ini. Wallahu A’lam.

Sumber: Lajnah Bahtsul Masail Pondok Pesantren Lirboyo (LBM P2L)
Suatu hari di tepi sungai Dajlah, *Hasan al-Basri* seorang *Sufi besar* melihat seorang pemuda duduk berdua-duaan dengan seorang perempuan. Di sisi mereka terletak sebotol arak.


Kemudian Hasan berbisik dalam hati, “Alangkah buruk akhlak orang itu dan baiknya kalau dia *seperti aku..!* ”.

Tiba-tiba Hasan melihat sebuah perahu di tepi sungai yang sedang tenggelam. Lelaki yang duduk di tepi sungai tadi terus *terjun* untuk *menolong penumpang* perahu yang hampir lemas. *Enam* dari tujuh penumpang itu berhasil *diselamatkan*.

Kemudian dia berpaling ke arah *Hasan al-Basri* dan berkata, “Jika engkau memang *lebih mulia* daripada saya, maka dengan nama Allah selamatkan *seorang lagi* yang belum sempat saya tolong. Engkau diminta untuk menyelamatkan *satu orang saja,* sedang saya telah menyelamatkan *enam orang*”.


Bagaimanapun *Hasan al-Basri gagal* menyelamatkan yang seorang itu. Maka lelaki itu berkata padanya, “Tuan, sebenarnya perempuan yang duduk di samping saya ini adalah *ibu* saya sendiri, sedangkan botol itu hanya berisi *air biasa*, bukan *anggur atau arak*”.


Hasan al-Basri tertegun lalu berkata, “Kalau begitu, sebagaimana engkau telah menyelamatkan enam orang tadi dari bahaya tenggelam ke dalam sungai, maka *selamatkanlah* saya dari tenggelam dalam *Kebanggaan dan Kesombongan*”

Lelaki itu menjawab, “Mudah-mudahan Allah mengabulkan permohonan tuan”


Semenjak itu, Hasan al-Basri *semakin dan selalu merendahkan hati* bahkan ia *menganggap dirinya* sebagai *makhluk yang tidak lebih daripada orang lain*.

Jika Allah membukakan pintu *Solat Tahajud* untuk kita, janganlah lantas kita *memandang rendah* saudara seiman yang sedang *tertidur nyenyak*.

Jika Allah membukakan pintu *Puasa Sunat*, janganlah lantas kita *memandang rendah saudara seiman* yang *tidak* ikut *berpuasa* sunat. Boleh jadi orang yang *gemar tidur* dan jarang *melakukan puasa* sunat itu lebih dekat dengan *Allah,* daripada diri kita.


Ilmu *Allah sangat amatlah luas*.

Jangan pernah *Kagum atau Takjub & Sombong* pada *Amalanmu*.

Sahabat...ku indahnya cerita ini *semoga* menjadi Pengobat Jiwa agar kita terhindar dari *sifat Mazmumah.*


Walau sehebat apapun diri kita jangan pernah berkata “ _*Aku lebih baik dari pada kalian*_”

_(Imam Al Ghazali)_

Selasa, 23 Oktober 2018

*EDISI ORANG-ORANG SHALEH*

*KYAI KHOLIL BANGKALAN KEDATANGAN SEORANG PENGEMIS DAN ANJINGNYA*

 

Suatu hari Almaghfullah Syaichona Kyai Kholil (Bangkalan - Madura) sedang menemui tamu tamunya di ruangan depan. Mbah Kholil yang juga  Ulama besar dan salah satu guru dari KH Hasyim Asy'ari (pendiri NU / kakek Gus Dur) duduk dengan salah satu lutut tertekuk di depan perut beliau sambil bercengkerama dengan para tamu tamunya di temani secangkir kopi yang ada di hadapan masing2.

Ketika sedang asyik mengobrol itu tiba2 datang seorang "gembel" dengan pakaian lusuh sambil menuntun seekor anjing masuk ke ruangan,kontan saja semua tamu pada heran bercampur geram apalagi tanpa salam tanpa bicara dan tanpa ijin tiba2 si pengemis ini menyeruput kopi milik mBah Kholil, terlihat juga ingus yang keluar dari hidung pengemis tak di undang ini.

Marah kah mbah Kholil??
Tidak! Mbah Kholil tampak merubah posisi duduknya seperti orang posisi duduk orang sedang sholat,telapak  tangannya menyatu di atas paha, kepalanya menunduk tanpa berani menatap muka si pengemis.

Justru beberapa tamu bangkit bermaksud mengusir orang aneh ini, tapi segera di cegah oleh mBah cholil dengan isyarat tangannya.

Beberapa saat suasana hening, mBah cholil tetap menunduk, tamu yang ada di ruangan itu tak satupun ada yang berani bersuara sampai kemudian si pengemis berlalu tanpa sepatah katapun.

Selepas gelandangan itu pergi mBah Kholil membuka suara : "siapa yang mau meminum kopi bekas tamuku tadi"?

Tentu saja tak seorangpun yang mau, karena kopi itu bekas di minum seorang pengemis dengan ingus menempel di bawah idung! Ngeri!

"Baiklah, kalau begitu biar saya yang menghabiskan".kata mBah kholil sambil meminum sisa kopi di cangkir.

Semua tamu semakin  terheran heran, belum habis rasa penasaran para tamu kemudian mBah Kholil menyambung kata lagi : " taukah sampyan semua siapa tamu tadi,, dia Nabi Khidir, beliau habis mengunjungi sahabatnya seorang wali di Yaman dan Sudan, kemudian melanjutkan perjalanan kesini untuk menemui sahabat2nya,para Waliyullah di tanah jawa."

Kontan kemudian para tamu berebut sisa kopi yang tinggal cangkirnya itu, bahkan ada yang berebut untuk mencuci cangkirnya sekedar untuk "ngalab berkah" dari kesalehan Nabi Khidir Alaihissalam.

MBaH Kholil terkekeh dengan tingkah para tamunya ini, yah.. kebanyakan kita hanya melihat kulit, tanpa bisa melihat hati, karena mata kita sudah tertutup oleh gemerlap dunia.

*JANGAN TERTIPU OLEH PANDANGAN MATA DOHIR (LAHIRIYAH)*

Semoga kita semua selalu terjaga... 🙏

Kisah Inspiratif : SANTRI & KIYAI...




Kunjungan sang Mahaguru, Mbah Kholil Bangkalan ke Tebuireng Jombang mengejutkan mbah Hasyim Asyari. Dalam tradisi pesantren tidak ada istilah "mantan santri" atau "mantan kiyai" sampai akhir hayat santri ya tetep santri, kiyai yo tetep kiyai.

Mbah Kholil Bangkalan adalah guru bagi kiyai Hasyim. Untuk itulah segala hal dipersiapkan untuk menyambut tamu istimewa ini. Masalahnya, mbah Kholil tidak hanya berkunjung, melainkan ingin nyantri, belajar pada kiyai Hasyim, yang memang sudah dikenal reputasinya sebagi ahli hadits. (bedo yo karo jaman now...po yo ono kyai meguru ning santrine..gengsiii..broo..).

Begitu mbah Kholil rawuh di Tebuireng, beberapa santri ditugaskan mempersiapkan kamar khusus buat mbah Kholil, setelah rampung, maka dengan takdhimnya kiyai Hasyim mendekat dan matur :
"Kiyai..mohon istirahat di kamar yang telah disediakan, jangan tidur seperti santri-santri biasa, cucian juga biar dicucikan, jangan mencuci sendiri" kata kiyai Hasyim.

Dengan tersenyum mbah Kholil membalas:
"Hasyim, disini saya datang sebagai santri, seperti santri-santri yang lain, jadi jangan diistimewakan dan dipisahkan dengan santri-santri yang lain. Dulu, di pesantren Bangkalan, memang benar aku kiyaimu, dan kamu santriku, tapi disini sebaliknya, kamu kiyaiku dan aku ini santrimu"

"Tapi kiyai..." kata kiyai Hasyim kebingungan.
Karena bagaimanapun mbah Kholil adalah gurunya, kiyainya (tak peduli saat ini sudah jadi ustadz, kyai besar, profesor, doktor, pejabat...kyai ya tetap kiyai, guru ya tetap guru, senajan guru ning TK, kiyai mulang alif, ba, ta..inilah adab santri dan murid... tak malu cium tangan jika ketemu, meskipun dia lebih berharta dan berpangkat).

Setelah berfikir keras, kiyai Hasyim punya ide, maka didatangi mbah Kholil di kamarnya.

"Kiyai Kholil", kata kiyai Hasyim agak di wibawa-wibawakan.

"Apa benar kiyai, menganggap saya sebagai guru..?" lanjut kiyai Hasyim

Mbah Kholil agak bingung dan terkejut mendengar pertanyaan mantan santrinya.

"Iya benar, kamu adalah guru saya", balas mbah Kholil

"Kalo begitu saya perintahkan agar kiyai Kholil meninggalkan kamar ini, segera menempati kamar yang sudah disediakan, makanan akan diantar ke kamar, jadi tidak perlu antri seperti santri yang lain, cucian juga akan dicucikan, jadi tidak perlu antri kamar mandi. Ini bukanlah permintaan seorang santri kepada kiyainya, tapi perintah kiyai pada santrinya"

Mendengar itu, mbah Kholil terkejut lalu berdiri dan menuruti perintah "gurunya"

Indahnya adab santri, adab murid pada gurunya, pada kiyainya...jangan malu mencium tangannya, dimanapun berada.

🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟

SELAMAT HARI SANTRI, semoga kaberkahan guru dan kiyai tetap kita dapatkan, selamat aktivitas, sehat dan sukses selalu, Aamiin

Minggu, 21 Oktober 2018

Rajin Sholat Tapi Sholatnya Tidak Pernah Dicatat Malaikat, Ini Penyebabnya




Rasulullah SAW pernah menyampaikan kekhawatiran tentang sesuatu yang di kemudian hari bisa menjangkiti umatnya. Beliau bersabda,

“Sesungguhnya ada sesuatu yang aku takutkan di antara sesuatu yang paling aku takutkan menimpa umatku kelak, yaitu syirik kecil.

Para sahabat bertanya, “Apakah syirik kecil itu?”

Beliau menjawab, “riya’.”

Dalam sebuah hadis diceritakan pula bahwa di akhirat kelak akan ada sekelompok orang yang mengeluh, merangkak, dan menangis.

Mereka berkata, “Ya Allah di dunia kami rajin melakukan shalat, tapi kami dicatat sebagai orang yang tidak mau melakukan shalat.”

Para malaikat menjawab, “Tidakkah kalian ingat pada waktu kalian melakukan shalat kalian bukan mengharap ridha Allah, tapi kalian mengharap pujian dari manusia, kalau itu yang kalian cari, maka carilah manusia yang kau harapkan pujiannya itu.”

Jelaslah bahwa kualitas sebuah amal berbanding lurus dengan kualitas niat yang melatarbelakanginya. Bila niat kita lurus, lurus pula amal kita. Namun, bila niat kita bengkok, amal kita pun akan bengkok.

Agar niat kita senantiasa lurus dan ikhlas, alangkah baiknya apabila kita menghayati kembali janji-janji yang selalu kita ucapkan saat shalat, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup, dan matiku hanyalah untuk Allah seru sekalian alam.”
.

Kebaikan bagi Orang yang Berdoa



DOA merupakan salah satu senjata orang-orang mukmin. Karena dengan doalah kita bisa merubah takdir buruk menjadi takdir baik. Doa pula menjadi salah satu cara kita berdialog dan mengeluarkan segala isi hati di hadapan Allah SWT.

Kita seringkali merasa bosan dalam berdoa. Bosan dalam berdoa ini disebabkan kita merasa bahwa doa-doa kita tidaklah dikabulkan.

Padahal, kita seharusnya jangan pernah merasa bosan dalam berdoa. Karena, doa yang kita panjatkan kepada Allah akan selalu membawa kebaikan. Apa saja kebaikan itu? Setidaknya ada lima hal yang akan diterima oleh orang yang berdoa, yaitu:

  1. Allah segera mengabulkan doa orang tersebut, sehingga ia mendapatkan apa yang ia minta.
  2. Allah mengganti permintaan orang itu dan memberinya keselamatan dari bencana.
  3. Allah menjawab permintaan orang itu dengan ganti yang jauh lebih baik.
  4. Allah menunda pengabulan doa orang itu hingga waktu yang lebih tepat.
  5. Allah menunda pengabulan doa orang itu sampai ajal menjemputnya. Doanya menjadi simpanan di akhirat.
Jadi, masihkan kita bosan dalam berdoa? Renungkanlah…

HIDUP TAWAKKAL


Kehidupan di dunia ini tanpa adanya TAWAKAL kepada Allah ta`ala niscaya akan bimbang dan ada keraguan di hatinya

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Dia akan mencukupi (kebutuhan)nya” (QS. Ath-Thalaq: 3)

عن عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ إِنَّهُ سَمِعَ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ((لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا)). رواه الترمذي، وَقالَ: (حديث حسن).

Dari Sayyidina ‘Umar bin Khathab RA bahwa beliau pernah mendengar Nabi bersabda: “Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal, niscaya Dia (Allah) akan memberi kalian rizki sebagaimana Allah memberi rizki kepada burung, ia (burung) keluar di waktu pagi dalam keadaan perut kosong dan pulang di waktu sore dalam keadaan kenyang.”

Semoga kita dianugrahi Tawakkal sehingga hidup ini bahagia..Aamiin YMS..




Almarhum Gus Cecep pernah menunjukkan kepada saya buku catatan milik sang ayah, KH. Abdul Karim Hasyim (1901-1972) putra Hadlratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari (1871-1947).

Buku berukuran saku tanpa nomor halaman itu memuat banyak informasi. Ada catatan tentang keilmuan, syair, nasab, agenda, draft surat, dan doa ilmu hikmah. Bahasa Arab menempati posisi paling banyak dalam buku catatan tersebut, disusul bahasa Jawa dan Indonesia.

Yang menarik untuk diulas, ada catatan Kiai Karim tentang doa hikmah yang ditulisnya dengan aksara Pegon, berbahasa Jawa, dan dibubuhi kutipan ayat-ayat Alquran. Begini salinannya, saya pribadi kurang yakin penyalinan ini benar, mohon dikoreksi:

“Bismillahirrahmanirrahim
SangHyang Handaru putih aran ratune bumi ingsun nitip tanduran ingsun, barang ingsun, awak ingsun, lamun ngapek barangku cupanana patenana, kullu nafsin dzaiqatul maut, hawwin ‘alayna ya dzal jalal wal ikram. Syekh Bujang, Syekh Lara Ala kang anduweni kasakit biru. Sapa2 sing ngapek barangku iku panganan sira, geteh, daging sing ala atine maring aku. Malaikat Abu Janiyah panerapaken kembang siluang, incuk2, incek matana sing arep ala maring aku.

Alam tara ilalladzina kharaju min diyarihim fahum ulufun hadzaral maut.

Santri kang ngereksa tegal; macan putih, sapa amburu macan putih ula putih, sapa amburu ula putih celeng putih, sapa amburu celeng putih wong pangereksa tegal. Pak Irsyad dipa, Pak Salman Pak Sakram.”

Tampaknya mantra atau jimat ini digunakan beliau untuk mejaga sawah pesantren. Di akhir tulisan juga tertulis santri-santri yang menjaganya. Pertanyaannya kemudian, Siapa dan apa maksud ‘SangHyang Handaru Putih’ di doa tersebut?

Wallahu a’lam. Kalimat itu cukup asing, minimal dalam pembendaharaan bahasa Jawa saya. Lebih mirip kosakata Jawa Hindu. Tapi memang diakui, nuansa Hindu-Buddha sebagai agama pra-Islam di Jawa memiliki pengaruh yang besar. Asimilasi dan akulturasi budaya pasti terjadi saat keduanya bersentuhan.

P. J. Zoetmulder dalam “Pantheisme en monisme in de Javaansche Soeloek-Littertuur” (1990) menuturkan, Sastra Suluk yang merepresentasikan kepercayaan Islam di Jawa, lebih banyak menampilkan kepercayaan Jawa dan pengaruh pra-Islam daripada ajaran Islam itu sendiri.

Asumsi saya, SangHyang Handaru Putih tak lain ya Tuhan Sang Pencipta itu, hanya saja dengan sebutan nama lain. Seperti dalam Islam dikenal Asmaul Husna sebagai 99 nama indah Allah, pun demikian masyarakat Jawa memiliki banyak sebutan untuk Tuhan Yang Maha Esa dengan bahasanya.

Well, Islam hadir di muka bumi bukan untuk memberangus budaya, tradisi, dan bahasa yang sudah ada namun hanya meluruskan dan memperindah saja—peran inilah yang kemudian dianjutkan oleh pesantren.

Tradisi sedekah laut, misalnya, ada yang mengklaim syirik tidak sesuai syariat harus dihapus. Hallah, gitu aja geger. Tinggal niatnya saja yang diubah. Jika semula sedekah untuk para penunggu laut, maka orang-orang pesantren berniat sedekah kepada makhluk yang ada di laut; ikan-cumi-dkk, sebagai rasa syukur kepada Allah.

Ibarat orang yang sudah memiliki istri namun terlihat kusut, bukan istrinya yang diganti, tapi kekusutannya itulah yang harus didandani. Duh, kok melebar. Selamat malam Minggu deh…

Alfaqir: atunk.
Jakarta, 20 Oktober 2018

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10212907893393439&id=1273371223

Sabtu, 20 Oktober 2018

Al-Fatihah vs Al-Fateka, Perlukah Dipertentangkan?


Oleh: Muchlis M Hanafi

Al-Qur`an bukan kalam biasa. Ia adalah kalam Tuhan yang harus dimuliakan. Dalam rangka memuliakan Al-Qur`an, para ulama menekankan agar dalam melantunkan bacaan, unsur _fashâhah_ dan _makhraj_ diperhatikan. Untuk itu, ilmu tajwid, yaitu ilmu untuk memperbagus bacaan Al-Qur`an diciptakan. Ratusan, bahkan ribuan kitab tajwid ditulis.

Bahkan, sedemikian pentingnya ilmu tajwid, ulama Al-Qur`an, Ibnu al-Jazari (w.833 H), menyatakan, _’berpedoman dengan ilmu tajwid adalah keharusan. Siapa yang membaca Al-Qur`an tidak dengan tajwid yang benar maka ia berdosa’._ Ini sejalan dengan perintah Al-Qur`an agar membacanya dengan _tartîl_ (QS. Al-Muzzammil/73: 4), yakni membacanya secara perlahan, sehingga huruf-hurufnya keluar dengan jelas sesuai bunyi pelafalannya.

Siapa yang bisa seperti itu terbilang sebagai _al-mâhir bil qur`an_ yang dalam hadis dikatakan ‘akan bersama para malaikat yang mulia’. Bagaimana dengan yang tidak membaca atau melafalkannya dengan baik? Lanjutan hadis menyatakan, “yang membacanya dengan terbata-bata, penuh kesulitan, akan mendapatkan dua pahala; dari bacaan dan usahanya.

Setiap orang punya kondisi berbeda. Jangankan non-Arab yang bukan penutur bahasa Arab, bangsa Arab sendiri punya dialek dan logat bermacam-macam. Bukan hanya saat ini, tetapi saat Al-Qur`an diturunkan, bahkan di hadapan Rasulullah.

Dalam sejarah bahasa Arab klasik, menurut Teimour Pasya (w.1930 M), ditemukan tidak kurang dari dua puluh dialek. Bahkan pernyataan Nabi Saw Al-Qur`an turun dalam _sab`at ahruf_ salah satunya untuk mengakomodir dialek suku-suku bangsa Arab saat Al-Qur`an diturunkan. Di antara suku Arab yang terbesar dan paling berpengaruh adalah Quraisy, Tamim, Asad, Hudzail, Aqil, Thay dan lainnya.

Perbedaan dialek itu bahkan sampai pada tingkat merubah bunyi huruf. Perbedaan itu salah satunya dipengaruhi lingkungan. Dalam sosio-linguistik, suku Tamim, misalnya, simbol kehidupan masyarakat badui pedalaman, sedangkan masyarakat Arab perkotaan ( _hadhariy_ ) diwakili oleh suku Qurasiy dan yang ada di Hijaz.

Dalam melafalkan huruf, suku quraisy dikenal jelas dan cermat. Berbeda dengan Hudzail yang suka berbicara cepat, sehingga bunyi huruf satu dengan lainnya saling bertumpuk. Ini bisa ditelusuri dalam bacaan versi Abu Amr Ibn al-Ala (w.154 H), salah satu dari tujuh bacaan ( _qira`at sab`ah_ ) yang mutawatir. Di kalangan suku Tamim, Asad dan Qays dikenal fenomena bunyi yang disebut _’an`anah_ , yaitu membunyikan huruf hamzah berharakat fathah dengan `ain. Huruf hamzah (أَ) berubah menjadi `ain (ع). Di kalangan suku Hudzail, huruf ha (ح) dibunyikan dengan `ain (ع). Pengaruh dialek Hudzail diakomodir oleh Ibnu Mas`ud, salah seorang Sahabat Nabi, yang membaca ayat _hattâ hîn_ (QS. Yusuf: 12/35) dengan _ ‘attâ ‘în_. Fenomena ini disebut _fahfahah’_. Ada lagi fenomena _al-watm_ yang mengganti bunyi huruf ‘sîn’ dengan ‘ta’. Kata _al-nâs_ dibunyikan menjadi _al-nât_.

Rasulullah dalam beberapa kesempatan mengakomodir perbedaan dialek tersebut. Dalam suatu riwayat, beliau melafalkan huruf `ain berharakat ‘sukun’ (عْ) yang berdampingan dengan huruf ‘tha’ menjadi ‘nûn’. Dalam doa popular, _”Limâ a`thayta”_ menjadi _”limâ anthayta”_” dan _”walâ mu`thiya”_ menjadi _”walâ munthiya”_”. Ulama besar, al-Hasan al-Bashri (w.21 H), diriwayatkan membaca QS. al-Kautsar dengan lafal _”innâ anthaynâkal kawtsar”_. Fenomena ini disebut _al-istintha_ pada kabilah Sa`ad, Hudzail, Azd dan Qays. Dalam kesempatan lain, ‘alif-lam’ (الْ) pada awal kata dibunyikan dengan `am (ام). Ungkapan _”laysa minal birri al-shiyâm fi al-safar”_ (bukan hal yang baik berpuasa di perjalanan) berbunyi menjadi _”laysa min ambirr am shiyâm fi amsafar”_. Fenomena ini disebut _thamthamah_ atau _thamthamaniyah_ pada suku Thay, Azd dan Himyar di selatan jazirah Arab.

Demikian beberapa contoh dialek Arab yang dipengaruhi faktor sosial dan lingkungan. Simplifikasi bunyi ini bisa juga terjadi karena tempat keluar huruf (makhraj) berdekatan, seperti huruf _ha_ dari tengah kerongkongan ( _wasath al-halq_) dan _kaf_ dari ujung lidah bagian dalam setelah kerongkongan sedikit. Meski berbeda bunyi, ahli bahasa bersepakat itu hanya kebiasaan yang tidak memengaruhi makna. Apalagi bukan karena disengaja. Bukankah Tuhan tidak membebani hamba-Nya dengan sesuatu yang di luar kemampuannya? Kalau begitu, mengapa harus dipertentangkan. Demikian, _wallahua`lam_.

*Penulis adalah Direktur  Pusat Studi Al-Qur`an (PSQ) Jakarta dan Kepala Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an (LPMQ) Kementerian Agama RI-( KH. DR MUCHLIS M HANAFI, MA) Beliau adalah alumni GO. 1989 - Komsol*
Assalamualaikum,
Ngapunten bila menyesakkan. InsyaAllah ttp manfaat.

Ceritanya bagus biarpun diulang-ulang...jd pengen share.

Suatu hari, Umar sedang duduk di bawah pohon kurma dekat Masjid Nabawi. Di sekelilingnya, para sahabat sedang asyik mendiskusikan sesuatu.
Tiba-tiba datanglah 3 orang pemuda. Dua pemuda memegangi seorang pemuda lusuh yang diapit oleh mereka.

Ketika sudah berhadapan dengan Umar, kedua pemuda yang ternyata kakak beradik itu berkata :
"Tegakkanlah keadilan untuk kami, wahai Amirul Mukminin!"

"Qishashlah pembunuh ayah kami sebagai had atas kejahatan pemuda ini !".

Umar segera bangkit dan berkata :
"Bertakwalah kepada Allah, benarkah engkau membunuh ayah mereka, wahai anak muda?"

Pemuda lusuh itu menunduk sesal dan berkata :
"Benar, wahai Amirul Mukminin."

"Ceritakanlah kepada kami kejadiannya.", tukas Umar.

Pemuda lusuh itu kemudian memulai ceritanya :

"Aku datang dari pedalaman yang jauh, kaumku memercayakan aku untuk suatu urusan muammalah untuk kuselesaikan di kota ini. Sesampainya aku di kota ini, ku ikat untaku pada sebuah pohon kurma lalu kutinggalkan dia (unta). Begitu kembali, aku sangat terkejut melihat seorang laki-laki tua sedang menyembelih untaku, rupanya untaku terlepas dan merusak kebun yang menjadi milik laki-laki tua itu. Sungguh, aku sangat marah, segera ku cabut pedangku dan kubunuh ia (lelaki tua tadi). Ternyata ia adalah ayah dari kedua pemuda ini."

"Wahai, Amirul Mukminin, kau telah mendengar ceritanya, kami bisa mendatangkan saksi untuk itu.", sambung pemuda yang ayahnya terbunuh.

"Tegakkanlah had Allah atasnya!" timpal yang lain.

Umar tertegun dan bimbang mendengar cerita si pemuda lusuh.

"Sesungguhnya yang kalian tuntut ini pemuda shalih lagi baik budinya. Dia membunuh ayah kalian karena khilaf kemarahan sesaat", ujarnya.

"Izinkan aku, meminta kalian berdua memaafkannya dan akulah yang akan membayarkan diyat (tebusan) atas kematian ayahmu", lanjut Umar.

"Maaf Amirul Mukminin," sergah kedua pemuda masih dengan mata marah menyala,

"Kami sangat menyayangi ayah kami, dan kami tidak akan ridha jika jiwa belum dibalas dengan jiwa".

Umar semakin bimbang, di hatinya telah tumbuh simpati kepada si pemuda lusuh yang dinilainya amanah, jujur, dan bertanggung jawab.

Tiba-tiba si pemuda lusuh berkata :
"Wahai Amirul Mukminin, tegakkanlah hukum Allah, laksanakanlah qishash atasku. Aku ridha dengan ketentuan Allah", ujarnya dengan tegas.

"Namun, izinkan aku menyelesaikan dulu urusan kaumku. Berilah aku tangguh 3 hari. Aku akan kembali untuk diqishash".

"Mana bisa begitu?", ujar kedua pemuda yang ayahnya terbunuh.

"Nak, tak punyakah kau kerabat atau kenalan untuk mengurus urusanmu?", tanya Umar.

"Sayangnya tidak ada, Amirul Mukminin".
"Bagaimana pendapatmu jika aku mati membawa hutang pertanggung jawaban kaumku bersamaku?", pemuda lusuh balik bertanya kepada Umar.

"Baik, aku akan memberimu waktu tiga hari. Tapi harus ada yang mau menjaminmu, agar kamu kembali untuk menepati janji." kata Umar.

"Aku tidak memiliki seorang kerabatpun di sini. Hanya Allah, hanya Allah-lah penjaminku wahai orang-orang beriman", rajuknya.

Tiba-tiba dari belakang kerumunan terdengar suara lantang :
"Jadikan aku penjaminnya, wahai Amirul Mukminin".

Ternyata Salman al-Farisi yang berkata.

"Salman?" hardik Umar marah.
"Kau belum mengenal pemuda ini, Demi Allah, jangan main-main dengan urusan ini".

"Perkenalanku dengannya sama dengan perkenalanmu dengannya, yaa, Umar. Dan aku mempercayainya sebagaimana engkau percaya padanya", jawab Salman tenang.

Akhirnya dengan berat hati, Umar mengizinkan Salman menjadi penjamin si pemuda lusuh. Pemuda itu pun pergi mengurus urusannya.

Hari pertama berakhir tanpa ada tanda-tanda kedatangan si pemuda lusuh. Begitupun hari kedua. Orang-orang mulai bertanya-tanya apakah si pemuda akan kembali. Karena mudah saja jika si pemuda itu menghilang ke negeri yang jauh.

Hari ketiga pun tiba. Orang-orang mulai meragukan kedatangan si pemuda, dan mereka mulai mengkhawatirkan nasib Salman, salah satu sahabat Rasulullah S.A.W. yang paling utama.

Matahari hampir tenggelam, hari mulai berakhir, orang-orang berkumpul untuk menunggu kedatan
gan si pemuda lusuh. Umar berjalan mondar-mandir menunjukkan kegelisahannya. Kedua pemuda yang menjadi penggugat kecewa karena keingkaran janji si pemuda lusuh.

Akhirnya tiba waktunya penqishashan. Salman dengan tenang dan penuh ketawakkalan berjalan menuju tempat eksekusi. Hadirin mulai terisak, karena menyaksikan orang hebat seperti Salman akan dikorbankan.

Tiba-tiba di kejauhan ada sesosok bayangan berlari terseok-seok, jatuh, bangkit, kembali jatuh, lalu bangkit kembali.

”Itu dia!” teriak Umar.
“Dia datang menepati janjinya!”.

Dengan tubuhnya bersimbah peluh dan nafas tersengal-sengal, si pemuda itu ambruk di pangkuan Umar.

”Hh..hh.. maafkan.. maafkan.. aku, wahai Amirul Mukminin..” ujarnya dengan susah payah,
“Tak kukira... urusan kaumku... menyita... banyak... waktu...”.
”Kupacu... tungganganku... tanpa henti, hingga... ia sekarat di gurun... Terpaksa... kutinggalkan... lalu aku berlari dari sana..”

”Demi Allah”, ujar Umar menenanginya dan memberinya minum,

“Mengapa kau susah payah kembali? Padahal kau bisa saja kabur dan menghilang?” tanya Umar.

_*”Aku kembali agar jangan sampai ada yang mengatakan... di kalangan Muslimin... tak ada lagi ksatria... menepati janji...”*_ jawab si pemuda lusuh sambil tersenyum.

Mata Umar berkaca-kaca, sambil menahan haru, lalu ia bertanya :
“Lalu kau, Salman, mengapa mau- maunya kau menjamin orang yang baru saja kau kenal?"

Kemudian Salman menjawab : _*Agar jangan sampai dikatakan, dikalangan Muslimin, tidak ada lagi rasa saling percaya dan mau menanggung beban saudaranya”.*_

Hadirin mulai banyak yang menahan tangis haru dengan kejadian itu.

”Allahu Akbar!”, Tiba-tiba kedua pemuda penggugat berteriak.

“Saksikanlah wahai kaum Muslimin, bahwa kami telah memaafkan saudara kami itu”.

Semua orang tersentak kaget.

“Kalian...” ujar Umar.
“Apa maksudnya ini? Mengapa kalian..?” Umar semakin haru.

Kemudian dua pemuda menjawab dengan membahana :
_*”Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin tidak ada lagi orang yang mau memberi maaf dan sayang kepada saudaranya”.*_

”Allahu Akbar!” teriak hadirin.

Pecahlah tangis bahagia, haru dan sukacita oleh semua orang.
MasyaAllah..., saya bangga menjadi muslim bersama kita ksatria-ksatria muslim yang memuliakan al islam dengan berbagi pesan nasehatnya untuk berada dijalan-Nya..
Allahu Akbar ... 😭😭😭

Beginilah layaknya contoh umat islam yg sebenarnya, bukan malah saling menghujat satu sama lainnya...

SILAKAN DI BAGIKAN, JANGAN SAMPAI KISAH MULIA INI TERPUTUS DI TANGAN ANDA ... !!
Agar Umat Islam INDONESIA tidak mudah di pecah belah..
Seorang murid bertanya kepada syeikhnya,

*"Wahai Syeikh. Antara yang rajin solat dhuha dan yang rajin solat tahajjud. Yang manakah yang akan mendapat kemuliaan yang lebih di sisi Allah? Kenapa lebih banyak yang suka solat dhuha berbanding solat tahajjud?*

 Jawab Syeikhnya,

"Yang dapat kemuliaan adalah yang paling cinta kepada Allah dan dicintai Allah s.w.t.

*Bukan amal yang dilihat... hati yang punya Tauhid Hakiki.*

Yang memandang hak-hak Allah tanpa ada Aku. Aku ketika beramal... tidak lagi memandang amal...

Aku tidak juga merasa ikhlas. Mengaku ikhlas sudah menjadi tanda tidak ikhlas. Karena ada aku. Jadi kenapa dihitung dan ditimbang-timbang amalmu... sering amal yang kecil yang seolah dirasa tidak ada nilai amal itulah yang dipandang Allah dan menjadi asbab ke Syurga dan dicintai.


CELOTEH PAGI

Cinta itu butuh pengorbanan tapi lupakanlah setiap pengorbanan demi atas nama cinta agar tdk mendatangkan penderitaan. Sebaliknya fokuslah pada "cinta" itu sendiri karena ia akan melahirkan keindahan dan rindu yang membakar penderitaan.

Seorang atlit pemanah ia hanya fokus pada objek dan sasarannya karena bukan objek yang mengarah pada busur anak panah tetapi anak panah itu yang menuju objek.

ان صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله ربِّ العالمين

"Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Tuhan Semesta alam"

Maknanya beribadahlah (dengan shalat) tetapi fokuslah perhatian kita hanya pada Sang Khalik sebagai dzat yang berhak disembah karena DIA-lah Yang Maha Mengetahui akhir dari segala makhluk yang digerakkan-NYA.

Jika kita fokus pada shalat yang akan timbul adalah rasa malas,asal-asalan, menunda-nunda dan tidak khusyu.

قد افلح المؤمنون الذين هم في صلاتهم خاشعون

"Sungguh beruntung orang-orang yang beriman yaitu mereka yang khusyu shalatnya"

ويل للمصلين الذين هم عن صلاتهم ساهون

"Celakalah orang-orang yang shalat yaitu mereka yang melalaikan shalatnya"

Kesimpulannya hanya ibadah yang dilakukan karena cinta kepada Allah yang akan dibalas dengan Rahman & Rahim_NYA. Karena yang menyelamatkan kita bukan ibadah kita tetapi Rahman & Rahim_NYA.

#JAGAHATIJAGAJARI
*Al-Hikam Pasal 141-143*

“Wushul Itu Sebab Karunia Dari Alloh Dan Ditutupinya Cela Kita”

ولولا انك لاتصل اليه الابعد فناء مساويك ومحودعاويك لم تصل اليه ابدا ولكن اذااراد ان يوصلك اليه غطى وصفك بوصفه ونعتك بنعته  فوصلك اليه منه اليك لابمامنك اليه

141. “Andaikata engkau mempunyai anggapan tidak akan sampai kepada Alloh(wushul), kecuali setelah habis lenyap semua dosa-dosa dan kotoran hatimu, niscaya kamu tidak akan sampai (wushul) kepada Alloh selamanya. Tetapi jika Alloh menghendaki menarik menyampaikan kamu kepadaNya,Alloh akan menutupi sifatmu dengan sifatNya,dan kekuranganmu dengan karunia kekayaanNya, Alloh menyampaikan kamu kepadaNya dengan apa yang diberikan Alloh kepadamu,bukan karena amal perbuatanmu yang enkau hadapkan kepadaNya”



Syarah

Syeikh Abul-Hasan As-syadzily ra. berkata: seorang waliyulloh itu tidak akan sampai kepada Alloh,jika ia masih ada syahwat/kesenangan nafsu, atau masih mengatur dirinya atau masih usaha ikhtayar(memilihkan dirinya).seumpama Alloh membiarkan hambanya dengan pilihannya,pengaturannya atau kesenangan nafsunya sendiri, maka hamba selamanya tidak akan wushul(sampai kepada Alloh) jika Alloh akan menarik dan segera menyampaikan hambanya, maka di tampakkan padanya sifat-sifat Alloh. Sehingga mati  kehendak dan ikhtiyar usaha sendiri, dan segera menyerah pasrah kepada Irodah dan keputusan pemberian Alloh. Maka dengan itu ia sampai kepada Alloh karena tarikan Alloh, bukan karena amal usahanya sendiri, Wushul karena karunia Alloh bukan karena ibadah dan taatnya kepada Alloh.

لولا جميل ستره لم يكن عمل اهلا للقبول

 142.”Andai kata tidak ada baiknya tutup dari Alloh (andaikata Alloh tidak menutupi kekurangan dan kesalahan dalam semua amal hamba) niscaya tidak ada amal yang layak untuk diterima”.



Syarah

  Sebab syarat untuk diterimanya amal itu adalah ikhlas, tulus kepada Alloh,tetapi manusia diuji dengan sombong diri, merasa sudah cukup amalnya, dan lebih jelek lagi bila ia riya’ dengan amalnya,dan mengharap pujian atas amal perbuatannya. Karena demikian watak tiap hamba, maka sulit untuk diterima amal perbuatannya, kecuali hanya mengharap rohmat karunia Alloh semata.

  Syeih Abu-Abdulloh Al-Quraisyi berkata: Jika Alloh menuntut mereka tentang keikhlasan, maka lenyaplah semua amal perbuatan mereka, maka apabila telah lenyap semua amalnya, bertambahlah hajat kebutuhan mereka, maka dengan itu mereka lalu melepaskan diri dari bergantung kepada segala sesuatu, dan apabila ia telah bebas dari segala sesuatu kembalilah mereka kepada Alloh dalam keadaan bersih dari segala sesuatu.

 Jadi para murid/salik dalam perkara wushul kepada Alloh, itu harus bergantung pada anugerah dan pemberian Alloh. Jangan sampai mengandalkan amal ibadahnya sendiri.

انت الى حلمه اذا اطعته احوج منك الى حلمه اذاعصيته

143. “Engkau lebih membutuhkan kesantunan, maaf dan kesabaran Alloh ketika engkau berbuat taat (ibadah), melebihi dari pada kebutuhanmu ketika engkau berbuat maksiat/dosa”.



Syarah

   Kemuliaan seorang hamba hanya ketika bersandar diri kepada Tuhannya. Dan hina/jatuhnya seorang hamba bila ia telah melihat dan berbangga dengan dirinya sendiri. Sedang manusia ketika berbuat taat, merasa dirinya sudah baik lalu bangga dengan amal perbuatannya sendiri, sombong dan merendahkan orang lain. Padahal amal perbuatannya jika dikoreksi keikhlasannya tidaklah mungkin akan diterima, bahkan amal itu semua hanyalah amal yang palsu dan tidak ada harganya disisi Alloh.

Alloh telah menurunkan wahyu kepada seorang NabiNya: “Beritahukan kepada hamba-hambaKu yang shiddiqin(sungguh-sungguh dalam beribadah kepadaKu), janganlah kamu tertipu oleh kesombongan dengan amal perbuatanmu itu, karena apabila Aku menegakkan benar-benar keadilanKu pasti Aku akan menyiksa mereka mereka dan bukan suatu kedholiman terhadap mereka. Dan katakana kepada hamba-hambaku yang telah berbuat dosa, : Jangan kamu berputus asa dari rahmatKu, sebab tidak ada suatu dosa yang tidak dapat ku ampunkan.

   Syeih abu-Yazid al-Busthomy berkata: Taubat karena berbuat maksiat itu cukup hanya sekali, sedangkan taubat setelah berbuat taat harus seribu kali, sebab taat yang diliputi oleh ‘ujub, sombong itu berubah menjadi maksiat yang besar, dan orang tidak akan menyadarinya. Sebagaimana jatuhnya iblis dari singgasananya.
السلام علیکم ورحمت الله وبرکاته

WASIAT BERHARGA UNTUK GURU

Semoga kita bisa melaksanakan

1. Hendaknya tidak mengambil cuti sakit ketika engkau tidak sakit sehingga tidak menggabungkan dua maksiat : kebohongan dan makan harta haram. Sesungguhnya pemotongan gaji dilandasi taqwa dan takut kepada Allah itu lebih baik dan lebih kekal.

2. Terimalah murid-muridmu dengan segala kesalahan mereka karena mereka bukan malaikat, bukan pula syaitan. Tidak ada alasan untuk lari dari meluruskan kesalahan-kesalahan itu karena kita adalah murabbi (pendidik) dan ini yang diharapkan dari kita.

3. Tunjukkan rasa hormat kita kepada murid yang ada di hadapan kita dengan cara menerangkan keutamaan mereka sebagai penuntut ilmu. Hal ini akan mendekatkan jarak kita dalam menuju hati mereka.

4. Ingatlah bahwa banyak di antara orang-orang besar menjadi besar lantaran satu kata dari seorang guru yang melejitkan mereka dan memantik cita mereka hingga menggapai puncak.

5. Perbagus cara interaksi kita dengan para murid. Berapa banyak guru yang mendapat doa dari murid setelah bertahun-tahun terlewati, atau setelah berada di liang kubur.

6. Semua mata pelajaran dapat dikaitkan dengan ajaran-ajaran Islam. Tinggal bagaimana kita mencari media yang tepat.

7. Setiap menit keterlambatan kita dalam memulai pelajaran atau keluar sebelum waktu selesai adalah hak murid, ia akan mengambilnya pada hari penghitungan amal.

8. Berapa banyak guru yang menjadi sebab lurusnya arah berpikir kaum muda sehingga ia mendapatkan doa-doa tulus dan kebaikan yang mengalir. Ya Allah, tambahkan dan berkahi setiap guru yang kuat, bertanggung jawab, dan senantiasa berbuat baik.

9. Di depan kita ada generasi. Bangkitkan jiwa mereka, ajarkan cinta kepada ilmu, dan bangunkan semangat. Barangkali satu kata dari kita dapat membakar spirit dalam hatinya dan menjadi kebaikan untuk ummat.

10. Rasa takut murid kita terhadap kita bukanlah pertanda keberhasilan dan keterampilan kita dalam menegakkan kedisiplinan. Itu hanya pertanda bahwa kita gagal dalam memerankan pendidikan. Pendidikan itu membawa ketegasan dan kasih sayang bukan dengan menakut-nakuti.

11. Syekh Utsaimin rahimahulloh membedakan antara pulpen inventaris kantor dan pulpen pribadi karena takut makan barang haram. Lantas bagaimana dengan orang yang menghalalkan sesuatu yang lebih berharga daripada tinta? Yaitu waktu!

12. Ingatlah bahwa anda mempunyai anak yang diajar oleh guru-guru seperti Anda. Maka berbuat baiklah kepada anak orang niscaya Allah akan menyiapkan bagi anak kita, guru-guru yang akan berbuat baik kepada mereka. "Balasan sesuai dengan amal perbuatan."

13. Ikhlaskan niat utk Allah. Karena sesungguhnya kita sedang melakukan tugas para Nabi. Dan jika anda mengharap pahala dalam pekerjaan kita, maka setiap jam pada siang hari kita dalam timbangan kebaikan kita.

Semoga menjadi nasehat buat kita para pejuang Pendidik Anak bangsa. SEMOGA ALLAH MERIDLOI KITA....Aamiin

والسلام علیکم ورحمت الله وبرکاته
KIYAMULLAYL /SOLAT TAHAJUT               
Ibadah malam adalah sunah yang utama. Rasulullah sendiri tidak pernah melewati malam-malamnya, melainkan selalu dihiasinya dengan qiamulail (Tahajud). Bahkan, satu hadis meriwayatkan, apabila qiamulail, Rasulullah melakukannya dengan penuh kesungguhan, hingga bengkak kedua tapak kakinya.

Hal ini menunjukkan bahwa qiamulail adalah momentum penting yang seyogianya setiap Muslim tidak melalui malam, kecuali dengan mengikuti kebiasaan mulia Rasulullah itu. Di dalam Alquran, secara eksplisit Allah SWT menegaskan umat Islam untuk bangun di tengah malam. “Wahai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) di malam hari.” (QS al-Muzzammil: 1-2).

Qiamulail Allah tegaskan adalah momentum yang baik untuk menyerap makna Alquran secara lebih berkesan, sehingga jiwa dapat merasakan ketenangan dan kenyamanan kala membacanya. “Sesungguhnya, bangun di waktu malam adalah lebih tepat dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (QS al-Muzzammil: 6).

Sementara itu, pada ayat yang lain Allah menjelaskan maksud dari diperintahkan qiamulail ini. “Dan pada sebagian malam hari shalat Tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Rabb-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (QS al-Isra: 79).

Namun demikian, ibadah ini tergolong tidak mudah untuk diamalkan. Apalagi, jika memang niat dan upaya yang dipersiapkan untuk bisa qiamulail tidak benar-benar maksimal. Utamanya, dalam hal menjaga hati. Sebab, ternyata di antara sekian banyak penghambat seorang Muslim bisa qiamulail satu di antaranya adalah berprasangka buruk.

Hal inilah yang dialami ulama sufi Sufyan ats-Tsauri sebagaimana termaktub dalam kitab Mi’atani Hikmah Min Hikam Ash-Shahabah wa Ash-Shalihin. Suatu ketika, Sufyan berkata, “Aku terhalangi untuk melakukan qiamulail selama lima bulan karena dosa yang telah aku perbuat.” Dikatakan, “Dosa apa itu?” Ia menjawab, “Aku melihat seorang laki-laki menangis tatkala shalat, lalu aku katakan, ia adalah orang yang riya.”

Dengan demikian, satu di antara syarat utama untuk terhindar dari penghambat qiamulail adalah tidak berprasangka buruk terhadap siapa pun, lebih-lebih terhadap mereka yang melakukan amal kebajikan. Memastikan hati dalam kondisi bersih juga merupakan syarat yang tidak boleh disepelekan agar kita benar-benar mampu mengisi sepertiga malam kita dengan qiamulail.

Dari apa yang dialami Sufyan ats-Tsauri ini dapat diambil hikmah bahwa disunahkannya qiamulail bagi umat Islam tidak lain agar dalam sehari semalam, hati senantiasa terjaga dari hal-hal yang tidak perlu, apalagi haram. Dengan begitu, semangat ibadah akan dimudahkan Allah SWT.

Sungguh suatu kerugian yang nyata apabila seorang Muslim, lebih-lebih yang mendakwahkan ajaran Islam, melewatkan malam harinya tanpa qiamulail. Oleh karena itu, mari kita jaga hati dari berprasangka buruk, iri, dan dengki. Sebab, pangkal segala penghambat dalam melakukan amal kebaikan adalah dari rusaknya hati yang dibiarkan. Wallahua’lam.
5 Pahala Besar Untuk Orang yang Shalat Tepat Waktu
islamidia.com / admin94 / 2 jam yang lalu

Terdapat tiga hal yang harus disegerakan dalam urusannya, tiga hal tersebut adalah menyegerakan shalat, menikahkan anak gadis di waktunya, dan mengurus jenazah.

Menyegerakan shalat, satu hal yang terlihat sepele namun sering kali banyak diabaikan oleh banyak orang.

Padahal menyegerakan shalat di awal waktu memberikan banyak keutamaannya. Karena saat menyegerakan shalat, berarti di waktu itulah seorang hamba bergegeas mendekati panggilan dari Rabb-nya.

Inilah beberapa keutamaan yang hanya akan didapatkan mereka yang senantiasa menyegerakan shalat tepat waktu setiap saatnya.

1. Dicintai Allah Melebihi Berbakti pada Orangtua dan Berjihad
Shalat awal waktu dicintai Allah, karena saat seorang hamba bergegas melakukan shalat di awal waktu, maka itu adalah salah satu ciri yang membuktikan kecitaannya pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

“Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah Shalat pada waktunya, Berbakti kepada kedua orang tua, dan Jihad di jalan Allah.” (HR Bukhari & Muslim).

2. Surga Adalah Balasannya
Dan balasan yang telah Allah janjikan bagi seorang hamba yang senantiasa menyegerakan shalatnya di awal waktu adalah surga.

Kebahagiaan dan keindahan abadi itu telah Allah persiapkan bagi hamba yang senantiasa berlari ke arah-Nya.

Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Qatadah bin Rib’iy mengabarkan kepadanya bahwa Rasulullah bersabda:

“Allah Ta’ala berfirman: ” ‘Sesungguhnya Aku mewajibkan umatmu shalat lima waktu, dan Aku berjanji bahwa barangsiapa yang menjaga waktu-waktunya pasti Aku akan memasukkannya ke dalam surga, dan barangsiapa yang tidak menjaganya maka dia tidak mendapatkan apa yang aku janjikan”.

3. Diampuninya Dosa
Orang yang shalat tepat waktu berarti telah memprioritaskan Allah dan mengikhlaskan dirinya menghadap Allah di waktu terbaik.

Oleh sebab itu, orang yang menghadap Allah dengan ikhlas seperti ini akan digugurkan dosa-dosanya sebagaimana gugurnya dedaunan dari pohonnya.

“Sesungguhnya seorang hamba yang muslim, jika menunaikan shalat dengan ikhlas karena Allah, maka dosa-dosanya akan berguguran seperti gugurnya daun-daun ini dari pohonnya” (HR. Ahmad).

4. Pahala Kebaikan yang Amat Besar
Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah pernah bersabda,

“… seandainya orang-orang mengetahui pahala azan dan barisan (shaf) pertama, lalu mereka tidak akan memperolehnya kecuali dengan ikut undian, niscaya mereka akan berundi. Dan seandainya mereka mengetahui pahala menyegerakan shalat pada awal waktu, niscaya mereka akan berlomba-lomba melaksanakannya. Dan seandainya mereka mengetahui pahala shalat Isya dan Subuh, niscaya mereka akan mendatanginya meskipun dengan jalan merangkak.” (HR. Bukhari)

5. Memperoleh Sembilan Macam Kemuliaan
Utsman bin ‘Affan RA berkata:

“Barang siapa selalu mengerjakan shalat lima waktu tepat pada waktu utamanya, maka Allah akan memuliakannya dengan sembilan macam kemuliaan, yaitu dicintai Allah, badannya selalu sehat, eberadaannya selalu dijaga malaikat, umahnya diberkahi, wajahnya menampakkan jati diri orang shalih, hatinya dilunakkan oleh Allah, dipermudah saat akan menyeberang Shirath (jembatan di atas neraka) seperti kilat, dia akan diselamatkan Allah dari api neraka dan Allah Akan menempatkannya di surga kelak bertetangga dengan orang-orang yang tidak ada rasa takut bagi mereka dan tidak pula bersedih hati.”
Dari Prof. DR. Dr. H. Biran Affandi

INFO SEHAT !!

MAKASSAR.TRIBUNNEWS.COM

Oleh : Bambang Subaktyo 14 Maret 2015

*SLOW VIAGRA ALAMI !!! PETE*

Hampir semua manfaat Pete yang disebutkan itu, benar terbukti.

Saya berani mengatakan hal ini karena saya sudah menjalankan 15 tahun penelitian terapi Pete dan 4 tahun masa sosialisasi = 19 tahun.

Tahun 1995, saya membaca sebuah artikel dari Prof. Hembing tentang Pete yang bagus untuk mencuci darah.

Lalu saya mulai makan Pete rebus yang selanjutnya menjadi terapi Pete.

Ada dua terapi Pete :

Terapi makan buah Pete rebus dan
Terapi minum air rebusan kulit Pete.

Buah Pete rebus itu akan membersihkan sistem pencernaan, membersihkan darah, pembuluh darah dari berbagai TPD (toxin, poison, dirt = kotoran), granula, kolesterol, dll.

Bau pesing yang dihasilkan sehari setelah makan Pete, keluar dalam bentuk puff, urine dan keringat itu merupakan pertanda TPD cs yang dihancurkan oleh zat Pete.

Setelah 4 hari berturut menjalankan terapi Pete, pada pagi hari ke-5, biasanya puff, urine juga keringat sudah tidak berbau lagi.

Karena TPD cs itu telah diluruh (dihancurkan) oleh Pete.

Air rebusan kulit Pete (air Pete) bermanfaat untuk mengembalikan fungsi saraf, menurunkan tekanan darah, mengobati asam urat, rheumatik, trauma otot, dst.

Seseorang yang terkena asam urat hanya butuh sekitar 4-7 hari minum air Pete dan dia bisa terbebas dari asam urat.

Seseorang yang terkena trauma otot, atau lumpuh pasca stroke juga bisa bebas dari halangan dalam waktu yang sama.

Ada bonus bagi pria yang minum air Pete yaitu mendapatkan 'SLOW VIAGRA', mendapatkan stamina dan power hampir 3 kali lipat setelah rutin minum air Pete.

Beberapa orang berumur sekitar 60 tahun hanya butuh waktu 1 hari untuk kembali bisa bangun berdua, dari posisi tidak berpotensi menjadi berpotensi kembali.

Dengan menjalankan full terapi Pete, makan buahnya dan minum air Pete, bisa menjaga kesehatan, menyembuhkan dari bermacam penyakit, membawa kebahagiaan rumah tangga, memberikan kesejahteraan.

Terapi ini bukan hanya menjaga kadar gula darah, tetapi ada fungsi cell-regenerative yang mengembalikan fungsi berbagai organ tubuh, yang bisa membawa kesembuhan dari penyakit diabetes, jantung, ginjal, dst.

Pete sudah masuk ke berbagai negara di Eropa, dan mungkin juga Amerika, karena ada banyak toko bahan pangan Asia yang mengimport buah, sayuran, bumbu dari negara Asia ke negara negara itu, tentu dalam jumlah yang terbatas tetapi ADA.

Soal Pete dijadikan jus atau milkshake itu juga bisa, hanya sekedar membuat mudah mengkonsumsi Pete.

Karena ada sebagian orang yang tidak suka dengan 'rasa makan Pete' akan dimudahkan dengan cara meminum jus atau milkshake Pete itu.

Untuk membaca RESEP TERAPI PETE atau mendapatkan buku ebook soal terapi Pete silahkan ke :

https://bambangbakti.wordpress.com/…/…/28/resep-terapi-pete/

http://bambangbakti.wordpress.com/manfaat-buah-pete-parkia…/

Ada 5 buku, 3 bahasa Indonesia dan 2 dalam bahasa Inggris.

Terapi Pete ini sudah didownload ribuan orang dari mancanegara, pembaca terapi ini berasal dari 30 negara dunia.

Hanya soal waktu, buah Pete menjadi komoditas internasional, pasti akan dipakai di seluruh dunia sebagai obat herbal.

Jadi, jangan buang buang waktu, segeralah jalankan terapi Pete, demi kehidupan, kesehatan, kebahagiaan dan kesejahteraan kita bersama.

Segera ikutan, mumpung
 masih murah meriah, nanti kalau sudah diexport ke mancanegara, harganya pasti jauh lebih tinggi.

SEMOGA BERMANFA'AT !
Terutama buat usia diatas 60, karena Pete adalah "Slow Viagra".

Hidup Pete !!!
#Repost @fiqihwanita_
•  •  •  •  •
Pertanyaan:

Assalamu ‘alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Bagaimana hukum shalatnya seorang wanita yang tidak menutupi aurat (tidak memakai busana muslimah) dalam kesehariannya? Apakah shalatnya di terima sementara dia tidak memenuhi kewajiban menutup aurat? Sebelumnya, saya ucapkan terimakasih atas perhatian dan jawabannya.
Jawaban:

Wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh.

Tidak menutup aurat termasuk dosa besar, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengancam wanita yang berpakaian tetapi telanjang dengan ancaman “tidak bisa mencium bau surga“, sebagaimana disebutkan dalam hadis sahih riwayat Muslim dan yang lainnya.

Apakah shalat wanita yang tidak menutup aurat dihukumi sah dan diterima?

Hukumnya dirinci:

Jika wanita ini tidak menutup aurat dilakukan ketika shalat maka shalatnya batal.Jika dia tidak menutup aurat di luar shalat, namun saat shalat dia menutup aurat, maka shalatnya sah dan dia berdosa karena dia tidak menutup auratnya. Sebagaimana orang yang shalat kemudian berbohong, shalatnya sah namun dia berdosa karena telah berbohong.

Kemudian, terdapat sebuah hadis yang menyatakan:

لَا يَقْبَلُ اللَّهُ صَلَاةَ امْرَأَةٍ قَدْ حَاضَتْ إِلَّا بِخِمَارٍ “
-
Allah tidak menerima shalat wanita yang telah baligh, kecuali dengan memakai jilbab.” (HR. Ibnu Khuzaimah, 775 dan Al-A’dzami mengatakan sanadnya shahih).
-
Makna hadis bukanlah ancaman bahwa wanita yang tidak berjilbab, shalatnya tidak diterima. Namun maksud hadis, bahwa wanita yang sudah baligh, wajib menutup aurat, dengan memakai jilbab, dan semua pakaian yang bisa menutup aurat ketika shalat. Karena menutup aurat termasuk syarat sah shalat, sehingga jika dia shalat tapi kepalanya terbuka (tidak berjilbab) maka shalatnya tidak sah.

Allahu a’lam

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits, (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)

Artikel www.KonsultasiSyariah.com
-
.
Follow @fikihmuslimah_
Follow @fikihmuslimah_
.
#fiqihwanita_
#fiqihmuslimah

Jumat, 19 Oktober 2018

Kumpulan Doa


Assalamualaikum..

Alhamdulillah, Kita ada di Jumat Barokah
Semoga Allah SWT. Melimpahkan keberkahan ala kulli hal pada kita semua beserta keluarga.

Mari kita awali pagi ini dengan munajat ;

1. Doa Nabi Zakaria

رَبِّ هَبۡ لِي مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةٗ طَيِّبَةًۖ إِنَّكَ سَمِيعُ ٱلدُّعَآءِ

(Robbiy habliy mil ladunka dzurriyyatan thoyyibatan innaka sami’ud du’a’)

“Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa" 
(Qs.al-Furqon : 38)

2. Doa Nabi Ibrahim

رَبِّ ٱجۡعَلۡنِي مُقِيمَ ٱلصَّلَوٰةِ وَمِن ذُرِّيَّتِيۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلۡ دُعَآءِ

(Robbij’alniy muqimash sholati wa min dzurriyyati robbana wa taqobbal du’a’)

“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku" 
(Qs.Ibrahim : 40)

3. Doa Agar Anak Beriman Dan Bertakwa

رَبَّنَا هَبۡ لَنَا مِنۡ أَزۡوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡيُنٖ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِينَ إِمَامًا

(Robbana hablana min azwajina wa dzurriyyatina qurrota a’yun waj ‘alna lil muttaqiina imama)

Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa"
 (Qs.al-Furqon : 74)

4. Doa Agar Anak Menjadi Sholeh Dan Sholehah

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ أَوْلَادَنَا أَوْلَادًا صَالِحِيْنَ حَافِظِيْنَ لِلْقُرْآنِ وَالسُّنَّةِ فُقَهَاءَ فِى الدِّيْنِ مُبَارَكًا حَيَاتُهُمْ فِى الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ

(Allahummaj ‘al awladana awladan sholihiin haafizhiina lil qur’ani wa sunnati fuqoha fid diin mubarokan hayatuhum fid dun-ya wal akhirah)

“Ya Allah, jadikanlah anak-anak kami anak yang sholih sholihah, orang-orang yang hafal Al-Qur’an dan Sunnah, orang-orang yang faham dalam agama dibarokahi kehidupan mereka didunia dan di akhirat”


5. Doa Agar Anak Berbakti Kepada Orang Tua

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لِي فِي أَوْلَادِي وَلَا تَضُرَّهُمْ وَوَفِّقْهُمْ لِطَاعَتِكَ وَارْزُقْنِي بِرَّهُمْ

(Allahumma barikliy fii awladiy, wa la tadhurruhum, wa waf fiqhum li tho’atik, war zuqniy birrohum)

Ya Allah berilah barokah untuk hamba pada anak-anak hamba, janganlah Engkau timpakan mara bahaya kepada mereka, berilah mereka taufik untuk taat kepadaMu dan karuniakanlah hamba rejeki berupa bakti mereka”.

6. Doa Agar Anak Menjadi Pintar

اَللَّهُمَّ امْلَأْ قُلُوْبَ أَوْلَادِنَا نُوْرًا وَحِكْمَةً وَأَهْلِهِمْ لِقَبُوْلِ نِعْمَةٍ وَاَصْلِحْهُمْ وَاَصْلِحْ بِهِمُ الْأُمَّةَ

(Allaahummam-la’ quluuba aulaadinaa nuuron wa hik-matan wa ahlihim liqobuuli ni’matin wa ashlih-hum wa ashlih bihimul ummah)

Ya Allah, penuhilah hati anak-anak kami dengan cahaya dan hikmah, dan jadikan mereka hamba-hamba-Mu yang pantas menerima nikmat, dan perbaikilah diri mereka dan perbaiki pula umat ini melalui mereka.”

7. Doa Agar Anak Memiliki Pemahaman Agama Yang Benar

اَللَّهُمَّ فَقِّهْهُ فِى الدِّيْنِ وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيْلَ

(Allahumma faqqih hu fid diini wa ‘allimhut ta’wiila)

“Ya Allah, berikanlah kefahaman baginya dalam urusan agama, dan ajarkanlah dia ta’wil (tafsir ayat-ayat al-Qur’an)" .
(HR.Bukhari)

8. Doa Agar Anak Sehat, Cerdas Dan Bermanfaat Ilmunya

اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ صَحِيْحًا كَامِلاً وَعَاقِلًا حَاذِقًا وَعَالِمًا عَامِلًا

(Allahummaj’alhu shohiihan kaamilan, wa ‘aqilan haadziqon, wa ‘aaliman ‘amilan)

Ya Allah, jadikanlah ia anak yang sehat sempurna, berakal cerdas, dan berilmu lagi beramal"

9. Doa Agar Anak Diberikan Perlindungan Oleh Allah Swt

أُعِيْذُهُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ

(U’iidzu hu bikalimaatillahit taammati min kulli syaithoniw wahaammatiw wamin kulli ‘ainil laammah)

Aku memohon perlindungan baginya (sebut nama anak) dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari semua godaan setan dan binatang pengganggu serta dari pandangan mata buruk". 
(HR. Abu Daud 3371, dan diriwayatkan pula oleh Bukhari dan Tirmidzi)
*Doa ini adalah doa yang pernah Rosulullah gunakan untuk mendoakan cucunya Hasan dan Husein

10. Doa Agar Anak Mendapat Keberkahan

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا فِي أَئِمَّتِنَا وَجَمَاعَتِنَا وَأَهْلِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا وَأَمْوَالِنَا وَفِيمَا رَزَقْتَنَا وَبَارِكْ لَنَا فِيهِمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

(Allahumma ashlih lana fi aimmatina wa jamaa’atina wa ahlina wadzurriyyatina wa amwaalina wafiimaa razaqtana wa baariklana fiihim fid dunya wal aakhiroh)

“Ya Alloh perbaikilah untuk kami di dalam imam-imam kami, jama’ah kami, keluarga kami, istri-istri kami, anak-anak turun kami, harta-harta kami dan di dalam apa-apa (rizqi) yang engkau berikan kepada kami dan berilah kami kebarokahan dalam urusan mereka di dunia dan akhirat. 

Semoga kita semuanya dikaruniakan oleh ALLAH SWT keturunan-keturunan yang soleh solehah yang membahagiakan kedua orang tua baik di saat hidup maupun sesudah wafat nya.

Aamiin..Aamiin...Aamiin  
Yaa Mujiibassaailiin.

Semoga bermanfaat, Aamiin