Minggu, 18 Maret 2018

Menjadi Guru Teladan (Bagian 2)


(Sambungan dari Menjadi Guru Teladan Bagian 1)

Ada beberapa hal yang patut diperhatikan oleh seorang guru supaya mampu mengantarkan murid-muridnya ke pintu Allah SWT. dan mendekatkan mereka dengan-Nya.

Pertama, seorang guru harus berperan layaknya orang tua bagi murid-muridnya. Dalam suatu kesempatan Al-Ghazali berkata, "Hak guru atas muridnya lebih agung dibanding hak orang tua terhadap anaknya. orang tua hanya menjadi penyebab hidupnya seorang anak di dunia fana, dan guru menjadi penyebab sang anak di alam yang kekal sana."

Kedua, seorang guru harus berperan sebagai pewaris para nabi. Artinya, sebagaimana seorang nabi, seorang guru tidak boleh menempatkan keuntungan materi sebagai tujuan utamanya mengajar. tentang hal ini Allah SWT berfirman :


"Dan, (dia berkata), "Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah, dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya, mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui." (QS. Huud : 29)

Ketiga, guru harus mampu memberikan nasihat-nasihat yang baik kepada muridnya.

Keempat, mencegah murid dari akhlaq yang buruk dengan jalan sindiran. Menegur murid yang berbuat salah dengan cara menyindirnya jauh lebih baik daripada harus membentaknya kasar.

Rasulullah SAW telah mencontohkan hal itu. Anas bin Malik berkata, "Ketika kami berada di dalam masjid bersama Rasulullah SAW., tiba-tiba datang seorang Badui. Lalu, ia (Badui) kencing di dalam masjid. para sahabat berseru, "Tahan ! Tahan !" kemudian, Rasulullah SAW berkata, Janganlah kalian ganggu  Biarkanlah ia." Maka, para sahabat membiarkannya sampai ia selesai kencing. Selanjutnya Rasulullah SAW memanggilnya seraya berkata, "Sesungguhnya, masjid-masjid ini tidak pantas dikenai sesuatu dari air kencing dan kotoran. Masjid adalah untuk dzikrullah, sholat, dan membaca al-Qur'an (HR. Bukhari dan Muslim)

Kelima, tidak memburukkan ilmu-ilmu yang di luar keahlian dan skill-nya. Seringkali, seorang guru mengagungkan ilmunya sendiri, merendahkan disiplin ilmu lain. Padahal semua ilmu itu bermanfaat bagi muridnya.

Keenam, menyampaikan ilmu kepada murid sesuai kadar pemahamannya. murid bosan dengan pelajaran apabila disampaikan dengan cara dan teknik yang salah. Sebaliknya, murid bisa senang dengan satu mata pelajaran apabila gurunya juga menyenangkan.

Etika ini bisa diamalkan dan dilakukan supaya seorang guru bisa mengantarkan muridnya ke puncak kesuksesan, dunia dan akhirat.

Baca pula :
Menjadi Guru Teladan (Bagian 1)
Ahli Waris Al-Qur'an

Tidak ada komentar:

Posting Komentar