Pengasuh : Ustadz DR. Abduloh Safik
Kitab : Wasiyatul Musthofa (Nasehat Kebaikan)
Di Musholla As-Suyudi, Medokan Ayu
Kitab Wasiyatul Musthofa isinya tentang wasiat Rasulullah Saw kepada Sayyidina Ali Karomallahu wajah menjelang beliau wafat (21 hari sebelum beliau wafat)
Jika benar-benar menjaga wasiatku, maka kehidupan menjadi orang terpuji, meninggal dalam syahid, dan dikumpulkan dengan orang-orang mulya
Wahai Ali, barangsiapa memakan sesuatu yang halal maka menjernihkan agama, hatinya tipis, maka ketika berdoa tidak ada hijab (Allah senantiasa mengijabahi)
Termasuk menggunakan fasilitas kantor, misalnya mengeprint untuk keperluan pribadi. Padahal tujuan kantor untuk fasilitas kantor, sehingga menjadi kurang berkah.
"Hati tipis" mudah trenyuh dan menghayati ibadah kepada Allah. Seperti Abu Bakar saat berdoa selalu menangis, mendengar ayat-ayat Al-Qur'an tentang siksaan pasti menangis. Saat tentang ayat yang menyenangkan akan tersenyum.
Barangsiapa memakan sesuatu yang subhat (tidak jelas halal-haram) dan dilakukan terus. Maka menyamarkan agamanya sendiri (gelapnya hati)
Contoh : mangga jatuh di jalan lalu diambil dan dimakan. Menganggap milik umum padahal mangga tersebut ada pemiliknya.
Gelapnya hati akan semakin mudah melakukan maksiat dan malas melaksanakan ibadah dan sulit dinasehati
Barangsiapa yang makan haram, mematikan hatinya sendiri, semakin jauh dari agamanya. Doanya tidak diijabahi, kehidupan menjadi sembrono, hatinya mati sehingga melampahi ibadahnya berat.
Kisah mangga
Seorang kyai di daerah Manyar - Gresik selain memiliki pesantren, juga memiliki kebun mangga gadung yang buahnya boleh dimakan oleh santrinya
Ilustrasi kebun mangga |
Suatu pagi ada empat santri yang memetik mangga untuk dirujak nantinya, dan saat memetik ketemu kyainya yang sedang keliling kebun menggunakan sepeda engkol
Setelah ditanya Kyai, ternyata empat santrinya tadi salah memetik mangga di lahan orang lain (dikira memetik di lahan kyainya). Walhasil kyai tersebut meminta santrinya mencari ke pemiliknya untuk meminta ke-halalan-nya. Dan diancam akan dikeluarkan bila tidak mampu menyelesaikannya
Keempat santri keliling kampung menanyakan siapa pemiliknya hingga dilanjutkan keesokan harinya ketemu pak carik (sekdes), dari informasinya ternyata pemiliknya berdomisili di daerah Kebomas Gresik (dekat makam sunan Giri)
Setelah ketemu keluarga pemilik yang di Kebomas, ternyata mereka menyampaikan bahwa lahan tersebut sudah dibagi waris, dan kebetulan yang dapat warisan lahan mangga tersebut berada di Bojonegoro. Lalu keempat santri tersebut bergegas ke Bojonegoro berbekal dari alamat yang diberi keluarga Kebomas.
Jarak Kebomas - Bojonegoro |
Sesampainya di Bojonegoro, ternyata pemiliknya sudah meninggal dan ditemui oleh cucunya. Dengan berbekal catatan tertulis ridlo ke-halal-an dari cucu pemilik lahan mangga tersebut, mereka bergegas balik ke pesantren dan menghadap kyainya.
Oleh Kyai belum cukup hukumannya, yaitu keempatnya harus membaca 3000 sholawat Nabi di tengah lapangan pukul 07.00 - 10.00 esok harinya, dan disaksikan oleh seluruh santri pesantren yang berlalu-lalang.
Tangisan lirih, haru, malu, dan penuh penyesalan keempat santri membuat mereka sadar betapa beratnya tanggung jawab mengambil "sesuatu" yang bukan miliknya.
Proses pencarian memakan waktu 13 hari, dan selama masa pencarian ke pemilik mangga, keempat santri tersebut tidak boleh mengikuti semua aktivitas di pesantren, kecuali sholat berjamaah di masjid
Ketegasan sang Kyai mendidik para santrinya, membekas hingga kehidupan santri selanjutnya. Walaupun di jalan depan rumahnya banyak belimbing yang ranum berjatuhan tetapi keluarga dan masyarakat sekitarnya tidak mau mengambilnya.
Dari salah satu santri tersebut telah berhasil paripurna menempuh studi doktoralnya dan menjadi dosen di kampus negeri daerah Tulungagung.
Semoga bermanfaat & menginspirasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar