Senin, 05 Maret 2018

Ketenangan Jiwa


Dr. Lorens MacKinney, Kepala Asosiasi medis untuk penyembuhan gangguan otak di Amerika mengatakan bahwa kebiasaan merenung dan memusatkan pikiran secara mendalam (seperti khusyuk saat beribadah) akan meningkatkan kemampuan jiwa untuk menepis dan menghindari berbagai gangguan kejiwaan.

Aktivitas ini juga dapat menyeimbangkan fungsi semua bagian otak dan menghilangkan perasaan yang menekan seperti sedih, marah atau gelisah. Keadaan seperti itu dapat dicapai bahkan oleh orang yang tidak beriman.


Namun, sebagai orang yang beriman kepada Allah, kita telah diajari bahwa Islam sejak awal mendorong umatnya untuk selalu mengingat Allah dan mendirikan sholat

Al-Qur'an menegaskan bahwa dzikir dapat memberikan ketenangan pada jiwa (qalb). Selain itu keimanan yang benar kepada Allah dan kekhusyukan beribadah akan mengantarkan jiwa pada kondisi yang tenang dan damai (rest state). Allah SWT berfirman :

"Orang yang beriman dan tenang (tumakninah) hati mereka dengan dzikir kepada Allah. Ketahuilah, sesungguhnya dengan dzikir (ingat) kepada Allah hati akan tenang. Orang yang beriman dan melakukan amal saleh, kebahagiaan (keuntungan) bagi mereka mendapat tempat kembali yang baik. " (QS. Al-Ra'du : 28-29)

Dalam ayat lain, Allah menegaskan bahwa kekhusyukan dalam beribadah adalah kunci kebahagiaan : "Sungguh telah beruntung orang yang beriman, yaitu mereka yang khusyuk dalam sholat mereka. (QS. Al-Mu'minuun : 1-2)

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menegaskan betapa sholat merupakan cara paling efektif untuk menenangkan jiwa, "Hai Bilal, senangkan dan tenangkanlah hati kami." (H.R Ahmad dalam Musnad-nya, 5/364, 371) 
Maksudnya segera kumandangkan Azan sehingga kaum muslimin mendirikan sholat dan meraih ketenangan jiwa.

Kita juga mengetahui sebuah kisah tentang seorang tabiin, Urwah ibn Al-Zubair yang kakinya terserang suatu penyakit sehingga harus diamputasi. Agar tidak merasa sakit saat dipotong, tabiin yang hidup di masa Khalifah al-Walid ibn Abdul Muththalib itu meminta kepada orang-orang di sekitarnya agar memotong bagian kakinya yang sakit ketika ia mengerjakan sholat. ( Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa al-Nihayah, 9/108 )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar