Komunikasi merupakan proses penciptaan makna antara dua orang atau lebih, dengan menggunakan simbol-simbol atau tanda-tanda. Kita sering mendengar bentuk komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi politik dan komunikasi massa. Namun komunikasi transendental tidak begitu sering dibahas.
Komunikasi transendental berarti komunikasi antara manusia dengan Tuhannya dan masuk ke dalam bidang agama, partisipan dalam komunikasi transendental adalah manusia dengan Tuhannya. Namun pembahasannya sedikit dalam disiplin ilmu komunikasi, padahal ini lebih penting dari bentuk komunikasi lainnya, walaupun bentuk komunikasi transendental tidak bisa diamati secara empiris, tetapi dapat memengaruhi nasibnya baik didunia maupun akhirat.
Namun manusia begitu aneh, kebanyakan dari mereka lebih menyibukkan diri dengan mengulik-ulik ilmu yang hanya bisa berpengaruh di dunia saja. Contohnya di fakultas Sastra belajar tentang bahasa asing, dengan tujuan agar bisa berkomunikasi dengan orang-orang asing. Selain itu kita juga diajari bagaimana agar menjadi orang yang menarik, percaya diri namun tidak diajari bagaimana kita bisa berkomunikasi baik dengan Sang Pencipta. Kita juga lebih concerned dengan lambang-lambang yang dapat membuat sukses di dunia, namun bagaimana dengan sesuatu yang akan menyukseskan kita diakhirat kelak? Kita begitu berhati-hati dalam menafsirkan pesan-pesan dari manusia, namun kita sering lalai dengan pesan dari-Nya.
Padahal dalam Al-Quran sudah jelas isinya, baik mengenai perintah maupun larangan-Nya. Bila kita ingin berkomunikasi dengan baik kepada Allah, tentu kita juga harus mempersepsikan secara akurat lambang-lambang yang difirmankan Allah. Artinya kita patuhi perintah-perintah-Nya seperti bertauhid, sholat, puasa, zakat, haji bagi yang mampu dan sebagainya. Dan kita juga harus menjauhi larangan-Nya seperti, berzina, mencuri, membunuh dan sebagainya.
Allah sebagai mitra komunikasi kita yang harus kita sembah tidak mungkin mempersepsikan kita secara keliru dan tak mungkin memberikan tanda-tanda yang menyesatkan. Dalam hal ini kitalah yang harus peka mengenal secara tepat persepsi-persepsi-Nya. Jika kita salah mempersepsikan, maka akan berakibat fatal.
Akibat kekeliruan komunikasi antarmanusia(kedua) mungkin kita tidak lulus ujian atau naik pangkat. Tetapi, akibat kekeliruan komunikasi transendental (pertama) kita bisa dihukum oleh Allah di neraka yang panas menyala-nyala. Allah menyebutkan orang-orang yang melakukan kekeliruan pertama ini sebagai binatang, bahkan lebih sesat lagi, karena tidak mau menggunakan mata mereka untuk melihat dan tidak mau menggunakan telinga mereka untuk mendengar (Qur’an, 7:179)
Maka dari itu kita sebaiknya lebih memerhatikan komunikasi transendental ini dibandingkan dengan komunikasi antarmanusia. Karena keberhasilan komunikasi manusia tidak akan menjamin keberhasilan komunikasi transcendental. Namun komunikasi transendental pasti menjamin keberhasilan komunikasi antarmanusia, setidaknya keberhasilan komunikasi antarmanusia dalam pandangan Allah.
Nuansa-Nuansa Komunikasi (Deddy Mulyana)
Dari : Kompasiana
Dari : Kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar