Rabu, 28 Februari 2018

Sholat di Masjid yang dibangun dengan uang haram


Apakah sah sholat di masjid yang didirikan dengan uang haram ?

Jawab :
Sah sholatnya, tetapi haram dan tidak dapat pahala sholatnya

keterangan dari kitab Ihya'

Adapun masjid yang dibangun di tanah orang lain atau mempergunakan kayu  yang diambil tanpa izin dari masjid lain atau milik perorangan, maka sama sekali tidak boleh dimasuki dan tidak boleh pula untuk pelaksanaan sholat Jum'at. Seandainya ada imam yang melaksanakan sholat di masjid tersebut, makmum boleh sholat di belakangnya namun berada di luar masjid. Karena sholat di tempat orang lain tanpa izin dapat menggugurkan kwajiban namun tetap berhak untuk bermakmum. Oleh karenanya, seseorang boleh bermakmum dengan imam yang sholat di tanah milik orang lain tersebut walaupun berdosa di dalamnya.

Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa membeli baju seharga sepuluh dirham, satu dirham di antaranya adalah uang haram, maka Allah SWT tidak akan menerima shalatnya selama ia masih memakai baju tersebut."

Baca Juga :
Ayo Berjamaah
Malu
Masyarakat Ideal



Obat Penangkal Haid


Apa hukumnya usaha menangguhkan haid dengan maksud agar dapat menyelesaikan ibadah haji/ umroh ?

Jawab : usaha menangguhkan haid tersebut diperbolehkan, selama tidak membahayakan kesehatan.

"Dan kesimpulan dalam Fatawa al-Qimath adalah boleh menggunakan obat-obatan untuk mencegah haid"

"Jika wanita memakai obat untuk mencegah haid atau menguranginya, maka hukumnya makruh bila tidak menyebabkan keturunan terputusnya atau menguranginya."

"Adapun jika darah itu keluar di luar siklusnya disebabkan oleh obat-obatan, maka menurut pendapat kuat ulama Malikiyah adalah darah tersebut tidak dinamakan haid. Maka si wanita wajib puasa dan sholat dan wajib mengqadha puasanya karena ke hati-hatian. sebab ada kemungkinan darah itu adalah haid dan 'iddahnya tidak habis dengan sebab keluarnya darah tersebut.

Hal ini berbeda dengan kasus wanita yang memakai obat yang menghentikan haidnya di luar waktu siklus biasanya, maka ia dianggap suci dan 'Iddahnya habis sebab haidnya terhenti. Semuanya atas dasar seorang wanita tidak boleh mencegah atau memajukan haid bila hal itu membahayakan kesehatannya, sebab menjaga kesehatan itu hukumnya wajib


"Dan kesimpulan dalam Fatawa al-Qimath adalah boleh menggunakan obat-obatan untuk mencegah haid"

Baca Juga :
Zakat via internet, atm & sms
Kebahagiaan

Selasa, 27 Februari 2018

AHLI WARIS AL-QURAN


Nabi Muhammad Saw. Seperti halnya semua nabi, tidak mewariskan harta tetapi mewariskan ilmu, kebenaran, dan ajaran dari Allah Swt. Beliau bersabda, "Kami, para nabi, tidak mewariskan (harta). Apa yang kami tinggalkan menjadi sedekah" (HR. Bukhari)

Apa yang ditinggalkan Nabi, sebagaimana disebut dalam hadis di atas, menurut pendapat banyak pakar, adalah ilmu atau kebenaran dari Allah SWT. Ilmu atau ajaran Tuhan sebagai peninggalan Nabi merupakan sedekah alias menjadi aset atau kekayaan milik seluruh umat manusia, khususnya orang-orang yang beriman kepada Nabi. Itu sebabnya dikatakan "al-'ulama waratsat al-anbiya" Artinya, para ulama adalah pewaris para nabi. Para ulama dan seluruh orang beriman sesungguhnya adalah ahli waris Nabi Muhammad Saw. Sebagai ahli waris, mereka wajib menerima, memperjuangkan dan mewujudkan ajaran Islam dalam realitas kehidupan.

Firman Allah SWT. "Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih diantara hamba-hamba kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri sendiri dan diantara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada pula yang lebih dahulu berbuat kebaikan" (QS Fathir [35]:32). 

Sebagai ahli waris Al-Quran, kaum muslim menurut ayat di atas ternyata terbagi dalam tiga kelompok.

Pertama, zhalim Li nafsih, yaitu kelompok orang yang menganiaya diri mereka sendiri. Menurut mahaguru tafsir Ibnu Katsir, mereka adalah orang-orang yang suka meninggalkan kewajiban-kewajiban agama dan melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. (Muharramat)

Kedua, muqtashid, yaitu kelompok pertengahan (moderat). Mereka adalah orang-orang yang melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan semua larangan agama, tetapi mereka belum mampu melaksanakan hal-hal yang bersifat anjuran (mustahabbat) dan hal-hal yang bersifat keutamaan (ihsan) serta belum bisa meninggalkan hal-hal yang makruh dan syubhat.

Ketiga, Sabiq bi al-khairat, yaitu kelompok terdepan dalam kebaikan. Mereka adalah orang-orang yang mampu melaksanakan kewajiban-kewajiban agama dengan sempurna. Mereka dapat disebut sebagai pelopor dan motivator kebaikan, sehingga mereka disebut al-muqarrabun, yaitu orang-orang yang dekat atau didekatkan kedudukan mereka disisi Allah Swt. (QS Al-Wa'qiah [56]:11)
Menurut Imam Al-Razi, kelompok pertama adalah cermin dari orang yang dikendalikan oleh hawa nafsu, sedangkan kelompok kedua adalah cermin dari orang yang berjuang. Suatu kali mereka menang, tetapi pada kali yang lain mereka kalah atau dikalahkan. Sementara kelompok ketiga adalah cermin dari orang yang menang dan mampu mengalahkan godaan nafsu dan setan.

Setiap muslim, setingkat dengan kemampuan yang dimiliki, wajib berusaha meningkatkan kualitas diri dari strata zhalim Li nafsih ke strata muqtashid, dan selanjutnya dari muqtashid ke strata Sabiq bi al-khairat, sebagai sastra paling tinggi dan merupakan ahli waris Al-Quran dalam arti yang sebenar-benarnya. 

Senin, 26 Februari 2018

AYO BERJAMAAH


Rasulullah Saw. Bersabda, "Tidaklah tiga orang yang bermukim di suatu kota atau suatu desa yang diantara mereka tidak ditegakkan sholat jama'ah, melainkan setan telah menguasai mereka. Oleh karena itu, engkau wajib berjama'ah. Sebab, sesungguhnya serigala itu hanyalah akan memangsa kambing yang sendirian" (HR Abu Dawud, Nasai, Ahmad dan Hakim).

Islam tidak lepas dari konteks kehidupan berjama'ah. Bahkan ada hukum yang secara langsung berkaitan dengan berjama'ah. Seperti Sholat, Puasa Ramadhan, Ibadah Haji, Jihad Fisabilillah dan dakwah.

Syariat Islam memberikan penghargaan yang sangat tinggi terhadap Pelaksanaan shalat berjama'ah lima waktu, yaitu 25 atau 27 kali shalat sendirian di rumahnya.

Shalat Isya' berjama'ah di masjid diberi ganjaran setengah pahala shalat malam.

Shalat subuh berjama'ah di masjid diganjar
seperti pahala shalat tahajud sepanjang malam.

Siapa saja yang melangkahkan kaki menuju masjid untuk shalat berjama'ah. Pada setiap langkahnya itu satu dosa dihapuskan dan satu derajatnya ditinggikan (HR Al-Kamsah
dari Abu Hurairah r.a.).

Betapa beruntungnya orang yang berdisiplin melaksanakan shalat berjama'ah dan betapa ruginya orang yang melalaikan shalat berjama'ah.

Masjid dan shalat berjama'ah lima waktu tidak saja menjadi media dan Instrumen yang sangat vital bagi persatuan dan kesatuan umat. Tapi juga mewujudkan persaudaraan lahir batin bagi umat Islam yang ada di sekitarnya.

Ibadah haji adalah instrumen Islam untuk mempersatukan umat muslim sedunia. Semuanya memiliki satu kesatuan niat, tujuan, harapan sikap dan gerakan. Semata-mata pasrah dan tunduk terhadap Allah SWT Rabb Al-Amin.

Sejarah mancatat para Khalifah selalu bertemu setiap Musim haji dengan para wali (gubernur) yang datang dari berbagai penjuru wilayah negara Khalifah Islamiah.

Baca Juga : Rajin Sholat & Rajin Maksiat

Kekompakan kelompok mujahid Islam dimasa lalu sangat menggentarkan Pasukan kafir yang menjadi musuhnya.

Alkisah, suatu ketika beberapa orang intelijen musuh sedang mengintai pasukan muslim ditepi sungai. Tiba-tiba ada yg berteriak diantara mereka," piringku -piringku!"
Serta-merta kawan-kawannya terjun ke sungai mencari piring saudaranya itu.

Intelejen musuh berkata,"Kalau terhadap piring kawannya yang hilang saja mereka begitu peduli, apalagi terhadap nyawa temannya?"

Sikap kompak dalam kesatuan pasukan dan sikap mencari syahid demi tegaknya kalimat Allah SWT. yang tertanam pada tiap-tiap prajurit muslim itulah yang senantiasa memenangkan pertempuran dan menjadi terkenal Sebagai pasukan tak terkalahkan.

Baca juga : Kegiatan Rutinan Musholla As-Suyudi

Itu semua berkat tradisi berjama'ah yang
yang merupakan ajaran pokok dalam syariat Islam. Ayo berjama'ah. Ayo menuju kemenangan

Sabtu, 24 Februari 2018

Terkena Najis Ketika Sholat


Bila seseorang pakaian atau badannya terkena najis, lalu baru teringat adanya najis itu sudah mulai sholat atau sesudah selesai sholat, maka hal seperti ini ketentuannya sebagai barikut :

  • Bila teringat adanya najis itu ketika sedang sholat, maka hendaknya dia membuang najis tersebut atau membuang sebagian pakaian yang terkena najis, tetapi tidak sampai terbuka auratnya, dan sholatnya tetap dilanjutkan. sholat yang dilakukannya tetap sah
  • Bila teringat adanya najis itu ketika sedang sholat, sementara dia tidak bisa membuang najis yang ada pada dirinya atau tidak bisa membuang sebagian pakaian yang terkena najis karena akan terbuka auratnya, maka dia harus membatalkan sholatnya, lalu membersihkan najis tadi, baru kemudian mengulangi sholatnya dari awal
  • Bila setelah sholat baru teringat adanya najis pada pakaiannya atau badannya, maka sholatnya tetap sah
Tiga keadaan di atas semuanya berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Abu Sa'id Al Khudri ra, dia berkata, " Suatu hari kami sholat bersama Rasulullah SAW. ketika sholat telah dimulai, tiba-tiba beliau mencopot sandalnya, lalu meletakkannya di samping kirinya. Melihat Nabi SAW mencopot sandalnya, orang-orang ikut mencopot sandal mereka. setelah sholat selesai, beliau bertanya, "Mengapa kalian mencopot sandal kalian?" Mereka menjawab, "Karena kami melihat engkau mencopot sandal." Beliau menjawab, "Tadi Jibril datang untuk mengabarkan bahwa pada sandal saya terdapat kotoran, maka saya pun mencopotnya. Apabila kalian datang ke masjid, hendaknya perhatikan sandal kalian barangkali ada kotoran menempel; bila ternyata ada kotoran menempel, bersihkan dulu, baru sholat."(1)

Hadits di atas berkaitan dengan orang membersihkan najis ketika hendak sholat. 

Adapun bagi orang sholat lalu di tengah sholatnya atau setelah selesai sholat dia teringat dalam keadaan berhadats junub, maka sholatnya tidak sah. Jadi, dia harus berwudlu atau mandi dulu, baru kemudian mengulangi shalatnya. ini berdasarkan hadits Rasulullah SAW :


"Sholatnya orang yang tidak mempunyai wudlu tidak diterima."(2)

referensi dalil :
  1. Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam kitab Al-Musnad (III/20 & 92) dan Abu Dawud hadits no.650.
  2. Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim (I/204) hadits no.224.

JANGAN BIARKAN PELUANG HILANG



Abu Sirwa’ah Uqbah bin Al-Harits r.a. bertutur, “Saya shalat asar di belakang Nabi SAW. Di Madinah. Setelah salam, beliau segera bangkit, lalu melangkahi barisan para sahabat guna menuju ke salah seorang istrinya. Para sahabat pun terperangah atas ketergesaan beliau itu. 

Kemudian, Nabi kembali keluar menemui mereka, dan ketika melihat mereka terkejut atas ketergesaan itu, Nabi pun bersabda, "Aku ingat sepotong emas yang ada pada kami, dan aku tidak ingin menahannya, maka aku pun menyuruh agar membagi- bagikan emas itu." 

Dalam riwayat yang lain disebutkan, ”Aku meninggalkan sepotong emas untuk disedekahkan di rumah, dan aku tidak ingin potongan emas itu menginap di rumahku” (HR. Bukhari).

Selain memuat pesan agar kita melepaskan diri dari segenap remeh temeh kesibukan duniawi ketika sedang melakukan ibadah, hadist tersebut di atas juga memberi pelajaran pada kita agar berlomba menuju kebaikan, Fastabiq al-khairat (QS Al-Baqarah [2]:148 dan Al-Ma’idah [5]:48).

Melalui hadist tersebut, Nabi juga telah memberi contoh konkret pada kita untuk pandai memanfaatkan peluang guna melakukan beragam amal sholeh.

Oleh karena itu, peluang untuk melakukan amal shaleh itu jangan pernah kita biarkan hilang. Nabi bersabda, “Jika kiamat datang, sedangkan di tanganmu tergenggam setangkai bibit pohon kurma, tanamlah !"
( HR. Ahmad).


Jumat, 23 Februari 2018

ZAKAT VIA INTERNET, ATM & SMS


Pada zaman yang serba canggih ini, banyak aktivitas masyarakat yang dilakukan secara instan, misalnya melalui internet.

Dalam hal ini tidak hanya masalah muamalah yang dilakukan secara on line, tetapi juga masalah zakat yang memiliki sisi ubudiyah.

Ada sebagian yang berpendapat bahwa pembayaran zakat via internet, ATM atau SMS di mana jika pihak lembaga zakat telah mencantumkan iklan atau pengumuman bahwa pembayaran zakat dapat dikirim melalui nomor rekening tertentu atau nomor SMS tertentu, maka pembayaran zakat seperti itu sah.

Pembayaran zakat seperti ini diperbolehkan sebagaimana akad jual beli via internet. Sedangkan niat berzakat bisa dilakukan saat kita memasukkan ATM, mengklik internet, atau memencet tombol HP.

Sedangkan pihak lembaga zakatnya nanti akan menyalurkan zakat tersebut kepada orang yang yang menerimanya sesuai aturan syariat yang berlaku. 

Pertanyaan :
Bagaimana hukum pembayaran zakat via internet, ATM, atau SMS ?

Jawab :
Pembayaran zakat via internet, ATM dan SMS hukumnya sah, bila disertai niat saat atau setelah proses pengiriman (transfer) zakat pada pihak atau lembaga yang dimaksud

Catatan :
  1. Dalam masalah ini terjadi aqad wakalah yang shohihah bil mu'athoh 
  2. Menurut Sebagian Ulama' niat zakat boleh dilakukan saat transaksi dengan pihak BANK/Operator, meskipun belum terjadi proses pengiriman (transfer) zakat pada pihak atau lembaga yang dimaksud

Referensi :
1. Al Fiqhul Islami juz 5 hal. 283    
2. Buhgyatul mustarsyidin hal. 100  
3. Al Mausuatul fiqhiyyah juz 23 hal. 345

Kamis, 22 Februari 2018

Malu


Salah satu sifat yang dapat dijadikan barometer untuk mengukur kualitas keimanan seseorang adalah malu. Semakin kuat keimanan seseorang kepada Allah Swt., semakin besar pula sifat malu yang dimilikinya. Sebaliknya, semakin lemah keimanan seseorang kepada Allah Swt., semakin kecil pula sifat malu yang dimilikinya. 

Iman dan malu laksana dua sisi mata uang yang tidak bisa di pisahkan, seperti sabda Rasulullah Saw., "Iman dan malu keduanya adalah dua sejoli, jika salah satu dari keduanya hilang, maka akan hilang pula pasangannya" (HR Al-Hakim). 

Sifat malu, yang dalam bahasa arab di sebut dengan al-haya, adalah sifat yang mampu menjaga pemiliknya dari perbuatan-perbuatan yang dapat menghinakan dirinya dari Allah Swt., orang lain, atau dirinya sendiri. Orang yang mempunyai sifat malu tidak akan membiarkan dirinya melakukan perbuatan-perbuatan yang menjerumuskannya kepada jurang kehinaan. 

Maraknya perbuatan-perbuatan maksiat dan dosa pada dasarnya di sebabkan oleh hilangnya sifat malu dari para pelakunya. 

Kata al-haya, yang berarti malu berasal dari kata hayat, yang berarti hidup. al-haya termasuk dalam perbuatan-perbuatan hati "af'al al-qulub" artinya semakin hidup hati seseorang semakin besar sifat malu pada dirinya; dan orang yang hatinya telah mati tidak akan pernah merasa malu untuk berbuat maksiat dan dosa.

Orang yang paling sempurna hidupnya adalah orang yang paling sempurna sifat malunya. Hidup seseorang akan sangat bernilai jika ia mampu menumbuhkan sikap malu dalam hatinya. 

Tingkatan paling tinggi dari sifat malu adalah sifat malu pada diri seorang hamba kepada Allah Swt. Bentuk dari sifat malu itu adalah sebagai berikut :

Pertama, seorang hamba harus merasa malu dihadapan Allah Swt., jika ia melakukan dosa dan maksiat kepada Allah Swt. 

Kedua seorang hamba harus merasa malu di hadapan Allah Swt., jika ia tidak maksimal beribadah kepada Allah Swt. 

Ketiga, seorang hamba harus merasa malu dihadapan Allah Swt., jika ia tidak mampu bersyukur atas nikmat yang banyak dari Allah Swt., dan tidak mampu mendayagunakannya sesuai dengan kehendak Allah Swt., 

Keempat, seorang hamba harus malu di hadapan Allah Swt., Ketika ia mentaati perintah Allah Swt., dan tidak membangkang kepadanya seperti ketika Rasulullah Saw., merasa malu memohon kepada Allah Swt., untuk mengubah qiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah padahal beliau menginginkan Ka'bah sebagai kiblat muslim.

(Masjid Qiblatain/ Bani Salamah - Madinah)
Akhirnya sebuah peristiwa itu terjadi pada tahun ke-2 Hijriyah, hari Senin bulan Rajab waktu dhuhur di Masjid Bani Salamah ini. Ketika itu Rasulullah SAW tengah sholat dengan menghadap ke arah Masjidil Aqsha. Di tengah sholat, tiba-tiba turunlah wahyu surat Al-Baqarah ayat 144, tentang perintah Allah mengubah arah qiblat ke Ka'bah.

Kelima, seorang hamba harus merasa malu kepada Allah Swt., ketika ia mencintai Allah Swt., Seorang hamba akan menangis ketika ia malu kepada Allah Swt., dan seluruh anggota tubuhnya akan runduk kepada perintah Allah Swt., 

Sebagai hamba Allah Swt., sepantasnyalah kita melakukan introspeksi diri, sudahkah kita memiliki sifat malu seperti di atas? 

Seberapa benarkah rasa malu kita kepada Allah Swt.,? Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang tanpa rasa malu melakukan perbuatan maksiat dan dosa kepada Allah Swt. 

Wallahu a'lam. 

Bahasa yang Baik

Islam mengajarkan kepada umatnya untuk berbahasa, tulis maupun lisan secara baik. Karena pemakaian bahasa yang baik akan mendatangkan kebaikan, tidak saja kepada orang lain tetapi kepada dirinya sendiri. 

Sebaliknya, pemakaian bahasa yang buruk atau jahat. Juga akan mendatangkan keburukan atau kejahatan, yang pada akhirnya akan kembali dirasakan oleh dirinya sendiri. “Jika kamu berbuat baik berarti kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri” (QS Isra’ [[17]:7).

Bahasa atau perkataan yang baik laksana sebuah pohon yang baik (QS. Ibrahim [14]:24 – 25). Akarnya kuat mampu menyimpan air dan menahan tanah dari erosi. Cabang-cabang menjulang ke langit bisa menjadi tempat berteduh dan memberikan kesejukan dan kenyamanan kepada orang yang berada di sekitarnya. Dan pada setiap musim mengeluarkan buah untuk dikonsumsi oleh manusia.

Belajar dari ta’bir itu, seorang muslim harus senantiasa memperhatikan kualitas pemakaian bahasanya, apakah kepada orangtua, guru, teman , bahkan orang yang belum dikenal sekalipun. Ia harus bisa menjaga ucapannya.

Bahkan dalam melakukan dakwah, Islam sangat menekankan penggunaan bahasa yang baik, yaitu berupa sikap yang bijaksana nasihat, dan argumen yang baik. (QS. Al- Nahl[16]:125). 

Rasullullah SAW. tidak pernah mencerca kaum musrik yang dengan kasar dan angkuh yang menolak dakwahnya. Sebaliknya, beliau justru memohonkan ampunan dan kebaikan bagi mereka karena mereka tidak tahu.

Selain itu, tingkat keimanan kita salah satunya juga ditentukan oleh pemakaian bahasa dalam segala aspek kehidupan. Kalau kita tidak mampu berbahasa secara baik, kalau ucapan kita membuat orang lain sakit hati, marah, merasa kecil hati, dipojokkan ataupun dipermalukan, misalnya, maka kita dianjurkan lebih baik diam.

Berapa banyak persahabatan menjadi permusuhaan dan berapa banyak kawan menjadi lawan hanya gara-gara pemakaian bahasa yang tidak patut. Ini sesuai dengan sabda Rasullullah saw. “ Barang siapa yang beriman kepada Allah swt. Dan hari ahir, maka hendaklah berkata yang baik atau diam” (HR Bukkhari dan muslim)

Semoga Allah swt memberi rahmat orang yang baik bicaranya dan dengannya ia memperoleh keuntungan atau diam dan dengannya ia selamat.

Terkait dengan itu, Abu Hasan Ali al – Nashr al – Mawadi mengemukakan empat syarat daalam berbicara yaitu :

  1. Ada perlunya berbicara 
  2. Pada waktu dan tempatnya 
  3. Berbicara secukupnya dan 
  4. Diungkapkan dengan bahasa yang baik.

Rabu, 21 Februari 2018

Remaja


Pada masa remaja berkembang "social cognition", yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat nilai-nilai maupun perasaannya.

Pemahaman ini mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan mereka (terutama teman sebaya), baik melalui jalinan persahabatan maupun percintaan (pacaran)

Pada masa ini juga berkembang sikap "conformity" yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran (hobby) atau keinginan orang lain (teman sebaya). perkembangan sikap yang konformitas pada remaja dapat memberikan dampak yang positif maupun negatif bagi dirinya

Apabila kelompok teman sebaya yang diikutinya atau diimitasinya ini menampilkan sikap dan prilaku yang secara moral atau agama dapat dipertanggungjawabkan, seperti kelompok remaja yang taat beribadah, memiliki budi pekerti yang luhur, rajin belajar dan aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial, maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan pribadi yang baik. sebaliknya apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan prilaku melecehkan nilai-nilai moral, maka sangat dimungkinkan remaja akan menampilkan perilaku seperti kelompoknya tersebut


Remaja sebagai bunga dan harapan bangsa serta pemimpin di masa depan sangat diharapkan dapat mencapai perkembangan sosial secara matang, dalam arti dia memiliki penyesuaian sosial (social adjustment) yang tepat

Penyesuaian sosial ini dapat diartikan sebagai "kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi." Remaja dituntut untuk memiliki kemampuan penyesuaian sosial ini, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat


                    (Ilustrasi : Ibu dan anak)

Dalam beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua mempengaruhi moral remaja, yaitu :


  1. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat moral remaja dengan tingkat moral orang tua ( Haan, Langer & Kohlberg, 1976)
  2. Ibu-ibu remaja yang tidak nakal mempunyai skor yang lebih tinggi dalam tahapan nalar moralnya daripada ibu-ibu yang anaknya nakal; dan remaja tidak nakal mempunyai skor yang lebih tinggi dalam kemampuan nalar moralnya daripada remaja yang nakal (Hudgins & Prentice, 1973)
  3. Terdapat dua skor yang  dapat meningkatkan perkembangan moral anak atau remaja, yaitu (a) orang tua yang mendorong anak untuk berdiskusi secara demokratik dan terbuka mengenai berbagai isu, dan (b) orang tua yang menerapkan disiplin terhadap anak dengan teknik berfikir induktif (Parikh, 1980)

Sumber : Syamsu Yusuf, Psikologi perkembangan anak & remaja,2000




Selasa, 20 Februari 2018

Berdakwah Lewat Dunia Digital

Dunia ini menghadapi keniscayaan adanya regenerasi. Pada generasi Baby boomers pertama, mereka sekarang usianya sudah di atas 70 tahun, dan Generasi Baby Boomers kedua, mereka antara 51-70 tahun. pada masa generasi ini dunia dakwah kita masih konvensional. pengajaran nilai masih terpusat di madrasah, pesantren, Surau.

Tetapi yang kita hadapi sekarang adalah generasi digital, orang menyebutnya sebagai digital natives generation. dimana segala kebutuhan informasi mereka ada di genggaman

Menghadapi generasi digital ini, tidak bisa lagi menggunakan cara lama,   Konsep dakwah dengan cara-cara konvensional tidak banyak berguna. sekarang cara baru dibutuhkan. semua yang lebih bisa diterima, yang accetable di kalangan anak-anak millenial

Konstelasinya sudah berubah, Media Digital sekarang sudah menguasai 65 persen lebih sebagai pusat arus informasi. Sehingga Dakwah NU Fardlu 'Ain, misalnya memproduksi video-video pendek satu menitan, membuat meme dengan konten-konten pencerahan yang menyejukkan, mengemas  dan menyampaikan nilai-nilai Aswaja melalui metode dakwah kreatif tersebut.

Perang saat ini perang media sosial, Dalam kaitan ini the content is a king. Otaknya berada di situ. Kalau soal content, NU punya segudang content. NU hanya butuh orang kreatif. tentu harus ada pasukan cyber yang kuat. Harus ada tim konten. Kalau generasi baby boomers dulu dikenalkan kata-kata bijak undzur maa qoola wa laa tandzur man qoola, digenerasi saat ini hal tersebut tidak berlaku lagi. Di era cyber war harus selektif dalam menyerap informasi apapun. Kebenaran kontennya akurat atau tidak ?

Dalam dunia cyber war, simbol apapun bisa dipakai untuk menyerang lawan. Bahkan konten baik pun bisa diplintir untuk menyerang lawan, mengambil manfaat atau melemahkan

Disarikan dari Majalah Aula,
02/tahunxxxx/Februari 2018

Masduki Baidlawi, Fardlu Ain NU berdakwah lewat dunia digital

(Biodata)




HUKUM MEMASANG IKLAN DI WEB/BLOG DAN HUKUM UPAHNYA


Oleh : Al-Habib Salim Asy-Syatiri

Pertanyaan :
Bagaimana Hukum upah/keuntungan yang didapatkan dengan cara pemasangan iklan/sponsor di web/blog ?

Jawaban :

Jika iklan/sponsor ini bersifat hal yang mubah, dalam artian didalamnya berisi hal yang mubah, bukan hal yang haram atau mengajak kepada hal yang diharamkan, dan ada kerelaan antara pemilik web/blog tersebut dengan pemasang iklan dan si pemasang membayar jasa tersebut atas dasar kerelaan, maka hal ini boleh-boleh saja, selama hal tersebut tidak berindikasi pada hal yang haram atau syubhat.

Tapi jika iklan/sponsor tersebut berisi ajakan kepada kemaksiatan atau melalaikan/meninggalkan kewajiban, maka hal ini tidak boleh dan berdampak pada hukum haram, karena hukum perantara mengukuti hukum tujuaanya. Wallohu a'lam.

حكم الربح عن طريق الانترنت عن طريق الاعلانات راخل المواقع؟

بسم الله الرحمن الرحيم
 الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله محمد ابن عبدالله وآله وصحبه ومن والاه. أما بعد..
يقول هذا السائل إنه قد يعمل إعلانات في بعض المواقع في الانترنت ويدفع مقابل ذلك أرباح ؟

الجواب والله الملهم للصواب:
إذا كانت هذه الإعلانات مباحة وفيها أشياء مباحة ولا فيها حرام ولا ترويج للحرام وهناك تراضي بينه وبين الذي وضع الإعلانات ودفع المبلغ بالتراضي فهذا لا بأس به طالما إنه لا يؤدي إلى حرام ولا شبه . أما إذا كانت هذه الإعلانات تدعو إلى معصية أو تقصير واجب فهذا لا يجوز ويعتبر حرام فإن للوسائل حكم المقاصد. والله اعلم

ANALOGI TAWADLU'


Tanam dirimu di dalam bumi yang rendah, sesuatu yang tumbuh tanpa ditanam, dia tidak akan menghasilkan buah yang sempurna

Bahaya sekali orang yang beramal hanya menginginkan kedudukan di masyarakat dan terkenal di masyarakat. tujuan amal ibadah seperti itu tidak lain atas dorongan hawa nafsu

Rasulullah bersabda :
'Barangsiapa yang merendahkan diri, Allah akan memuliakan; dan barangsiapa yang menyombongkan diri, Allah akan merendahkan"

Ibrahim bin Adham ra, berkata : "Tentu tidak benar tujuannya kepada Allah orang-orang yang ingin terkenal."

Ayyub Asy Akhtiyah ra : "Demi Allah, tidaklah seorang hamba disebut sungguh-sungguh benar beribadah, melainkan ia pasti puas, senang. jika ia tidak mengetahui kedudukannya sendiri."

Dalam suatu riwayat Mu'adz bin Jabal ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya riya' yang sedikit sudah termasuk syirik. barangsiapa yang memusuhi Waliyullah (kekasih Allah) sama dengan menantang perang dengan Allah. Allah Maha Kasih dan Sayang terhadap hamba-Nya yang bertakwa, hamba yang tidak dikenal, di mana orang itu tidak ada tidak dicari, bilamana ada tidak dipanggil atau tidak dikenal. Hati orang seperti ini laksana pelita hidayah, mereka orang-orang yang tidak pernah merasa kesulitan."

Ada suatu riwayat melalui Abu Hurairah ra, dia bercerita :
Pada suatu hari kami berada di majelis bersama Rasulullah SAW tida-tiba Rasulullah SAW berkata : "Besok pagi ada ahli surga yang ikut sholat bersama kalian."
Abu Hurairah ra berkata : "Aku berharap semoga akulah orang yang dimaksud Rasulullah SAW."
Pagi-pagi kemudian aku (Abu Hurairah) sholat tepat di belakang Rasulullah SAW, dan aku tetap duduk di majelis ketika orang-orang sudah pulang. saat itulah tiba-tiba datang orang berkulit hitam, berpakaian buruk compang-camping datang, dan langsung berjabat tangan bersama Rasulullah SAW sambil berkata : "Ya Nabiyallah, ...doakan aku agar aku mati syahid."

Kemudian Rasulullah SAW berdoa, Sementara kami mencium bau kasturi dari badan si hitam tadi. lalu aku bertanya Kepada Rasulullah SAW : "Apakah orang ini, Ya Rasulullah SAW ?"
Rasulullah SAW. Menjawab : "Yaa benar, dia budak dari si Fulan."
Kata Abu Hurairah ra : "Mengapa engkau tidak membelinya dan memerdekakannya?" Rasulullah SAW menjawab : "Bagaimana bisa aku berbuat demikian kalau Allah menghendaki dia menjadi Raja di surga."

Wahai Abu Hurairah...,Sesungguhnya di dalam surga ada raja dan orang-orang yang terkenal, dan budak ini kelak menjadi Raja yang terkenal.
Wahai Abu Hurairah..., Sesungguhnya Allah sangat sayang kepada hamba yang suci hatinya, yang tidak terkenal, bersih, rambutnya terurai, rambutnya kempis, hanya diisi dari yang halal, bilamana masuk ke istana raja tidak diijinkan, bila menyunting putri bangsawan tidak diterima, bila tidak ada tidak dicari, bila ada tidak dipanggil, bila sakit tidak dijenguk, dan bahkan bila mati tidak dihadiri jenazahnya."

Para sahabat ada yang bertanya, "Tunjukan kepada kami salah seorang dari mereka."
Rasulullah SAW menjawab : "Dia bernama Uwais Al Qoroni, kulitnya hitam coklat, kedua bahunya lebar, sedikit tinggi dan selalu menundukkan kepalanya untuk membaca Al-Qur'an, ia tidak dikenal di bumi, tapi sangat terkenal di langit, andaikan ia bersungguh-sungguh minta sesuatu kepada Allah pasti dikabulkan. Di bahu kirinya ada belang sedikit. wahai Umar dan Ali......,bila kalian bertemu dengannya, mintalah kepadanya agar membaca istighfar untukmu."

Minggu, 18 Februari 2018

AGAMA YANG DiRIDHOI


Allah SWT berfirman : “Dialah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya diatas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci” (QS. Al-Shaff [61]:9).

Dari firman tersebut, kita dapat menyimpulkan agama terbagi dalam dua bagian, yaitu agama yang berasal dari Allah SWT, agama yang diridhai yaitu Islam, dan agama selain Islam atau al-din kuliih. Ayat tersebut juga menegaskan bahwa Islam merupakan agama yang benar.

Bukti bahwa Islam sebagai agama yang diridhai Allah SWT dapat diperhatikan pada wahyu terakhir yang diterima oleh Rasulullah SAW yaitu ketika beliau sedang melaksanakan haji wada’, yang berbunyi "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Kuridhai Islam itu jadi agamamu” (QS. Al-Maidah[5]:3).


Dalam ayat lain Allah SWT menegaskan ”Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah SWT hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang diberi Alkitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) diantara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya” (QS. Ali’ Imran [3]:19). 


“Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi” (QS. Ali Imran [3]:85).

Ayat-ayat diatas menunjukkan Islam merupakan satu-satunya agama yang diridhai dan benar. Islam merupakan agama yang sesuai dengan fitrah manusia. Berbeda dengan agama-agama lainnya, Islam merupakan agama yang langsung Allah turunkan melalui rasul-rasul-Nya terdahulu hingga Nabi Muhammad SAW. 

Allah berfirman: “Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah SWT menarik kepada-Nya (agama) orang yang kembali (kepada-Nya)” (QS. Al-Syura [42]:13).


Dalam ayat lain Allah SWT juga menjelaskan : “Sesungguhnya kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana kami memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi sesudahnya, dan kami telah memberikan wahyu kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yaqub dan anak cucunya, Isa, Ayub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan kami berikan Zabur kepada Dawud” (QS. Al-Nisa [4]:163).

Alhamdulillah, Hari Ahad 18 Februari 2018 menjadi momentum bersejarah bagi ketakmiran dan Jamaah Musholla As-Suyudi, karena seorang pria berkewarganegaraan Kamerun-Afrika yang melaksanakan Ikrar Syahadat untuk menjadi muallaf.

(Surat Keterangan Ikrar Syahadat)


(Foto bersama Takmir & Muallaf)


(Mr. Luc Bruno/ Ibrahim Abdullah)

(Kursus singkat praktek wudlu)


(Kursus Singkat Praktek Sholat)

(Prosesi Ikrar Syahadat)

(Kursus Singkat Wudlu)

Semoga menjadi muslim yang baik dan menjalankan tuntunan ajaran Islam di segenap kehidupannya..Barokallah.

Sabtu, 17 Februari 2018

Sholawat Nabi


"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bersholawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya."

Dari QS. Al-Ahzab : 56, lahirlah satu pertanyaan mengapa Allah dan malaikatnya juga bersholawat kepada Rasulullah ?

Ada sebab turunnya ayat ini (asbabun nuzul), ketika Ka'ab bin 'Ajrah, sahabat Rasul berkata, "Wahai Rasulullah, Engkau telah mengajarkan kepada kami bacaan salam. Untuk itu ajarkanlah bacaan sholawat kepada kami."

Maka Rasulullah pun mengajarkannya untuk membaca sholawat Ibrahimiyah sebagaimana yang lazim dibaca ketika tasyahud akhir di setiap pelaksanaan sholat.

Ayat ini turun di latarbelakangi juga oleh penuturan para sahabat tentang Bani Israil, dan Nabinya, yaitu Nabi Musa yang senantiasa bersholawat kepada Tuhannya. 
( HR. Ibnu Hatim dari Ibnu Abbas).

Disamping itu sholawat juga merupakan hubungan tali silaturahim secara spiritual kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarganya sebagaimana disebut dalam QS. Ali Imron : 169-170

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Rabb-nya dengan mendapat rezeki. (QS. Ali ‘Imraan: 169)

Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka. Dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka. Bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Ali ‘Imraan: 170


Bagi yang masih meragukan dan diragukan tentang sholawat.
Pertama : Sholawat itu tidak menuhankan Muhammad, bukan menyembah kepada Muhammad.

Kedua, Sholawat itu tidak menganggap Muhammad sebagai anak Tuhan

Dalam sholawat kita akan menemukan formasi garis yang membentuk segitiga cinta. di titik atas ada Allah, dititik kanan ada Nabi Muhammad SAW, dan di titik kiri ada kaum muslimin.
Pada garis pertama, antara Allah dengan Rasulullah yang saling mencintai.
Pada garis kedua antara Allah dan kaum muslimin, Allah sangat mencintai kita tetapi kita setengah-setengah, tidak total cintanya kepada Allah.
Garis yang ketiga antara Nabi Muhammad dengan kita (kaum muslimin). Beliau sangat mencintai kita, melakukan tirakat dan berdoa kepada Allah agar kita diselamatkan.

(Ilustrasi : Segitiga Cinta)


Lantas bagaimana dengan yang umat Islam yang hidup setelah ditinggal wafat Rasulullah ? siapa yang mendoakan mereka ? Rasulullah mewariskan mekanisme kabulnya doa atas nasib kita semua. Allah akan mengabulkan doa kita, selama melangsungkan lalu lintas segitiga tersebut

Imam Ghazali mengatakan bahwa sesungguhnya berlipat gandanya pahala sholawat atas Nabi Muhammad SAW adalah karena sholawat itu bukan hanya mengandung banyak kebaikan, di dalamnya juga tercakup makna pembaharuan-pembaharuan dan spirit revolusi; pembaharuan Iman kepada Allah SWT; Pembaharuan Iman kepada Rasulullah SAW; pengagungan terhadap Rasul SAW dengan Inayah Allah SWT.

Anas bin Malik berkata, Nabi Muhammad SAW bersabda : "Barangsiapa membaca sholawat untukku satu kali, maka Allah memberikan kepadanya sepuluh sholawat, dan dihapus daripadanya sepuluh kesalahan, serta diangkat pula dia pada sepuluh derajad,"

Abu Umamah Al-Bahili ra. berkata, Bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya Allah Ta'ala menjanjikan kepadaku, bahwa apabila aku telah meninggal dunia, maka Beliau menjadikan aku dapat mendengar sholawat yang dibacakan oleh orang untukku, sedangkan aku di kota Madinah dan umatku di dunia Timur dan Barat.

Lalu beliau berkata : "Wahai Abu Umamah, Sesungguhnya Allah Ta'ala telah menjadikan seluruh dunia ini dan semua makhluk yang diciptakan oleh Allah adalah dalam kuburku. Aku bisa mendengar dan bisa melihatnya. Barang siapa membaca sholawat untukku satu kali, maka Allah Ta'ala akan bersholawat untuknya sepuluh kali. Dan barangsiapa membaca sholawat untukku sepuluh kali, maka Allah bersholawat untuknya seratus kali."

(M. Syukron & Ahmad Fathoni, Rahasia Sholawat Nabi, 2009)

REZEKI


Oleh : Anonim WhatsApp

​Kalau rezeki itu diukur dari kerja keras..maka kuli bangunan lah yang akan cepat kaya​

​Jika rezeki itu ditentukan dari waktu kerja maka warung kopi 24 jam lah yg akan lebih mendapatkanya..​
​bahkan mungkin mampu mengalahkah KFC dan Mc. DONALD​

​Jika rezeki itu  milik orang pintar, maka dosen yg bergelar panjang yang akan lebih kaya...​

​Jika rezeki itu karena jabatan maka presiden dan rajalah orang yg akan menduduki  100 orang terkaya di dunia..​

​Rizki itu karena kasih sayang Allah.​

​" Mengejar rezeki, Jangan mengejar jumlahnya, Tetapi berkahnya "​
​( Ali bin Abi Thalib )​

​MESKIPUN LARI, REZEKIMU AKAN TETAP MENGEJARMU​

“Kalaulah anak Adam lari dari rezekinya (untuk menjalankan perintah Allah) sebagaimana ia lari dari kematian, niscaya rezekinya akan mengejarnya sebagaimana kematian itu akan mengejarnya.” (HR Ibnu Hibban No. 1084)

Miskin kaya sudah ada yang mengaturnya.

ABDURRAHMAN BIN AUF SELALU GAGAL JADI ORANG MISKIN



Jika tiba-tiba kondisi ekonomi "down", saya selalu terhibur mengingat kisah bisnis Abdurrahman bin Auf, tentang investasinya membeli kurma busuk.

Suatu ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata, Abdurrahman bin Auf r.a akan masuk surga terakhir karena terlalu kaya. 
Ini karena orang yang paling kaya akan dihisab paling lama.

Maka mendengar ini, Abdul Rahman bin Auf r.a pun berfikir keras, bagaimana agar bisa kembali menjadi miskin supaya dapat masuk syurga lebih awal.

Setelah Perang Tabuk, kurma di Madinah yang ditinggalkan sahabat menjadi busuk. Lalu harganya jatuh. 

Abdurrahman bin Auf r.a pun menjual semua hartanya, kemudian memborong semua kurma busuk milik sahabat tadi  dengan harga kurma bagus.

Semuanya bersyukur..Alhamdulillah..kurma yang dikhawatirkan tidak laku, tiba-tiba laku keras! Diborong semuanya oleh Abdurrahman bin Auf. Sahabat gembira. 
Abdurrahman bin Auf r.a pun juga gembira.

Sahabat lain gembira sebab semua dagangannya laku.
Abdurrahman bin Auf r.a gembira juga sebab...berharap
jatuh miskin!

Masya Allah....hebat
Coba kalau kita? Usaha diuji dikit, udah teriak tak tentu arah.​

Abdurrahman bin Auf r.a merasa sangat lega, sebab tahu akan bakal masuk surga dulu, sebab sudah miskin. 

Namun.. Masya Allah
Rencana Allah Subhanahu wa ta'ala itu memang terbaik..

Tiba-tiba, datang utusan dari Yaman membawa berita, Raja Yaman mencari kurma busuk.

Rupa-rupanya, di Yaman sedang berjangkit wabah penyakit menular, dan obat yang cocok adalah KURMA BUSUK !

Utusan Raja Yaman berniat memborong semua kurma Abdurrahman bin Auf r.a dengan harga 10 kali lipat dari harga kurma biasa.

Allahu Akbar....
Orang lain berusaha keras jadi kaya. Sebaliknya, Abdurrahman bin Auf berusaha keras jadi miskin tapi selalu gagal. Benarlah firman Allah:

​"Wahai manusia, di langit ada rezki bagi kalian. Juga semua karunia yang dijanjikan pada kalian " (Qs. Adz Dzariat, 22 )​

Jadi..yang banyak memberi rezeki itu datangnya dari kurma yang bagus atau kurma yang busuk?

Allah Subhanahu wa ta'ala lah yang Memberi rezki

Semoga kisah ini dapat ​menyuntik kembali semangat​ dalam diri kita semua,  yang sedang diuji dalam pekerjaan dan usaha kita, UNTUK LEBIH MENGUTAMAKAN URUSAN Kepada Allah dibanding urusan dunia yang sementara ini, Aamiin.

Kisah diatas sesuai dengan hadist
Dari Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu, ia mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‎مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ ، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ ، جَمَعَ اللهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ.

Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allâh akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. 

Barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allâh akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. ”

Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya (V/ 183); Ibnu Mâjah (no. 4105); Imam Ibnu Hibbân (no. 72–Mawâriduzh Zham’ân); al-Baihaqi (VII/288) dari Sahabat Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu.

Jumat, 16 Februari 2018

Amanah dan Khianat




Kata amanah seakar dengan kata iman. ini berarti, sikap amanah mempunyai korelasi erat dengan iman seseorang, orang beriman pasti memiliki sifat amanah. orang yang tidak amanah berarti tidak beriman, meskipun lidahnya menyatakan beriman.

Allah SWT. berfirman, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah SWT, dan Rasul (Muhammad SAW), dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu padahal kamu mengetahui" (QS Al-Anfal [8]: 27)

Sikap amanah harus diwujudkan dalam semua aspek kehidupan. orang yang memegang amanah dituntut menjalankan dan menyampaikan kepada yang berhak menerimanya. "Sesungguhnya Allah SWT. menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil..." (QS An-Nisa [4]: 58).

Memiliki sikap amanah penting dalam kegiatan muamalah, sikap ini dapat dijadikan tolok ukur pengangkatan seseorang untuk menjalankan tugas tertentu. Sebaliknya, jika suatu urusan yang diserahkan kepada orang yang tidak amanah, maka urusan itu akan berantakan. sebab, orang yang tidak amanah itu sama dengan orang yang tidak profesional menjalankan tugas.

Rasulullah Saw. bersabda, "Apabila amanah telah disia-siakan, tunggulah saat kehancurannya." seorang sahabat bertanya, "Yaa Rasulullah, bagaimana maksud menyia-nyiakan amanah itu?" Nabi menjawab, "Yaitu menyerahkan suatu urusan ditangani oleh orang yang bukan ahlinya. Karena itu, tunggulah saat kehancuran urusan tersebut" (HR Bukhari).

(Ilustrasi : Amanah vs Khianat)

Khianat merupakan lawan dari amanah. sikap ini melekat pada orang yang kurang beriman. Sikap khianat merupakan ciri orang munafik yang diekspresikan dengan menyalahi janji dan apa yang telah dipercayakan kepadanya. Orang demikian digelari sebagai makhluk terburuk yang sangat dibenci oleh Allah SWT.

Allah SWT. berfirman, "Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah SWT, ialah orang-orang kafir, karena mereka itu tidak beriman. (Yaitu) orang orang yang kamu telah mengambil perjanjian dari mereka, sesudah itu mereka mengkhianati janjinya pada setiap kalinya, dan mereka tidak takut (akibat-akibatnya)" (QS Al-Anfal [8]: 55-56).

Sikap khianat amat berbahaya bila berkembang dalam kehidupan suatu masyarakat. Sikap ini merugikan orang yang dikhianati dan pelakunya. Apakah sikap khianat melekat pada seseorang, berarti saat itu telah lepas darinya sikap amanah. Sebab, antara amanah dan khianat tidak mungkin berkumpul pada saat bersamaan.

Nabi bersabda, "Tidak mungkin berkumpul iman dan kafir dalam hati seseorang, dan tidak mungkin pula berkumpul sifat jujur dan dusta padanya sekaligus, sebagaimana tidak mungkin berkumpul sifat khianat dan amanah padanya secara bersamaan" (HR Ahmad).

Sikap amanah harus dimiliki setiap individu. Dengan sikap amanah diharapkan tugas-tugas yang diberikan dapat dijalankan dengan baik dan membawa kejayaan bangsa. Sebaiknya, apabila sikap khianat menjadi budaya. maka bangsa ini akan semakin terpuruk.

Rabu, 14 Februari 2018

Sirah Sahabat : CINTA RASULULLAH


Dalam sejarah Islam, kita mendapati betapa setianya cintanya sahabat terhadap Nabi Muhammad SAW.

Zaid bin Datsinah ketika hendak dihukum pancung kaum Quraisy, oleh Abu Sufyan ditanya "Zaid relakah engkau andaikata Muhammad berada pada tempatmu, sedangkan engkau aman tenteram di tengah-tengah keluargamu?" dengan tegas Zaid menjawab, "Jangankan yang itu, bahkan disaat aku dalam keadaan seperti sekarang ini, aku tak akan rela andaikata Rasulullah SAW dicucuk duri di rumah beliau." 

Betapa cinta Zaid dan bersedianya dia menebus Rasulullah saw, saya (Abu Sufyan) belum pernah melihat seorang yang dicintai oleh para sahabatnya seperti mereka mencintai Muhammad. Kemudian Zaid dipancung lehernya, gugur sebagai syahid. Zaid melambangkan cinta kasih, iman, loyalitas yang tiada taranya terhadap Islam.

Sebelum eksekusi yang dilakukan padanya, Zaid berucap kata penuh makna :
"Aku tidak peduli di sisi mana jalan kematianku, Jika Allah berkehendak, Dia akan memberkahi setiap potongan jasadku."

Berikutnya, Seorang tawanan Quraisy lainnya adalah Khubaib bin Ady, ketika hendak dipancung ia meminta diperbolehkan sholat 2 rakaat. Setelah sholat ia berkata "Demi Allah andaikan aku tidak khawatir kalian menyangka aku gentar menghadapi maut, niscaya sholatku akan lebih panjang".

Sebelum dibunuh ia disalib dahulu, ketika itu Khubaib mengarahkan pandangannya yang memancarkan kilatan seraya doa. "Yaa Allah, bilanglah jumlah mereka ! bunuhlah mereka satu demi satu dan janganlah seorang pun dari mereka yang ditinggalkan". kaum Quraisy takut terkena kutukan  doanya.

Beginilah sikap umat Islam yang sebenarnya kepada Rasulullah saw. Saat ini kecintaannya kepada beliau adalah dengan mengamalkan ajarannya dan meneladanimya perilakunya. 




Selasa, 13 Februari 2018

Kekhusyukan sholat sahabat Nabi & Ulama Salaf

Ibnu Rajab, mengatakan dalam kitabnya Al-Khusu' fish shalah, "Sekiranya kalian melihat salah seorang di antara salaf telah berdiri untuk mengerjakan shalat, ketika dia berdiri di mihrabnya lalu mulai membaca kalamullah (Al-Qur'an), maka terdetiklah dalam hatinya bahwa tempat berdirinya itu merupakan tempat berdirinya seluruh manusia dihadapan Rabb semesta alam. Jantungnya pun merasa copot dan akalnya hilang.

Hatim Al-Asham, Rahimahullah
menuturkan "Jika tiba waktu sholat, aku sempurnakan wudhuku dan segera pergi ke masjid yang ingin aku sholat di dalamnya. kemudian aku duduk di dalamnya sampai anggota badanku dalam keadaan tenang."

"Kemudian aku berdiri untuk sholat, aku bayangkan Ka'bah ada dihadapanku, surga di sebelah kananku, neraka di sebelah kiriku, malaikat maut berada di belakangku. Aku bayangkan seakan-akan shalatku ini adalah yang terakhir bagiku. sikapku ketika berdiri dalam sholat antara berharap dan takut." Yakni, khawatir atas balasan dosa-dosa, namun juga sangat berharap akan Rahmad Allah.

"....aku merenungi diri dengan perasaan cemas, khawatir jika Allah tidak menerima sholatku."


Abdullah bin Zubair, Radhiyallahuanhu.
Jika sedang sholat, Ibnu Zubair  ibarat tongkat yang tegak berdiri karena demikian khusyuknya. sampai-sampai ketika ada burung yang hinggap di kepalanya, burung tersebut mengira dirinya sebuah batang pohon

Pernah ketika Ibnu Zubair sedang sholat di Ka'bah, dia di kepung pasukan Abdul Malik bin Marwan. Mereka menyerangnya dengan manjaniq (alat pelempar batu) dari gunung Abu Qubays. mereka ingin membunuhnya dan para pengikutnya. Sebuah peluru manjaniq berupa sebongkah batu besar sempat lewat antar janggut dan tenggorokannya, akan tetapi Ibnu Zubair tetap berdiri kokoh di dalam sholatnya. Dia tidak takut dan memperdulikannya, juga tidak memutus bacaan sholatnya. Dia juga tidak mempercepat rukuknya sampai ia menyelesaikan sholatnya dengan khusyuk.
(Ilustrasi : Manjaniq)


Sayyidina Ali bin Abi Thalib, RA.
Apabila tiba waktu sholat, dia gemeteran dan wajahnya berubah pucat, Dia pun ditanya, "Apa yang terjadi dengan anda ?
Dia menjawab, "Demi Allah, telah datang waktu dipikulkan amanah, Allah pernah menawarkannya kepada langit, bumi dan gunung-gunung untuk membawanya, akan tetapi mereka menolaknya. Sedangkan sekarang, aku akan memikulnya."

Amir bin Qais Rahimahullah
orang-orang pernah bertanya kepadanya, "Apakah engkau lalai dalam sholatmu ? Dia menjawab, "Adakah ucapan yang lebih aku cintai daripada membaca Al-Qur'an dan khusyuk dalam sholat ? Sangatlah jauh sikap lalai itu dariku. Sebab, bermunajat kepada Allah itu cukup menyita segenap perasaan!"

Muslim bin Yassar, Rahimahullah
Suatu hari, ketika dia sholat di Masjid Jami' Bashra, tiba-tiba sebagian bangunan masjid runtuh. Manusia pun panik dan berkumpul untuk menangani kejadian tersebut. Sementara itu, dia tidak merasakan sesuatu pun hingga selesai sholatnya

(Syaikh Nada, Kiat Memperbaiki Sholat, 2009)

Senin, 12 Februari 2018

Mengapa kita harus khusyuk dalam sholat ?

Barangkali ada yang bertanya, "Mengapa kita harus khusyuk dalam mengerjakan sholat ?
pertanyaan ini bisa kita jawab dengan beberapa sisi

Pertama : Karena sholat merupakan ritual pertemuan seorang hamba dengan Rabbnya.

Allah-lah yang menciptakan alam semesta dan menundukkannya untuk manusia. Dia pula yang telah menyempurnakan nikmatnya kepada kita, baik yang nampak maupun yang tersembunyi. Jika demikian, mengapa kita tidak berlaku khusyuk dan merendahkan diri sebagai rasa syukur kepada-Nya ?

Kedua : karena jantung seseorang itu cenderung merasa berdebar ketika ingin menemui orang yang dihormati atau dicintai, misalnya.

Demikian juga ketika hendak menemui pimpinan atau menemui kekasihnya. Lalu bagaimana hatinya tidak merasa gembira, berdesir, dan berdebar-debar ketika hendak bertemu dengan Dzat yang ditangan-Nya seluruh kerajaan, yang lebih dia cintai daripada semua kekasih serta Dzat yang paling dekat dengannya.

Ketiga : Karena sholat merupakan hubungan ruhani dengan Allah semata

Keempat : Karena sholat adalah tiang agama

Kelima : Karena sholat merupakan wasiat Rasulullah SAW saat menjelang wafat. Beliau saat itu mengucap, "Sholat, sholat." maka jika tidak khusyuk, berarti telah merusak dan menyia-nyiakan sholat yang telah diwasiatkan Rasulullah.

Keenam : karena berdoa dalam sholat dengan hati yang khusyuk, menjadikan akal pikiran dapat memaknai doanya itu. inilah yang merupakan syarat pertama diterimanya  doa.

Rasulullah bersabda :


"Berdoalah kalian kepada Allah dengan meyakini bahwa doa itu akan dikabulkan, Dan ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan doa yang keluar dari hati yang lalai atau lupa"

Ketujuh : karena sholat merupakan amalan yang pertama kali dihisab.

Kedelapan : Kekhusyukan dapat mengubah dan membedakan pahala sholat seseorang dengan yang lainnya.

Rasulullah SAW bersabda :


"Sesungguhnya, ketika seorang hamba selesai dari sholatnya, tidak ditulis pahala sholat baginya kecuali hanya setengahnya, sepertiganya, seperempatnya, seperlimanya, seperenamnya, sepertujuhnya, seperdelapannya, sepersembilannya, atau sepersepuluhnya."

Kesembilan : Kekhusyukan dapat mendekatkan ruh orang yang sedang sholat dengan Dzat yang menciptanya

Kesepuluh : Karena Allah SWT berjanji kepada orang-orang yang khusyuk dalam sholatnya bahwa mereka akan dikaruniai kemenangan, yaitu keselamatan di dunia dan di akhirat.

Allah Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam sholatnya." (QS. Al-Mukminun : 1-2)

Setelah Allah memuji mereka karena sholat dan kekhusyukan yang mereka lakukan, Dia juga menyebutkan sejumlah sifat yang dimiliki oleh mereka. Kemudian Allah mengakhirinya dengan kata sholat juga.

Allah Ta'ala berfirman :


"Dan orang-orang yang memelihara sholatnya." (QS. Al-Mukminun : 9)

Lalu Allah menjanjikan kepada mereka surga firdaus,


"Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga firdaus. Mereka kekal di dalamnya." (QS. Al-Mukminun : 10-11)

(Syaikh Nada, Kiat memperbaiki sholat,2009)