Jumat, 27 April 2018

Tafsir Q.S Al-Baqarah : 266 (Riya')



اَيَوَدُّ اَحَدُكُمْ اَنْ تَكُوْنَ لَهٗ جَنَّةٌ مِّنْ نَّخِيْلٍ وَّاَعْنَابٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۙ  لَهٗ فِيْهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِۙ وَاَصَابَهُ الْكِبَرُ وَلَهٗ ذُرِّيَّةٌ ضُعَفَاۤءُۚ فَاَصَابَهَآ اِعْصَارٌ فِيْهِ نَارٌ فَاحْتَرَقَتْ ۗ  كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمُ الْاٰيٰتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُوْنَ ࣖ (٢٦٦)

Terjemah :
Adakah salah seorang di antara kamu yang ingin memiliki kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, di sana dia memiliki segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tuanya sedang dia memiliki keturunan yang masih kecil-kecil. Lalu kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, sehingga terbakar. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkannya.

Tafsir Ringkas Kemenag :
Sekali lagi Allah memberikan perumpamaan tentang orang yang tidak ikhlas dalam berderma. 

Ayat ini dimulai dengan sebuah pertanyaan yang ditujukan kepada siapa pun, adakah salah seorang di antara kamu yang ingin memiliki kebun yang terdapat di dalamnya pohon kurma dan pohon anggur yang mengalir di bawah pohon-pohon-nya sungai-sungai yakni memiliki sumber air yang cukup. Bahkan di sana dia memiliki segala macam buah-buahan. 

(Ilustrasi Kebun Buah Melimpah)

Kemudian datanglah masa tuanya sehingga dia tidak bisa lagi bekerja di kebun tersebut dan hanya bisa mengandalkan hasil kebun sedang dia memiliki keturunan yang masih kecil-kecil yang belum bisa bekerja dan masih membutuhkan hasil dari kebun tersebut.

Lalu dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba kebun itu ditiup angin keras yang me-ngandung api, sehingga terbakar-lah kebun tersebut dan mengha-nguskan semua pohon yang ada. 

Begitulah perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya karena ria, membangga-banggakan pemberiannya kepada orang lain dan menyakiti hati orang yang diberi. Nanti di akhirat saat dia sangat membutuhkan ganjaran amal tersebut, dia tidak menjumpainya.

(Poster "sindiran")


Amal perbuatannya hangus dan punah karena niat yang tidak ikhlas dan sikap yang menyakiti orang lain.

Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkannya sehingga kamu berupaya untuk ikhlas dalam berinfak. Sifat ria merusak pahala amal seseorang seperti halnya kebakaran menghanguskan kebun.

Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik¸ dan diperoleh dengan cara yang halal, sebab Allah itu baik dan hanya menerima yang baik-baik. 

Dan sedekahkanlah sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi berupa hasil pertanian, tambang, dan lainnya, untukmu. Pilihlah yang baik-baik dari apa yang kamu nafkahkan itu, walaupun tidak harus semuanya baik, tetapi janganlah kamu memilih secara sengaja yang buruk untuk kamu keluarkan guna disedekahkan kepada orang lain, padahal kamu sendiri kalau diberi yang buruk-buruk seperti itu tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata karena rasa enggan terhadapnya.

Cobalah berempati. Posisikan dirimu seperti orang yang diberi. Jika kamu tidak mau menerima yang buruk-buruk, mengapa kamu berikan yang seperti itu kepada orang lain. 

Dan ketahuilah dan yakinlah bahwa Allah Mahakaya, tidak membutuhkan sedekah kamu, baik pemberian untuk-Nya maupun untuk makhluk-makhluk-Nya, sebab Dia bisa memberi secara langsung. Sedekah itu justru untuk kemaslahatan orang yang memberi. Dia juga Maha Terpuji, antara lain karena Dia memberi ganjaran terhadap hamba-hamba-Nya yang bersedekah.

Kamis, 26 April 2018

AL QURAN & UMUR



Berkata Abdul Malik bin Umair:

"Satu-satunya manusia yang tidak tua adalah orang yang selalu membaca Al-qur'an".

"Manusia yang paling jernih akalnya adalah para pembaca Al-qur'an".

Berkata Al-Imam Qurtubi :
"Barang siapa yang membaca Al-qur'an,  maka Allah akan menjadikan ingatannya segar meskipun umurnya telah mencapai 100 tahun".

Imam Besar Ibrahim al-Maqdisi memberikan wasiat pada muridnya Abbas bin Abdi Daim rahimahullah.

"Perbanyaklah membaca Al-qur'an jangan pernah kau tinggalkan, karena sesungguhnya setiap yang kamu inginkan akan di mudahkan setara dengan yang kamu baca".

Berkata Ibnu Solah :

"Bahwasannya para Malaikat tidak diberi keutama'an untuk membaca Al-qur'an,  maka oleh karena itu para Malaikat bersemangat untuk selalu mendengar saja dari baca'an manusia".

Berkata Abu Zanad :

"Di tengah malam,  aku keluar menuju masjid Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam sungguh tidak ada satu rumahpun yang aku lewati melainkan pada nya ada yang membaca Al-qur'an".

Berkata Shaikhul Islam ibnu Taimiyyah:

 "Tidak ada sesuatu yang lebih bisa memberikan nutrisi otak, kesegaran jiwa, dan kesehatan tubuh serta mencakup segala kebahagiaan melebihi dari orang yang selalu melihat kitabullah ta'ala".

Semoga bermanfaat

Keistimewaan Membaca Al-Qur'an



Di antara pintu terbesar untuk mencapai kelapangan hidup agar tidak terjebak dalam kesempitan yang membelenggu adalah dengan membaca Al-Qur'an. 

Hati bisa sewaktu-waktu berkarat sebagaimana besi, mengingat kematian dan membaca Al-Qur'an merupakan media pembersih karat tersebut. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berikut:

إِنَّ هَذِهِ الْقُلُوْبَ تَصْدَأُ  كَمَا يَصْدَأُ الْحَدِيْدُ إِذَا أَصَابَهُ الْمَاءُ، قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَمَا جَلَاؤُهَا؟ قَالَ: كَثْرَةُ ذِكْرِ الْمَوْتِ وَتِلاَوَةِ الْقُرْآنِ

Artinya: "Sesungguhnya hati itu bisa korosi/berkarat sebagaimana besi ketika bertemu dengan air. Kemudian ada yang bertanya kepada Baginda Nabi, 'Ya Rasulallah, lalu apa yang dapat menghilangkan korosi /karat tersebut?' Rasul menjawab, 'Banyak mengingat kematian dan membaca Al-Qur'an'." (HR Baihaqi).

Orang yang rutin menyibukkan dirinya membaca Al-Qur'an mempunyai aneka macam keistimewaan sebagaimana dikutip Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki dalam kitabnya Abwâbul Faraj, Dârul Kutub al-Ilmiyyah, Beirut, 1971, halaman 73 sebagai berikut:

Pertama
mereka diakui sebagai keluarga Allah (ahlullah) dan orang keistimewaannya yang terpilih.

Kedua
orang yang mahir membaca Al-Qur'an ditempatkan bersama malaikat-malaikat pencatat yang patuh kepada Allah yang selalu berbuat kebaikan.

Menurut al-Qurthubi sebagaimana dikutip dalam kitab Fathul Bârî, yang dimaksud mahir di sini adalah orang yang cerdas, maksudnya, hafalan dan tajwidnya sama-sama mempunyai kualitas bagus, tidak perlu mengulang-ulang.

Ketiga
Al-Qur'an merupakan hidangan dari Allah Subhanahuwa ta'alâ. Siapa pun yang masuk ke sana akan mendapat jaminan keamanan.

Keempat
rumah yang dibuat untuk membaca Al-Qur'an akan dihadiri malaikat. Penghuni rumah akan merasakan bahwa rumahnya menjadi luas.

Kelima
rumah yang dibacakan Al-Qur'an akan menyinari penduduk-penduduk langit.

Keenam
membaca Al-Qur'an terdapat kebaikan yang sangat banyak.

(Ilustrasi membaca Al-Qur'an)

Ketujuh
dengan membaca al-Qur'an, orang akan menjadi baik.

Kedelapan
membaca Al-Qur'an bisa menjadi obat hati.

Kesembilan
membaca Al-Qur'an dapat bermanfaat bagi orang yang membaca maupun kedua orang tuanya.

Kesepuluh
pembaca Al-Qur'an tidak akan merasa ngeri saat terjadi kegentingan hari kiamat.

Kesebelas
Al-Qur'an akan memberikan syafa'at (pertolongan) kepada ahlinya (orang yang biasa membacanya)

Keduabelas
orang yang membaca Al-Qur'an, pada hari kiamat, derajatnya akan selalu naik ke tempat-tempat yang atas.

Ketigabelas
membaca Al-Qur'an bisa meniupkan aroma wangi kepada para pendengar serta menyebarkan bau minyak kasturi. Wallau a'lam.

Semoga Bermanfaat

Rabu, 25 April 2018

Nisfu Sya'ban


No :
lampiran :
Hal : Undangan Nisfu Sya'ban

Kepada, Yth.............................
Rekan Takmir, Jamaah dan warga
Di Tempat

Assalamualaikum wr, wb.

Dalam rangka memperingati Malam Nisfu Sya'ban Tahun 2019, maka kami mengundang Rekan Takmir, Jamaah, dan Warga. InsyaAllah pada :

Sabtu, 20 April 2019
Bakda Sholat Maghrib
Bertempat Di Musholla As-Suyudi
Agenda pembacaan Surah Yasin dan doa sebanyak 3 kali :

Surah Yasin ke-1
"Dibaca untuk memohon panjang umur dan ketaatan serta ke-Taqwaan dan dapat  Istiqomah kepada Allah Ta'ala "

Surah Yasin ke-2
"Dibaca untuk memohon diluaskan Rezeqi yang halal & menolak bala."

Surah Yasin ke-3
"Dibaca untuk memohon ditetapkannya Iman Islam hingga Akhir hayat ."


Atas perhatian dan partisipasinya dihaturkan terimakasih.

Wassalamualaikum wr wb


Surabaya, 15 April 2019
Ketua Takmir As-Suyudi
t.t.d
Suparman, SH



.........................................................................


Nisfu Sya'ban adalah peringatan pada tanggal 15 bulan kedelapan (Sya'ban) dari Kalender Islam. 

Hari ini juga dikenal sebagai Laylatul Bara’ah atau Laylatun Nisfe min Sha’ban di dunia Arab, dan sebagai Shab-e-barat di Afghanistan, Bangladesh, Pakistan, Iran dan India.

Nama-nama ini diterjemahkan menjadi "malam pengampunan dosa", "malam berdoa" dan "malam pembebasan", dan seringkali diperingati dengan berjaga sepanjang malam untuk beribadah.

Di beberapa daerah, malam ini juga merupakan malam ketika nenek moyang yang telah wafat diperingati.

Wulan Ruwah di Jawa, yang berarti bulan arwah, digunakan untuk mengirim do'a kepada para leluhur agar mendapat pengampunan dosa.


Amalan yang dianjurkan : 


Mengenai bulan Sya’ban, ada hadits dari Usamah bin Zaid. Ia pernah menanyakan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa ia tidak pernah melihat beliau melakukan puasa yang lebih semangat daripada puasa Sya’ban. Kemudian Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Bulan Sya’ban –bulan antara Rajab dan Ramadhan- adalah bulan di saat manusia lalai. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An-Nasa’i no. 2359. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Dari Abu Salamah, beliau mengatakan bahwa beliau mendengar ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,

كَانَ يَكُونُ عَلَىَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ 
أَقْضِىَ إِلاَّ فِى شَعْبَانَ

Aku masih memiliki utang puasa Ramadhan. Aku tidaklah mampu mengqodho’nya kecuali di bulan Sya’ban.” Yahya (salah satu perowi hadits) mengatakan bahwa hal ini dilakukan ‘Aisyah karena beliau sibuk mengurus Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Bukhari no. 1950 dan Muslim no. 1146)

Perbanyak Pula Amalan Bacaan Al-Qur’an di Bulan Sya’ban


Salamah bin Kahil berkata,

كَانَ يُقَالُ شَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ القُرَّاء

“Dahulu bulan Sya’ban disebut pula dengan bulan membaca Al Qur’an.”

وَكَانَ عَمْرٌو بْنِ قَيْسٍ إِذَا دَخَلَ شَهْرُ شَعْبَانَ أَغْلَقَ حَانَوَتَهُ وَتَفْرُغُ لِقِرَاءَةِ القُرْآنِ

‘Amr bin Qois ketika memasuki bulan Sya’ban, beliau menutup tokonya dan lebih menyibukkan diri dengan Al Qur’an.

Abu Bakr Al Balkhi berkata,

شَهْرُ رَجَبٍ شَهْرُ الزَّرْعِ ، وَشَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ سَقْيِ الزَّرْعِ ، وَشَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرُ حِصَادِ الزَّرْعِ

“Bulan Rajab saatnya menanam. Bulan Sya’ban saatnya menyiram tanaman dan bulan Ramadhan saatnya menuai hasil.” (Lihat Fatwa Al-Islam Sual wa Jawab no. 92748)

Doa yang dipanjatkan :


Dikutip dari berbagai sumber literasi

(Referensi)




( UNDANGAN NISFU SYA'BAN TAHUN 2018 SILAM)






Jumat, 20 April 2018

Adab Safar / Bepergian




Shalat safar adalah shalat sunat yang dilakukan ketika akan melakukan perjalanan ( safar ). Biasanya shalat ini dilakukan untuk perjalanan jauh seperti perjalanan ibadah haji. Atau biasa dilaksanakan ketika akan berpergian jauh. 

Bagi para musafir muslim alangkah baiknya untuk melaksanakan sholat sunah shafar. Bukankah perjalanan yang baik adalah perjalanan yang diiringi keimanan dan doa yang baik.

Cara Shalat Safar

Pada waktu hendak meninggalkan rumah atau berangkat, kita mengambil air wudhu dan memakai pakaian yang mau dipakai, kemudian melaksanakan shalat safar sebanyak dua rakaat. 


Pada rakaat pertama setelah Al-Fatihah membaca surat Al-Kaafirun dan pada rakaat kedua sesudah Al-Fatihah membaca surah Al-Ikhlas. 

Sesudah memberi salam membaca ayat kursi dan surah Al-Quraishy sebanyak satu kali dengan meniatkan menjadi pemelihara diri kita sendiri bersama rombongan, dan orang yang ditinggalkan serta menyerahkan diri, keluarga dan harta benda kepada Allah SWT, kemudian membaca doa.

Doa Shalat Safar


اَللَّهُمَّ اِنَّانَسْأَلُكَ فِى سَفَرِنَا هَذَالبِرَّوَالتَّقْوَى وَمِنَ الْعَمَلِ مَاتَرْضَى , اَللَّهُمَّ هُوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاَطُوْ عَنّا بُعْدَهُ.اَللّهُمَّ اَنْتَ الصَاحِبُ فِى السّفَرِوَالْخَلِفَةً فى الأَهْلِ.اللَّهُمَّ اِنِّى اَعُوْذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وكَابَةِ الْمَنْظَرِوَسُوْءِالْمُنْقَلَبِ فِى الْمَالِ والأَهْلِ

Doa Waktu Keluar dari rumah :
بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَحَوْلَ ولاَقُوَّةَ اِلاَّبِاللَّهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ
Bismillahi tawakkaltu ‘alallah la hawla wala quwwata illa billahil aliyyil adhim

Dengan menyebut nama Allah, aku berserah diri kepada Allah, tiada daya dan kekuatan kecuali Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung


Doa Sebelum Melakukan Perjalanan



Doa saat naik kendaraan



Doa saat masuk rumah



Sunan Ampel - Surabaya


Sunan Ampel adalah salah seorang wali di antara Walisongo yang menyebarkan ajaran Islam di Pulau Jawa, Beliau lahir 1401 M di Champa.

Ada dua pendapat mengenai lokasi Champa ini. Encyclopedia Van Nederlandesh Indie mengatakan bahwa Champa adalah satu negeri kecil yang terletak di Kamboja

Pendapat lain, Raffles menyatakan bahwa Champa terletak di Aceh yang kini bernama Jeumpa. Menurut beberapa riwayat, orang tua Raden Rahmat, nama lain Sunan Ampel, adalah Maulana Malik Ibrahim (menantu Sultan Champa dan ipar Dwarawati).

Riwayat Perjuangan
Syekh Jumadil Qubro dan kedua anaknya, Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishak bersama-sama datang ke pulau Jawa. Setelah itu mereka berpisah, Syekh Jumadil Qubro tetap di pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, dan adiknya Maulana Ishak mengislamkan Samudra Pasai.
Di Kerajaan Champa, Maulana Malik Ibrahim berhasil mengislamkan Raja Champa, yang akhirnya mengubah Kerajaan Champa menjadi Kerajaan Islam. Akhirnya dia dijodohkan dengan putri raja Champa (adik Dwarawati), dan lahirlah Raden Rahmat. Di kemudian hari Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa tanpa diikuti keluarganya.
Sunan Ampel (Raden Rahmat) datang ke Pulau Jawa pada tahun 1443 M untuk menemui bibinya, Dwarawati. 
Dwarawati adalah seorang putri Champa yang menikah dengan raja Majapahit yang bernama Prabu Kertawijaya
Sunan Ampel menikah dengan Nyai Ageng Manila, putri seorang adipati di Tuban yang bernama Arya Teja. Mereka dikaruniai 4 orang anak, yaitu:
  1. Putri Nyai Ageng Maloka,
  2. Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang)
  3. Syarifuddin (Sunan Drajad)
  4. Syarifah, yang merupakan istri dari Sunan Kudus

Isteri Kedua adalah Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera:
  1. Dewi Murtasiyah/ Istri Sunan Giri
  2. Dewi Murtasimah/ Asyiqah/ Istri R. Patah
  3. Raden Husamuddin (Sunan Lamongan)
  4. Raden Zainal Abidin (Sunan Demak)
  5. Pangeran Tumapel
  6. Raden Faqih (Sunan Ampel 2)

Mohlimo atau Molimo, Moh (tidak mau), limo (lima), adalah falsafah dakwah Sunan Ampel untuk memperbaiki kerusakan akhlak di tengah masyarakat pada zaman itu yaitu:
  1. Moh Mabok: tidak mau minum minuman keras, khamr dan sejenisnya.
  2. Moh Main: tidak mau main judi, togel, taruhan dan sejenisnya.
  3. Moh Madon: tidak mau berbuat zina, homoseks, lesbian dan sejenisnya.
  4. Moh Madat: tidak mau memakai narkoba dan sejenisnya.
  5. Moh Maling: tidak mau mencuri, korupsi, merampok dan sejenisnya.


Pada tahun 1479 M, Sunan Ampel mendirikan Masjid Agung Demak. Dan yang menjadi penerus untuk melanjutkan perjuangan dakwah beliau di Kota Demak adalah Raden Zainal Abidin yang dikenal dengan Sunan Demak, dia merupakan putra Sunan Ampel dari istri Dewi Karimah. Sehingga Putra Raden Zainal Abidin yang terakhir tercatat menjadi Imam Masjid Agung tersebut yang bernama Raden Zakaria (Pangeran Sotopuro).


Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 M di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel Surabaya

Sunan Bungkul - Surabaya


Sunan Bungkul atau yang memiliki nama asli Ki Ageng Supo atau Mpu Supo seorang bangsawan dari jaman Kerajaan Majapahit yang setelah memeluk Islam lalu beliau menggunakan nama Ki Ageng Mahmuddin. 

Beliau adalah salah satu penyebar agama Islam di akhir kejayaan Kerajaan Majapahit pada abad ke-15. 

Beliau adalah mertua Sunan Ampel namun ada versi lain yang mengatakan bahwa beliau adalah mertua Raden Paku atau yang lebih dikenal dengan Sunan Giri.

Beliau diperkirakan hidup di masa Sunan Ampel pada 1400-1481 M. Ki Ageng Supa mempunyai puteri bernama Dewi Wardah. 

Makam Sunan Bungkul berada tepat di belakang Taman Bungkul Surabaya.





Ada suatu cerita masyarakat yang beredar tentang Ki Ageng Supa. Beliau ingin menikahkan puteri semata wayangnya. Namun ia belum mendapatkan sosok lelaki yang sesuai. 
Lalu beliau membuat sayembara, barangsiapa laki-laki yang dapat memetik delima yang tumbuh di kebunnya akan dijodohkan dengan putri Ki Ageng Supa yang bernama Dewi Wardah.
Sudah banyak orang laki-laki yang mencoba mengikuti sayembara itu, namun belum ada yang berhasil memetik buah delima yang dimaksud. Bahkan sebagian dari mereka ketika memanjat berusaha untuk mengambil buah delima mereka jatuh dan berakhir dengan kematian.
Pada suatu hari Raden Paku atau yang dikenal dengan Sunan Giri berjalan melewati pekarangan Ki Ageng Supo di mana terdapat pohon delima yang dimaksud itu, sesampai di bawah pohon delima tiba-tiba sebuah buah pohon delima itu jatuh di depan Raden Paku. Kemudian Raden Paku menyerahkan buah Delima tersebut kepada Sunan Ampel , gurunya di pesantren
Sunan Ampel berkata kepada Raden Paku “Berbahagialah engkau, karena sebentar lagi engkau akan diambil menantu oleh Ki Ageng Supo. Engkau akan dijodohkan dengan putri beliau yang bernama Dewi Wardah” 
Raden Paku menjawab, "Kanjeng Sunan, saya tidak mengerti apa maksud Kanjeng Sunan, bukankah sebentar lagi saya akan menikah dengan putri kanjeng Sunan”
Agaknya ini sudah menjadi suratan takdir bahwa engkau akan mempunyai dua orang istri, putriku Dewi Murtosiah dan putri Ki Ageng Supo, Dewi Wardah”.
Kemudian Sunan Ampel menceritakan perihal sayembara yang telah dibuat Ki Ageng Supo. Raden Paku mengangguk-angguk mendengar cerita Sunan Ampel.
Ada cerita dengan versi lain. Bahwa Ki Ageng Supo sengaja memetik buah Delima dan menghanyutkan ke sungai. Buah delima itu dihanyutkan ke Sungai Kalimas yang mengalir ke utara. Alur air sungai ini bercabang di Ngemplak menjadi dua. Percabangan sebelah kiri menuju Ujung dan sebelah kanan menuju kali Pegirikan. Buah delima itu terapung dan hanyut ke kanan. 
Suatu pagi seorang santri Sunan Ampel yang mandi di Pegirikan Desa Ngampeldenta, menemukan delima itu. Sang santri (Raden Paku) pun menyerahkannya ke Sunan Ampel. Oleh Sunan Ampel delima itu disimpan. Besoknya, Supa menelusuri bantaran Kalimas. Sesampainya di pinggiran, ia melihat banyak santri mandi di sungai. Ki Ageng Supa, yakin di sinilah buah delima itu ditemukan oleh salah satu diantara para santri tersebut. Apakah ada yang menemukan delima, tanya Supa setelah bertemu Sunan Ampel. Raden Paku, murid Sunan Ampel dipanggil dan mengaku. Singkat cerita Raden Paku dinikahkan dengan anak Ki Ageng Supa, Dewi Wardah.

Ki Ageng Supo akhirnya memperoleh mantu seorang santri dari Ampeldenta yakni Raden Paku. Sedangkan Raden Paku pada akhirnya menikahi dua orang putri Dewi Murtosiah, putri Sunan Ampel dan Dewi Wardah putri Ki Ageng Supo.

HARTA, SAKIT, DAN BENCANA

(Ilustrasi Bekerja Keras)

Rasulullah Saw. Bersabda, “Bersihkanlah hartamu dengan zakat, obatilah sakitmu dengan sedekah, tolaklah olehmu bencana-bencana dengan Do’a” (HR Ibnu Mas’ud).
Sudah menjadi hukum alam bahwa setiap persoalan atau masalah pasti selalu ada jalan keluarnya, meskipun itu sangat sulit. 

Pun dalam menjalani hidup ini, ketika kerap menemui masalah harta, sakit, dan bencana, sebagaimana di jelaskan hadist di atas, semua itu akan berjalan dengan lancar jika kita mengetahui cara dan kunci dalam menjalaninya.


Memang harta merupakan sesuatu yang dicari oleh manusia. Rasulullah Saw. Sendiri secara langsung memerintahkan kepada umat Islam untuk mencari sebanyak-banyaknya. 



Rasulullah menegaskan, “Bekerjalah untuk kehidupan seolah-olah engkau akan hidup selama-lamanya . Dan, bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan Mati besok” Bahkan, Rasulullah Saw. mencontohkan dengan kiprahnya sebagai pedagang yang sukses.


Namun demikian, Islam mengajarkan bahwa yang kita peroleh tidak merupakan sesuatu yang suci sebelum dikeluarkan zakatnya. Kewajiban ini Allah Swt. ditegaskan dalam firman-nya , “Ambilah zakat dan sebagian Harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Swt. Maha mendengar lagi maha mengetahui” (QS Al-Taubah [9]: 103).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya itu tidak saja membersihkan harta itu sendiri, tapi juga menyucikan dan menentramkan orang yang mengeluarkannya. Harta yang dikeluarkan itu menjadi harta yang berkah, tumbuh dan berkembang di hadapan Allah Swt. Meskipun secara nominal hitungan manusia kurang.

Dan sakit merupakan salah satu fase perputaran hidup manusia. Tegasnya, sakit merupakan sebuah kepastian yang setiap manusia akan mengalaminya. Mengenai sakit, Rasulullah Saw. Mengajarkan tidak ada satu sakitpun yang tidak ada obatnya. Salah satu cara yang Rasulullah Saw. contohkan sebagaimana hadis di atas, adalah dengan memperbanyak sedekah. Setiap sedekah yang kita keluarkan mengandung keberkahan dan doa. Terlebih-lebih sedekah itu di berikan kepada orang-orang yang benar-benar membutuhkan.



Imam Muslim meriwayatkan bahwasanya Rasulullah Saw. Selalu mendoakan orang yang bersedekah dengan doanya, “ Ya Allah, Rahmatilah mereka.“

Sedangkan bencana-bencana yang terjadi pada dasarnya merupakan akibat ulah manusia (QS Al-Rum[30]:41). Karenanya, untuk menghindari bencana-bencana tersebut, kita harus menjaga lingkungan dengan memperbanyak berdoa agar Allah Swt. Menghindarkan kita dari segala bencana. 

Allah Swt. Berfirman , “ Katakanlah , ‘Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kau berdoa kepadanya dengan rendah diri dengan suara yang lembut ini , tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur.” (QS Al-An’am [6]: 63).Wallahu alam