Rabu, 14 Maret 2018

Syair Syubbanul Wathan

(KH. Abdul Wahab Hasbullah)

Ya ahlal wathan ya ahlal wathan
Wahai bangsaku

Hubbul wathan minal iman
Cinta tanah air bagian dari iman

Hubbul wathan ya ahlal wathan
Cintailah tanah airmu

Wala takun ahlal hirman
Janganlah kalian jadi jajahan

Innal kamala bil a'mal
Semua itu menuntut perbuatan

Walaisa zalika bil aqwal
Tak cukup hanya dengan ucapan

Fa'mal tanal maa fil amal
Berbuatlah demi cita-cita

Wala takun mahdlal qawal
Jangan cuma bicara

Dun-ya kumuu maa lil-maqar
Dunia ini bukan tempat menetap

Wa innama hiya lil mawar
Hanya tempat berlabuh

Fa'mal bil mal maula mawar
Bertindaklah karena perintah Tuhan

Walaa takun baqaraz zimar
jangan seperti sapi tunggangan

Lam ta'lamuu man dau-waruu
kalian tidak tahu siapa yang bikin ulah

Lam ta'qiluu maa ghaiyaruu
Juga kalian tidak berfikir sesatu bakal berubah

Aina in-tihaa-i maa sai-yaruu
kapan perjalanan ini akan terhenti

Kaifa in-tihaaii maa shai-yaruu
Juga bagaimana suatu peristiwa akan usai

Am humuu fii-hi saa-qakum
adakah mereka memberimu minum ?

Ilaa al-madzaabikhi dzab-khakum
Juga kepada ternakmu ?

Am i'taquu-kum uq-baa-kum
Adakah mereka membebaskanmu dari beban ?

Am yudii-muu a'baa-kum
Adakah mereka merawatmu dari penolakan kalian ?

Ya ahlal 'uquulissaa-limah
Wahai bangsaku yang berfikir jernih

Wa ahlal quluu-bil 'aa-zimah
Berperasaan halus

Kuu-nuu bil-himati 'aa-liyah
Kobarkanlah semangatmu

Walaa takun kassa-imah
jangan jadi pembosan !

Syair ini diciptakan oleh pemuda tangguh yang pada usia 28 tahun, mendirikan NAHDLATUL WATHAN sebuah Perkumpulan Kebangunan Tanah Air tahun 1916

Ketika beliau di Mekkah, aktif pada Sarekat Islam hingga sosok kosmopolit ini memilih Surabaya sebagai ladang perjuangannya.

Sebagai wadah bertukar pikiran, tahun 1918 beliau mendirikan Tashwirul Afkar sekaligus untuk bergerak di bidang sosial

Ketika Dr. Soetomo mendirikan Budi Utomo yang menghimpun sejumlah kaum muda bergerak diranah diskursif dengan Indonesische Studies Club pada tahun 1924, beliau pun ambil bagian dengan membentuk Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air) menggembleng kader-kadernya seperti : Abdullah Ubaid, Thohir Bakri, Mas Alwi bin Abdul Azis, dan Abdul Halim

Beliau adalah Kiai Haji Abdul Wahab Hasbullah ( 31 Maret 1988 - 29 Desember 1971 ) dalam pergerakannya Syubbanul Wathan mengutamakan pembentukan kader pemimpin, mempunyai sayap Da'watus Syubban yang lebih melakukan pendalaman pada ilmu keagamaan dan Ahlal Wathan di bidang kepanduan.

Diantara organisasi-organisasi tersebut mengarah pada satu tujuan, Membangkitkan Tanah Air dari belenggu penjajah.

Syair-syair berbahasa Arab pemuda Syubbanul Wathan, Ahlul Wathan, dan Da'watus Syubban memberikan bukti perjuangan Kiyai Wahab Hasbullah.

Di pesantren Tebuireng Jombang, hingga masa pendudukan Jepang pada tahun 1940-an, syair tersebut tetap dinyanyikan para santri setiap kali memulai akrivitas belajar di sekolah dengan berdiri tegak sebagaimana laiknya menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya

Pada tahun 2012 Kyai Maimun Zubair memberikan Ijazah syair Yalal Wathan untuk dijadikan Mars.

(KH. Maimun Zubair)

Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon
Hubbul Wathon minal Iman
Wala Takun minal Hirman
Inhadlu Alal Wathon
(2 X)

Indonesia Biladi
Anta ‘Unwanul Fakhoma
Kullu May Ya’tika Yauma
Thomihay Yalqo Himama

Pusaka Hati Wahai Tanah Airku
Cintaku dalam Imanku
Jangan Halangkan Nasibmu
Bangkitlah Hai Bangsaku

Pusaka Hati Wahai Tanah Airku
Cintaku dalam Imanku
Jangan Halangkan Nasibmu
Bangkitlah Hai Bangsaku

Indonesia Negriku
Engkau Panji Martabatku
Siapa Datang Mengancammu
Kan Binasa di bawah durimu

Antara Syair Syubbanul Wathan dan Mars Yalal Wathan kedua-duanya sama pentingnya.

disarikan dari majalah Aula 
ISSN 0215-9597/09/Tahun XXXIX/September 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar