مِنْ عَلاَ مَةِ اْلاِعْـتِــمَادِ عَلَى الْعَمَلِ، نُقْصَانُ الرَّجَاءِ عِنْدَ وُجُـودِ الزَّ لــَـلِ
"Di antara tanda-tanda orang yang senantiasa bersandar kepada amal-amalnya, adalah kurangnya ar-raja’ (rasa harap kepada rahmat Allah) di sisi alam yang fana."
Ar-raja adalah istilah khusus, yang bermakna pengharapan kepada Allah Ta'ala. Perihal ini bukan ditujukan ketika seseorang berbuat salah, gagal atau melakukan dosa. Karena ar-raja lebih mensifati orang-orang yang mengharapkan kedekatan dengan Allah, untuk taqarrub.
Kalimat "wujuudi zalal", artinya segala wujud yang akan hancur, alam fana. Menunjukkan seseorang yang hidup di dunia dan masih terikat oleh alam hawa nafsu dan alam syahwat. Itu semua adalah wujud al-zalal, wujud yang akan musnah. Seorang mukmin yang kuat tauhidnya, sekalipun masih hidup di dunia dan terikat pada semua wujud yang fana, namun harapannya semata kepada Allah Ta'ala.
Jika kita berharap akan rahmat-Nya, maka kita tidak akan meng gantungkan harapan kepada amal-amal ibadah kita, baik itu besar atau pun kecil. Banyak maupun sedikit. Dan hal yang paling mahal dalam suluk adalah hati, yaitu apa yang dicarinya dalam hidup. Dunia ini akan menguji sejauh mana kualitas raja (harap) kita kepada Allah Ta’ala.
Dengan melakukan amal ibadah itu pasti punya pengharapan kepada Allah, meminta kepada Allah supaya hasil pengharapannya, akan tetapi jangan sampai orang beramal itu bergantung pada amalnya, karena hakikatnya yang menggerakkan amal ibadah itu adalah Allah,. sehingga apabila terjadi kesalahan, seperti, terlanjur melakukan maksiat, atau meninggalkan ibadah rutinnya, ia merasa putus asa dan berkurang pengharapannya kepada Allah. Kemudian apabila berkurang pengharapan kepada rahmat Allah, maka amal nya pun akan berkurang dan akhirnya berhenti beramal.
Sedang seharusnya dalam beramal itu semua di kehendaki dan di jalankan oleh Allah. sedangkan diri kita hanya sebagai media berlakunya Qudrat Allah.
Kalimat: "Laa ilaha illallah". Tidak ada Tuhan selain Allah, berarti tidak ada tempat bersandar, berlindung, berharap kecuali Allah, tidak ada yang meng hidupkan dan mematikan, tidak ada yang memberi dan menolak melainkan Allah.
Pada dasarnya syari’at memerintahkan kita berusaha dan beramal. Sedang hakikat syari’at melarang kita menyandarkan diri pada amal dan usaha, supaya tetap bersandar pada karunia dan rahmat Allah Subhanahu Wata’ala.
Apabila kita dilarang menyekutukan Allah dengan berhala, batu, kayu, pohon, kuburan, binatang dan manusia, maka janganlah menyekutukan Allah dengan kekuatan diri sendiri, seakan-akan merasa sudah cukup kuat dapat berdiri sendiri tanpa pertolongan Allah, tanpa rahmat, taufik, hidayat dan karunia Allah subhanahu wata’ala. (Disarikan dari kitab Al-Hikam).
Ya Allah smoga Engkau mengasihi kami dlm upaya memperbaiki diri dan mengharap ke Ridho-an Mu semata...Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar