Imam Ghazali menyebutkan setidaknya ada tiga jalan menuju kepada Allah atau at-thuruq ilallah. Tiga model tersebut adalah lewat tahalli, takhalli serta tajalli
Berangkat dari at-tahhli fil fadhail. artinya menghiasi diri dengan ibadah keutamaan sebagaimana dianjurkan dalam agama.
Melaksanakan sunnah Rasul yang memang diperintahkan, ditekuni sehingga akhirnya bisa merasakan kehadiran Allah SWT.
Meskipun ihtiar ini lumayan lama untuk sampai pada tujuan yang ingin diraih karena melibatkan ruh dan jasad sekaligus dengan lebih mengandalkan kemampuan fisik
Sedangkan yang kedua adalah takhalli 'anir radial, yakni mengosongkan diri dari kotoran jiwa, seperti hasud, iri, dengki, sombong, riya, egoisme, atau ananiyah yang tinggi, bakhil dan sebagainya.
Selanjutnya Tajalli birabbiljalil merupakan hasil kombinasi antara metode pertama dan kedua, atau lantaran mendapatkan iradatullah yakni mendapatkan anugerah langsung dari Allah SWT sebagaimana yang dialami Nabi Isa, ruhul qudus.
Sedangkan iradatullah ini berlaku kepada para wali yang dikenal dengan karomah jiwa yang bersih dan terlahir dengan ruhani yang hidup. disebut dengan neoropsikosufistik. Yakni ada kaitan antara neorologi, psikologi, dan tasawuf. dan ini pula yang dituliskan Imam Al-Ghazali dalam salah satu kitabnya.
Masing-masing tahapan tersebut juga berbeda amalannya, beberapa melakukannya dengan taqlilut tha'am (mengurangi makan) atau taqlilul niyam (membatasi tidur), taqlilul kalam (sedikit bicara), katsaratul dzikri wal mujahadah yakni memperbanyak dzikir dan mujahadah.
(Ilustrasi : Aneka Makanan Lezat)
Para ulama sufi memasyarakatksn dzikir sebagai thariqah yang populer karena sebagai cara termudah dan murah untuk dapat kenal dan cepat wushul kepada Allah SWT. selalu memandang diri berada dalam pengawasan Allah SWT.
Imam Al-Ghazali bisa menjelaskan hikmatus tasyri' dan syariat dengan tasawufnya, demikian pula tasawufnya berbasis syariat.
Berada pada poros tengah untuk menjadi jalan tengah antara syariat dan tasawuf sehingga banyak pengikutnya dari kaum sunni hingga sekarang.
Disarikan dari tulisan :
Kharisuddin Aqib, Menemukan Jalan Tengah antara syariat dan tasawuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar